Pemanfaatan Tanah Wakaf PCM Turi secara Produktif dan Berkemajuan

Pemanfaatan Tanah Wakaf PCM Turi secara Produktif dan Berkemajuan

SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Cabang Turi mempunyai amanah untuk mengelola beberapa tanah wakaf, namun sebagian belum dimanfaatkan secara optimal.

Untuk memberikan motivasi, wawasan dan pengalaman bagi PCM Turi dalam membangun kebun pisang, dilakukan kunjungan lapangan ke kebun pisang di Kapanewon Bambanglipuro, Bantul dengan peserta adalah PCM dan warga persyarikatan Muhammadiyah Turi pada 22 Maret 2023.

Program pengabdian kepada masyarakat oleh UMY yang dipimpin oleh Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP menyatakan dari Program Studi Agroteknologi telah dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu kunjungan lapangan, penyuluhan dan pelatihan, dan penerapan teknologi budidaya pisang di lahan yang dikelola oleh PCM Turi.

Tanah wakaf yang dikelola PCM Turi mempunyai potensi yang besar jika dikelola dengan baik, karena berada di daerah dengan kondisi lingkungan yang bagus antara lain tanah yang subur karena abu vulkanik Gunung Merapi, ketersediaan air, dan udara yang sejuk.

Oleh karena itu, tanah wakaf Muhammadiyah Cabang Turi akan dikembangkan untuk tanaman buah yang pada masa sekarang ini semakin banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu buah yang banyak dibutuhkan masyarakat dan potensial dikembangkan di wilayah Turi adalah pisang.

Pisang merupakan salah satu buah unggulan Indonesia, disukai oleh masyarakat karena harganya yang   terjangkau   dan   banyak mengandung vitamin dan mineral, sumber karbohidrat dan vitamin a, serta dapat membantu atasi hipertensi, memperlancar metabolisme, meningkatkan kekebalan tubuh, dan sebagainya.

Pisang termasuk tanaman tradisional yang sudah diusahakan masyarakat sejak lama, namun pada umumnya petani menganggap pisang cukup ditanam tanpa cukup nutrisi dan pemeliharaan sehingga produksi pisang belum optimal.

Peningkatan pengetahuan dan kapasitas petani serta pendampingan budidaya dalam jangka waktu pendek diperlukan untuk memperbaiki sistem budidaya pisang.

Oleh karena itu, agar pemanfaatan tanah wakaf PCM Turi untuk kebun pisang dapat berhasil dengan baik, dilakukan program pengabdian kepada masyarakat oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan bagi PCM Turi dalam membangun kebun pisang.

Jika tanah wakaf tersebut dapat dikelola dengan baik dan menjadi produktif, dapat menjadi contoh bagi jamaah dan sekaligus sebagai media dakwah bil hal untuk membangun masyarakat yang berkemajuan.

Dalam kunjungan lapangan tersebut, juga dilakukan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang budidaya tanaman pisang, dengan nara sumber Bapak Lasiyo yang terkenal sebagai “Profesor Pisang”. Materi yang disampaikan dalam penyuluhan adalah potensi pisang, berbagai jenis pisang, teknis budidaya pisang dan pengelolaan kebun pisang. Selanjutnya dilakukan kunjungan ke kebun produksi dan kebun bibit.

Setelah mendapatkan banyak motivasi dan pengalaman dalam kunjungan ke kebun pisang di Bambanglipuro, Bantul, selanjutnya dirancang kegiatan membangun kebun pisang di tanah wakaf PCM Turi.

Langkah awal yang dilakukan adalah membuka lahan yang dilakukan dengan cara menebangi pepohonan yang ada menggunakan gergaji mesin, sedangkan semak belukar yang ada dipotong menggunakan sabit dan ditumpuk. Setelah cukup kering, sisa tumbuhan tersebut dibakar agar lahan menjadi bersih, sedangkan sisa tumbuhan yang masih hidup terutama yang menjalar, dikendalikan secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida.

Lahan yang relatif sudah cukup bersih, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m, dengan ukuran lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm. Jarak tanam tersebut digunakan dengan mempertimbangkan tanaman pisang nantinya akan tumbuh besar dan menghasilkan beberapa tunas anakan sehingga membutuhkan jarak yang agak lebar agar jangan sampai terjadi kompetisi dalam perebutan faktor pertumbuhan misalnya air, unsur hara, cahaya, ruang tumbuh, dan sebagainya.

Sambil penyiapan lahan, juga dilakukan penyiapan bahan tanam berupa bibit. Bibit yang digunakan dapat berupa bibit polybag berukuran tinggi 20–30 cm dan bibit dongkel anakan berukuran 100–150 cm.

Bibit polybag mempunyai kelebihan tanaman sudah tumbuh dengan baik sehingga kemungkinan mati relatif kecil, namun kekurangannya ukurannya masih kecil. Sedangkan bibit dongkel anakan mempunyai kelebihan ukurannya lebih besar, namun kekurangannya akar banyak terputus saat dipisahkan dari induknya sehingga ada kemungkinan bibit akan layu atau bahkan mati saat ditanam.

Mendasarkan pada pertimbangan lahan yang berada di dekat pemukiman dengan banyak ayam yang berkeliaran, maka bibit yang digunakan untuk kebun pisang di PCM Turi adalah bibit dongkel anakan yang ukurannya relatif sudah cukup besar.

Setelah lahan dan bahan tanam siap, selanjutnya dilakukan penanaman, yang dilakukan pada sore hari agar bibit setelah ditanam tidak mendapatkan kondisi lingkungan yang terik matahari dengan suhu tinggi, serta tanaman beradaptasi pada lingkungan yang baru.

Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam lubang tanam dan ditimbun dengan tanah bagian atas yang lebih subur sampai seluruh perakaran dan pangkal batang tertutup tanah.

Dengan luasan tanah wakaf sekitar 1.000 m2 dapat ditanam bibit pisang sekitar 100 bibit yang terdiri dari pisang Raja, Ambon, Kepok kuning dan Cavendis. Jenis pisang tersebut dipilih karena beberapa pertimbangan, antara lain lebih disukai, banyak dibutuhkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi sebagai buah segar atau diolah, dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Beberapa hari setelah penanaman, terlihat sebagian daun bibit pisang agak layu terutama pada siang hari yang terik dan bahkan berwarna kuning disebabkan kemampuan akar bibit pisang untuk mengambil air masih terbatas.

Oleh karena itu, setelah penanaman sebaiknya dilakukan pemberian air pada pokok tanaman, namun karena curah hujan di wilayah Turi masih cukup banyak, maka tidak dilakukan penyiraman.

Dengan pemeliharaan dan pengelolaan yang baik, tanaman pisang akan dapat mulai menghasilkan buah pisang pada umur 10–12 bulan sejak tanam, namun untuk panen berikutnya akan membutuhkan waktu yang lebih singkat antara 8–10 bulan.

Selain dihasilkan buah pisang, kebun pisang ini juga dapat menghasilkan bibit pisang yang dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan di tanah wakaf yang lain atau dijual ke masyarakat, sehingga keberlanjutannya cukup tinggi. (Arif)

Exit mobile version