Adab Menuntut Ilmu: Tidak Berlebihan dalam Makan
Oleh: Tito Yuwono
Makan dan minum adalah kenikmatan
Hendaknya kita lakukan dengan kesyukuran
Baik dengan hati dan lesan
Juga dengan amal ketaatan
Makan dan minun hendaknya tidak berlebihan
Sifat tamak kita hindarkan
Agar terjaganya kesehatan
Juga tidak malas berbuat kebaikan
Makanan dan minuman merupakan karunia Allah Ta’ala. Dengan makan dan minum, tubuh kita menjadi sehat dan kuat untuk beraktivitas. Maka bersyukur kepada Allah Ta’ala jika kita masih diberikan kemudahan untuk mendapatkan makanan dan minuman yang halal. Bersyukur dengan hati, dengan lisan dan dengan amal perbuatan ketaatan.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 172:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.
Maka setiap makan, kita sertakan selalu dengan menyebut nama Allah dan setelah makan kita mengucapkan doa kesyukuran kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Al-bukhori:
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ
Artinya: Wahai Anakku, bacalah “bismilillah”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Imam Al-Bukhori)
Setelah selesai makan, maka mengucapkan doa kesyukuran sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ
Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (HR Imam Tirmidzi).
Demikian adab makan, selalu berdoa sebelum dan sesudahnya.
Tidak berlebihan dalam makan
Makanan dan minuman merupakan nikmat dari Allah Ta’ala yang merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Dengan makan dan minum kita menjadi bisa beraktivtitas dan bertumbuh. Namun begitu, dalam makan dan minum tidak diperbolehkan berlebihan, sebagaimana dala Surat Al-A’raf ayat 31:
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Tidak berlebihan dalam hal makan dan minum termasuk di dalamnya adalah tidak makan dan minum kecuali yang halal saja, makan dan minum tidak melebihi yang diperlukan oleh tubuh sehingga akan membahayakan kesehatan tubuh.
Di samping itu makan dan minum berlebihan akan menjadikan badan tidak nyaman untuk beraktivitas termasuk di dalamnya menuntut ilmu. Mata mudah mengantuk serta otak akan menjadi malas untuk berpikir. Sehingga bagi para penuntut ilmu akan menjadi penghambat dalam proses-proses menuntut ilmu, seperti membaca, menelaah, menulis, mendengarkan kajian dari ulama dan lain-lain.
Oleh karenanya Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk makan dan minum secukupnya saja, sebagaimana Hadis Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
Artinya: Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR Imam Tirmidzi)
Juga disebutkan dalam buku 101 riwayat adab menuntut ilmu dinukil perkataan Imam Syafi’i rahimahullah:
ما شبعت منذ ست عشرة سنة
Artinya: “Aku tidak pernah kenyang sejak enam belas tahun yang lalu”
Tidak berlebihan dalam makan dan minum juga mendidik jiwa untuk tidak tamak dan serakah terhadap dunia. Serta berlatih untuk bersikap zuhud yang merupakan sikap dari para penuntut ilmu.
Demikian tulisan ringan berkaitan dengan salah satu adab menuntut ilmu, yaitu tidak berlebihan dalam makan. Semoga Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada kita sebagai penuntut ilmu untuk bisa mengamalkan prinsip ini sehingga lebih bersemangat dan mudah dalam mendapatkan ilmu.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta