SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya melalui Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat telah mengadakan kegiatan Ruang Pemberdayaan Nasional 2023 yang bertema “Gerakan Filantropi Masyarakat Perkotaan”. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur pada Kamis-Ahad, 16-19 Februari lalu.
Dalam kegiaan Ruang pemberdayaan ini diawali dengan pembukaan pada tanggal 16 Februari 2023 yang bertempatan di Uditorium UM Surabaya yang dihadiri oleh wakil DPRD kota Surabaya Ibu reni astuti, S.Si M.PSDM. Serta dihadiri juga oleh ketua PDM Kota Surabaya bapak Hamri Al Jauhari, Wakil Rektor IV UM Surabaya Bapak Mundzakir dan juga seluruh peserta ruang pemberdayaan nasional 2023.
Pembukaan Ruang Pemberdayaan Nasional bertempat di Auditorium UMSurabaya pada Kamis, 16 Februari yang dihadiri oleh Wakil DPRD Kota Surabaya Ibu Reni Astuti, S.Si M.PSDM, Ketua PDM Kota Surabaya Bapak Hamri Al-Jauhari, Wakil Rektor IV UMSurabaya Bapak Mundzakir dan juga seluruh peserta Ruang Pemberdayaan Nasional 2023.
QS Al- Ma’un: 1-7 dan QS. Ali-Imron: 104 menjadi dasar dan pacuan PC IMM Kota Surabaya dalam mengadakan kegiatan Ruang Pemberdayaan Nasional. Kegiatan ini menjadi wadah bagi kader IMM se-Indonesia untuk menambah keilmuan mereka seputar pemberdayaan masyarakat perkotaan. Perlu diketahui, peserta kegiatan ini tidak hanya berasal dari kader IMM Surabaya saja, namun juga berasal dari beberapa kota, seperti dari Tangerang dan Tasikmalaya. Kegiatan ini juga menjadi bukti dan menjadi saksi bagi kita bahwa dalam mendapatkan sebuah ilmu memerlukan perjuangan dan perlu pengorbanan dalam mendapatkannya.
Kegiatan ini terdapat beberapa materi menarik, yaitu Muhammadiyah dan Pemberdayaan Sosial (Teologi Al-Ma’un), Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Strategi Gerakan Sosial Masyarakat Perkotaan, Advokasi dan Literasi, Analisis Sosial, Rowdfunding dan Kemitraan, terakhir Sharing Komunitas Sosial.
Materi pertama Muhammadiyah dan Pemberdayaan Sosial (Teologi Al-Ma’un) di sampaikan oleh Dikky Syadqomullah S.HI., HES. Pemateri menjelaskan bahwa sebuah pemberdayaan itu harus sesuai arah yang jelas dan juga dengan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan dalam pemberdayaan dengan melihat dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada dalam wilayah atau sebuah tempat yang nantinya akan dilakukan pemberdayaan.
Materi kedua Model-Model Pemberdayaan Masyarakat di sampaikan oleh Muhammad Sahrul S.Sos., M. Pemateri berpendapat bahwa sebuah pemberdayaan itu dibagi menjadi dua model yaitu model pemberdayaan parsial dan sistematis (berkelanjutan). Pengertian secara mudahnya dari dua model pemberdayaan ini yang pertama pemberdayaan parsial yaitu pemberdayaan yang bersifat sementara atau pemberdayaan jangka pendek, contohnya adalah bakti sosial, berbagi nasi pada hari jum’at.
Kemudian pemberdayaan dengan model sistematis (berkelanjutan) yaitu model pemberdayaan ini bersifat berkelanjutan, tersistematis, dan mempunyai jangka panjang, contohnya seperti pemberdayaan terhadap narapidana dengan memberikan kelas pertukangan dasar. Dalam pembahasan ini menegaskan pemberdayaan itu tidak hanya datang dari kita saja dan juga tidak sekedar kita datang di suatu tempat terus menggurui kemudian memberikan ini itu lalu pergi. Namun dalam sebuah pemberdayaan masyarakat kita harus mengikutsertakan masyarakat tersebut sebagai bentuk kolaborasi yang nantinya pemberdayaan tersebut tidak hanya datang dari luar saja tapi juga dari dalam yaitu masyarakat itu sendiri.
Kemudian dilanjutkan dengan materi Strategi Gerakan Sosial Perkotaan oleh Azrohal Hasan, M.Hum. Materi ini menjelaskan bahwa sebelum kita melakukan pemberdayaan, kita perlu juga memahami masyarakat dengan cara pendekatan, pendekatan ini bisa dilakukan dengan 2 cara, yang pertama pendekatan secara kultural sebagai background dan pendekatan struktural.
Materi selanjutnya tentang advokasi yang di isi oleh Satria Unggul W.P, S.H., M.H dimana advokasi bisa sangat penting dalam gerakan pemberdayaan jika dalam suatu wilayah atau tempat yang nantinya diadakan pemberdayaan itu diperlukan suatu pembelaan atau dampingan untuk masyarakat tersebut atau suatu wilayah dan tempat tersebut bisa memenuhi hak-haknya agar tercipta ligkunga ingklusif dan adil.
Kemudian diadakannya kegiatan analisis sosial sebagai pelatihan praktek dari gerakan pemberdayaan dimana peserta di bagi menjadi beberapa kelompok untuk menganalisis suatu tempat atau wilayah dimana peserta ditugaskan mencari problematika dan fenomena sosial yang terjadi di tempat yang sudah dipilihkan oleh panitia dan juga peserta berlatih memecahkan atau mencari solusi dari problematika yang terjadi di suatu tempat tersebut.
Fuad Fahmi Hasan, S.M selaku pemateri analisis sosial mengungkapkan Analisis sosial ini perlu juga dilakukan sebelum mengadakan gerakan pemberdayaan. Karena Analisis Sosial ini bisa membuat program pemberdayaan yang kita lakukan bisa menjadi program yang relevan dan tepat sasaran agar sesuai dengan kebutuhan.
Pada penghujung materi tetang Crowdfunding dan Kemitraan yang di sampaikan oleh M. Syafrizal Izzaqi, S.Hub., Int., sebagai pemateri dan juga sharing komunitas sosial yang di sampaikan oleh Yoyon Sukaryono, S.H., M.H sebagai ketua dari komunitas Sekolah Alam Raya Boneka Tanah sebagai penutup materi dalam kegiatan ruang pemberdayaan.
Menutup perbincangan ini sedikit kata dari saya bahwa dalam seuatu pemberdayaan di perlukannya pengetahuan, strategi dan tekad yang kuat dalam menjalakan suatu pemberdayaan. Karena pemberdayaan tepatnya tidak hanya sekedar memberi lalu pergi tapi juga dengan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian pada masyarakat agar masyarakat tersebut bisa berdaya dari luar dan juga dari dalam artinya masyarakat juga mendapat peran untuk ikut memberdayakan mereka sendiri. (Maulana Fernanda)