Adab Menuntut Ilmu: Menghormati Guru (bagian 2)
Oleh: Tito Yuwono
Bagian adab menuntut ilmu
Menunggu kehadiran Bapak Ibu Guru
Duduk tenang bersiap selalu
Menerima hikmah dan ilmu
Serta berkhidmat dan membantu
Agar ilmu berkah selalu
Pada tulisan sebelumnya kita bahas berkaitan adab menuntut ilmu yaitu menghormati Bapak Ibu Guru. Penghormatan murid kepada Bapak Ibu Guru yang telah dibahas berupa kebiasaan mengucapkan salam kepada Bapak Ibu Guru, bersikap santun kepada Beliau, dan memperhatikan serta mendengarkan dengan baik pengajaran yang disampaikan oleh Bapak Ibu Guru.
Sering kita saksikan masih ada murid yang datang terlambat masuk sekolah tanpa uzur bahkan ada yang terkesan melambat-lambatkan masuk ke kelas mengikuti pelajaran. Padahal menunggu guru merupakan adab dalam menuntut ilmu. Dan juga ditemukan murid yang tidak sopan dan kasar kepada Bapak Ibu Guru bahkan sampai memperkarakan karena hal-hal yang sebenarnya dalam rangka untuk mendisiplinkan atau mendidik attitude murid.
Oleh karenanya pada tulisan ringan kali ini akan dibahas berkaitan dengan adab menuntut ilmu yang lain yaitu penghormatan terhadap guru dalam bentuk menunggu kehadiran guru, membantu Beliau dan juga tidak menyakiti hati Beliau.
- Menunnggu kehadiran Bapak Ibu Guru
Hendaknya murid menunggu kehadiran Bapak Ibu Guru, bukan sebaliknya Bapak Ibu Guru yang menunggu datangnya murid. Murid datang lebih awal dan menyiapkan diri agar benar-benar siap menerima ilmu dari Beliau. Masih banyaknya murid yang datang terlambat ke sekolah bahkan dilakukan dengan sengaja adalah contoh tidak hormatnya murid terhadap guru. Juga menunjukkan kurangnya kesungguhan dalam menuntut ilmu.
Ketika istirahat antar jam pelajaran, murid hendaknya memperhatikan batas waktu istirahat. Jangan sampai terlambat masuk karena masih makan dan minum di kantin ataupun ngobrol-ngobrol dengan kawannya di luar kelas.
Syaikh Ibnu jamaah rahimahullah dalam buku “Tadzkirotus Sami’ wal Mutakallim” menyampaikan:
وإذا حضر مكان الشيخ فلم يجده جا لسا انتظره كيلا يفوت على نفسه درسه؛ فإنكل درس يفوت لا عوض له
Artinya: “Jika seorang murid datang ketempat syaikh/guru dan dia tidak melihat Beliau duduk, hendaknya dia menunggu agar tidak ketinggalan pelajarannya, karena setiap pelajaran yang tertinggal itu tidak bisa tergantikan nilainya.”
- Membantu dan berkhidmat kepada guru
Hendaklan seorang murid membantu guru dalam banyak hal. Misalnya ketika melihat guru terlihat keberatan dalam membawa alat peraga ke kelas, maka hendaknya seorang murid proaktif membantu beliau. Juga ketika papan tulis sudah penuh dan guru ingin menghapusnya maka murid harus proaktif membantu menghapus papan tulis tersebut. Atau ketika seorang guru kesulitan untuk mempersiapkan perangkat pengajaran, misalnya setting LCD dan lain-lain, jika murid punya keterampilan itu hendaknya membantunya dengan meminta izin terlebih dahulu.
Ketika kondisi hujan, Bapak Ibu Guru akan berjalan ke kendaraannya, sedangkan murid membawa payung, maka murid proaktif memberikan bantuan untuk memayungi gurunya. Ini semua merupakan bagian dari khidmat seorang murid terhadap guru.
- Tidak menyakiti guru
Hendaknya seorang murid menaruh sopan dan takdzim kepada guru serta tidak menyakitinya. Ada banyak bentuk menyakiti guru, diantaranya ketika guru menerangkan ataupun mengajar, murid tidak memperhatikannya. Atau ketika guru minta tolong untuk dibantu, murid enggan membantunya. Hal juga menyakitkan guru adalah ketika seorang murid membanding-bandingkan gurunya tersebut dengan guru yang lain dengan nada yang merendahkan. Dan juga mengkonfrontasi antara yang diajarkan dengan pendapat guru lainnya. Jikalaupun seorang murid ingin sebuah kejelasan dari sebuah materi maka murid hendaknya menyampaikan dengan baik-baik yang tidak menyinggung hati guru.
Hal yang menyakitkan hati guru adalah murid berlaku tidak sopan terhadap guru. Berkata dengan nada kasar, bernada meremehkan dan dengan menggunakan pilihan kata yang tidak tepat.
Seorang murid yang menyakiti gurunya maka akan terhalang dari keberkahan ilmu. Syaikh Az-Zarnuzi rahimahullah dalam buku beliau “Ta’limul Muta’alim” menyampaikan bahwa “Barang siapa yang menyakiti gurunya maka ia terhalang dari keberkahan ilmu dan tidak bisa mendapatkan manfaat dari ilmu, kecuali sedikit.”
Demikian tulisan singkat dari kelanjutan artikel sebelumnya, berkaitan dengan adab seorang murid terhadap guru yaitu menghormati Bapak Ibu Guru. Diantara yang dibincangkan pada tulisan kali ini adalah menunggu kehadiran guru, membantu guru, dan tidak menyakiti guru.
Semoga Allah Ta’ala memebrikan kemanfaatan dari tulisan ringan ini untuk mewujudkan murid-murid yang berakhlaq dan beradab terutama kepada Bapak Ibu Guru. Seorang murid yang mempunyai adab insyaa Allah akan diberikan kemudahan-kemudahan dalam menuntut ilmu, serta ilmu yang didapat akan memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan ummat.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta