Menua Bersama ‘Aisyiyah
Oleh: Amalia Irfani
Mengulas perjalanan panjang perjuangan perempuan untuk mencerdaskan kaumnya dan bermanfaat bagi sesama, maka tidak akan lepas dari peran kader tangguh dalam bergerak dan mengedukasi hingga ujung usia. Mereka bergerak tanpa komando, tetapi karena kebutuhan masyarakat dan ummat. Sering kali perempuan pejuang harus merelakan kebersamaan dengan keluarga untuk dapat mengabdi. Sebuah pilihan yang sesungguhnya tidaklah mudah. Tetapi karena ikhlash untuk mendapatkan ridha Allah, gerak langkah tersebut menjadi ringan.
Penulis merasa beruntung dapat bertemu wajah dengan perempuan tangguh yang hidupnya diabadikan untuk pergerakan perempuan berkemajuan. Haru, bangga dan tergugah adalah rasa yang penulis rasakan saat akrab diterima oleh Bu Hasimah dikediamannya, Kamis, 16 Maret 2023. Lahir di Pontianak hampir 72 tahun silam, pensiunan guru yang pernah diamanahi sebagai Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Pontianak 2 periode, setelah sebelumnya menjadi wakil ketua. Bu Hasimah masih tetap bersemangat walaupun diusia dan fisik yang menua dan terbatas.
Dalam bincang santai bersama penulis, Bu Hasimah bercerita tentang perjalanan hidupnya di Muhammadiyah dengan terlebih dahulu bergabung di Nasyiatul Aisyiyah (NA) sebelum akhirnya aktif di Aisyiyah dan diamanahi menjadi Ketua PDA Kota Pontianak. Menurutnya, Ber-Muhammadiyah itu harus tulus dan ikhlash, tidak mengharapkan imbalan dan tidak ingin dipuji. ” Saya dipercaya selama dua periode ditambah 2 tahun karena Covid 19, sebagai Ketua PDA Kota Pontianak. Selama waktu tersebut alhamdulilah banyak kemajuan yang telah berhasil PDA Kota Pontianak raih, keberadaan dan pertambahan sekolah, klinik dan panti asuhan. Amal usaha Muhammadiyah memberikan kontribusi baik untuk masyarakat. Jelasnya
Bu Hasimah juga memaparkan perjalanan dan perjuangan Aisyiyah khususnya di Kota Pontianak, tidak lepas dari peran seluruh kader militan dan punya komitmen untuk memajukan. Pemerintah juga sangat mendukung, Bu Hasimah menyebut nama Pak Edi Kamtono yang sekarang menjabat sebagai Walikota Kota Pontianak, yang aktif dan mendukung program dan kegiatan PDA dan PDM Kota Pontianak. Dukungan pemerintah adalah bagian penting dari proses yang akan dan sudah dilakukan.
Dukungan Keluarga
Bu Hasimah yang telah 40 tahun mengabdikan dirinya di Aisyiyah menceritakan pentingnya dukungan keluarga bagi perempuan untuk dapat berkontribusi di masyarakat. “Kesungguhan dan kegigihan yang akhirnya membuat suami akhirnya memberikan izin dan ikhlash saya banyak menghabiskan waktu di luar rumah selain mengabdi sebagai pendidik”. Ungkapnya.
Berkontribusi di masyarakat memang bukan tugas yang biasa dan ringan, tetapi tidak pula terasa berat. Perempuan harus mampu membagi waktu dan konsentrasi antara tugas wajib sebagai istri dan ibu, serta tugas sosial di masyarakat. Perempuan cerdas berempati pada permasalahan ummat, dengan sendirinya mendidik anak keturunannya untuk juga ikut memiliki kepekaan, kepedulian pada nasib bangsa. Anak akan terbiasa melihat ibunya sibuk dalam kebaikan, maka ketika ia tumbuh dewasa, si anak dengan sendirinya akan meng copy paste semangat yang diwariskan oleh kedua orang tuanya, khususnya ibu.
Hal tersebut menurut Bu Hasimah, karena sejak kecil anak telah terbiasa melihat aktifitas ibu yang wara wiri ke masyarakat. “Alhamdulillah anak bungsu saya, mengikuti jejak langkah saya, di NA dan untuk periode 2022-2027 terpilih menjadi wakil ketua PDA Kota Pontianak walaupun dengan usia yang sebenarnya masih belia di Aisiyiyah”.
Regenerasi Kader Militan Aisyiyah
Usia dan tenaga yang tidak lagi muda, walaupun semangat masih kokoh dan tangguh membuat Bu Hasimah berharap gerak Aisyiyah sebagai perkumpulan perempuan berkemajuan tetap terjaga bahkan harus lebih baik. Pengkaderan harus terus dilakukan, dengan memaksimalkan sumber daya yang telah ada.
Generasi saat ini mari perkuat barisan, memaksimalkan ikhtiar. Bu Hasimah berharap konsistensi kader bukan sekedar ucapan tetapi harus dibuktikan dengan kesungguhan, ketulusan dan kejujuran karena Allah SWT.
Mengutip pesan Nyai Ahmad Dahlan untuk perempuan, “Janganlah urusan dapur melupakanmu untuk berjuang di masyarakat”, dan “Wanita jangan memiliki jiwa kerdil, tetapi bejiwa Srikandi.”
Amalia Irfani, Divisi Penguatan Politik Perempuan LPPA PWA Kalbar, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM