DEPOK, Suara Muhammadiyah – Isu lingkungan dan bencana ekologis seringkali timbul akibat model dan kebijakan pembangunan yang tidak ramah lingkungan, terutama bagi masyarakat di kawasan suburban (pinggiran perkotaan).
Dalam jangka panjang, kaum muda-lah yang kemudian merasakan dampak dari kelalaian tersebut. Sayangnya,kaum muda justru jarang dilibatkan oleh pengambil kebijakan dalam pembuatan keputusan.
Oleh karena itu, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bekerjasama dengan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dengan dukungan DFAT-ANCP dan Plan Australian melalui program Urban Nexus Fase 2 menyelenggarakan workshop pembangunan berwawasan lingkungan (green development) di Wisma Makara Universitas Indonesia, Ahad (19/3).
Sebanyak 40 kaum muda berusia 15-24 tahun dari Kelurahan Ratu Jaya dan Kelurahan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat antusias mengikuti kegiatan ini. Acara dikawal oleh fasilitator dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), MDMC, dan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pelatihan digelar melalui sesi diskusi kelompok, pengenalan problem lingkungan, identifikasi masalah, serta literasi terkait pembangunan berwawasan ramah lingkungan.
Sekretaris MDMC, Arif Nur Kholis mengungkapkan jika kaum muda yang mengikuti program ini dipersiapkan untuk menjadi peolopor perubahan intensif di lingkungannya.
Menurutnya, secara bertahap kaum muda didorong berubah dari sekadar orang muda menjadi influencer bagi lingkungan, dan selanjutnya dari influencer menjadi leader atau pemimpin dari kalangan kaum muda.
“Sehingga mereka akan jadi influencer-influencer komunitas untuk perubahan lingkungan yang lebih baik. Mereka akan jadi duta-duta di kelurahan masing-masing. Salah satunya adalah pada hari ini mereka memetakan masalah dan nanti diajak merumuskan aksi untuk campaign masalah tadi,” ujarnya.
Sementara itu Wahyu Perdana dari WALHI yang menjadi fasiliator pada kegiatan kali ini mengungkapkan pentingnya strategi pendampingan kaum muda dalam penanggulangan bencana. “Secara umum pelatihan ini menjadi penting untuk melihat bencana tidak di hilir dan penanganan saja. Faktor pilihan dan model pembangunan sebenarnya adalah faktor utama dalam bencana ekologis. Itu kemudian mengapa penting memahami konteks pembangunan yang selaras dengan alam dan lingkungan sehingga bencana bisa dihindari,” jelas fasilitator asal WALHI, Wahyu Perdana.
Wahyu juga berharap kegiatan ini membuka ruang bagi kaum muda untuk dilibatkan dalam pengambilan kebijakan pemerintah yang berwawasan green development.
“Kami berharap ini bisa menjadi ruang yang lebih besar untuk kaum muda, untuk meletakkan konteks pembangunan dan pengambilan keputusan yang harusnya melibatkan kaum muda,” tegasnya.
Sebelumnya, 40 kaum muda ini telah mengikuti rangkaian kegiatan program Urban Nexus dalam bentuk Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk Kaum Muda pada 17 dan 19 Februari 2023 untuk memberi akses kaum muda bermusyawarah dan menyampaikan aspirasi terkait perumusan kebijakan public di kelurahannya.
Secara umum capaian utama dari program Urban Nexus adalah merumuskan sistem penguatan leadership kaum muda yang berdampak nyata kepada pembangunan di lingkungannya dengan tiga fokus capaian: membentuk lingkungan sehat, lingkungan aman, dan lingkungan tangguh. (Afandi)