Totalitas dalam Menuntut Ilmu
Oleh: Tito Yuwono
Teladan ulama terdahulu
Totalitas dalam menuntut ilmu
Berkorban harta, tenaga dan waktu
Tak kenal lelah dan tak jemu
Jerih payah yang terbayarkan
Banyak kitab yang dihasilkan
Sampai kini diajarkan
Diambil manfaat dan diamalkan
Semoga menjadi teladan
Generasi kini dan akan datang
Semangat berjuang
Menuntut ilmu tuk kemaslahatan
Pada tulisan kali ini, akan disampaikan dengan adab kedua dalam menuntut ilmu yaitu totalitas dalam menuntut ilmu. Totalitas ini sangat penting dalam menuntut ilmu. Dalam bahasa kita sehari-hari, kebalikan dari totalitas adalah setengah-setengah. Sering kita saksikan ada siswa yang belajarnya hanya di kelas, tidak mengerjakan pekerjaan rumah ataupun tidak murjoaah atau mengulang pelajaran. Juga ketika belajar baru mendapatkan satu dua bab materi dari sebuah buku atau kitab kemudian berhenti.
Ini adalah perilaku-perilaku yang tidak totalitas dalam menuntut ilmu. Totalitas inilah yang akan menghasilkan kompetensi dari seorang penuntut ilmu. Banyak juga pelajar yang sungguh-sungguh dalam belajar. Di dalam kelas mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, memperhatikan dan mencatat apa yang disampaikan Bapak Ibu Guru, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, di rumah juga mengulang/murojaah materi yang disampaikan Bapak Ibu Guru serta melakukan pengayaan secara mandiri. Ini adalah profil pelajar totalitas dalam belajar.
Kalau kita tengok ke belakang ulama-ulama kita terdahulu kenapa menjadi ulama yang mendalam dan luas ilmunya dan produktif dalam dakwah baik dengan lesan maupun tulisan karena totalitas beliau dalam menuntut ilmu. Beliau kerahkan energi, tenaga dan materi untuk mendukung menuntut ilmu secara total.
Hidayah ilmu ini akan Allah Ta’ala berikan, ketika kita bersungguh-sungguh dan totalitas. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Ankabut ayat 69:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Teladan Ulama Terdahulu
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang sering menahan lapar dan dahaga, serta meninggalkan urusan dunia untuk mendapatkan hadis dari Rasulullah ﷺ. Sehingga beliau termasuk sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Pahala mengalir ke beliau, berapa banyak amal ibadah yang dilakukan oleh umat ini karena hadis yang beliau riwayatkan.
Imam Bukhori rahimahullah, beliau datang ke berbagai wilayah dan negara untuk menuntut ilmu dan mengumpulkan hadis. Di antara daerah yang tekah dikunjungi oleh beliau adalah Madinah, Mekah, Bashrah, Baghdad, Syam, dan Mesir. Tentu transportasi tidak seperti zaman sekarang. beliau belajar kepada Ulama diantaranya Imam Ishaq bin Rahuyah, Imam Muhammad bin Yusuf al-Firyaabi, Imam Abu Nu’aim Fadhl bin Dukain, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam ‘Ali bin al-Madini, Imam Yahya bin Ma’in, Imam Makki bin Ibraahim al-Balkhi, dan lain-lain.
Berkat totalitas perjuangan beliau menuntut ilmu, dengan izin Allah Ta’ala lahirlah kitab monumental Jami’ Ashahih, yang dikenal dengan Shahih Al-Bukhori. Kitab hadis yang paling shahih setelah Al-Quran. Allah Ta’ala berikan berlimpah barakah, kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh Umat Islam.
Begitu juga dengam Imam Muslim rahimahullah. Merujuk pada Buku Terjemah Syarah Shahih Muslim, beliau melakukan perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu dan mengumpulkan hadis. Dilahirkan di Naisaburi dan melakukan rihlah mengumpulkan hadis ke Mekah, Kufah, Khurasan, Hijaz, Mesir serta Baghdad. Beliau menuntut ilmu dari banyak ulama, diantaranya adalah Imam Bukhori, Ibrahim bin Khalid Al-Yasykuri, Ibrahim bin Dinar At-Tamar, Ibrahim bin Ziyad Sabalan, Ibrahim bin Said Al-Iauhar, Ibrahim bin Muhammad bin ‘Ar’arah, dan lain-lain. Dari jerih payah beliau, dengan izin Allah Ta’ala lahirlah kitab Hadis Ashahih, yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab yang juga menjadi rujukan umat Islam.
Begitu juga dengan Imam Annawawi rahimahullah, beliau sangat semangat dan totalitas dalam menuntut ilmu. Dikisahkan bahwa Imam Nawawi setiap harinya mendatangi 12 Majelis ilmu. Maasyaa Allah. Dari kesungguhan dan totalitas menuntut ilmu ini, lahirlah kitab monumental Riyadhushalihin. Kitab yang juga masih “hidup” sampai sekarang. Selain Riyadhusholihin, banyak kitab yang beliu tulis diantaranya adalah At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Aladzkar, Arba’in, minhajut thalibin, Alminhaj dan lain-lain.
Keteladanan untuk kita
Demikian contoh ulama terdahulu yang totalitas dalam menutut ilmu. Beliau-beliau rahimahumullah tidak tanggung-tanggung dalam mencari ilmu, mengorbankan harta, waktu, dan tenaga. Serta berlelah-lelah rihlah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lain dalam rangka untuk menuntut ilmu. Hasil keikhlasan, jerih payah dan kesusahan beliau terbayarkan dengan ilmu yang beliau dakwahkan baik lesan maupun tulisan. Kitab-kitab yang dihasilkan selalu dimanfaatkan oleh umat.
Untuk generasi sekarang dan akan datang, semoga dapat mencontoh ulama terdahulu dalam memberikan totalitas menuntut ilmu.
Dalam buku 101 riwayat adab dalam menuntut ilmu, disampaikan kalimat indah yang menjadi motivasi untuk totalitas dalam menuntut ilmu yaitu perkataan Yahya bin Abi Katsir:
لا يستطاع العلم براحة الجسد
Artinya: “ Ilmu tidak akan didapatkan dengan tubuh yang santai”
Demikian tulisan ringan berkaitan dengan totalitas dalam menuntut ilmu, semoga mengispirasi generasi ini untuk bersemangat dan bersunggug-sungguh dalam belajar.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta