Sambut Bulan Ramadhan dengan Gembira dan Syukur
Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA
“Tamu” agung yang ditunggu-tunggu kedatangannya selama ini oleh umat Islam seluruh dunia telah datang. “Tamu” agung ini bernama bulan Ramadhan. Allah ta’ala telah mengutusnya kepada umat Islam dengan membawa banyak “hadiah” dari-Nya berupa keberkahan (bonus pahala yang berlipat ganda), rahmat (kasih sayang), itqun minar nar (pembebasan dari api neraka), maghfirah (pengampunan dosa), dan berbagai keutamaan lainnya. Inilah karunia dan rahmat Allah ta’ala kepada kita yang wajib kita syukuri..
Setelah sekian lama berpisah, kini bulan Ramadhan yang dirindukan kehadirannya selama ini telah hadir kembali menghampiri kita. Kedatangannya selalu dinantikan dan dielu-elukan oleh umat Islam di seluruh dunia. Suasana bersamanya menyenangkan dan membuat jiwa-jiwa orang mukmin tenang dan damai. Umat Islam seluruh penjuru dunia menyambut kedatangan Ramadhan dengan gembira, antusias dan syukur.
Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan Dengan Gembira dan Syukur
Sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan gembira dan antusias beribadah padanya serta syukur. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan membawa banyak keutamaan seperti rahmat (kasih sayang), maghfirah (pengampunan dosa), itqu minnan nar (pembebasan dari api neraka), keberkahan (dilipat gandakan pahala), sarana menjadi orang taqwa, malam Lailatul Qaadar, dan keutamaan lainnya. Ini nikmat dan karunia Allah yang wajib disambut dengan gembira dan disyukuri.
Dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya tersebut, maka sangatlah wajar bila bulan Ramadhan dijuluki oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebutan sayyid asy-syuhur (penghulu segala bulan). Oleh karena itu, bulan Ramadhan disambut dengan gembira dan antusias oleh umat Islam di seluruh dunia.
Sebaliknya, ada golongan yang merasa susah dan gelisah dengan kedatangan bulan Ramadhan. Mereka tidak bergembira sebagaimana umat Islam lainnya bergembira dalam menyambut kedatangannya. Mereka iadalah golongan setan dan para pengikutnya dari kalangan manusia yaitu para pelaku maksiat.
Bagi para setan, kedatangan bulan Ramadhan berarti menggagalkan usaha mereka selama ini dalam menjerumuskan umat Islam ke dalam neraka. Karena, pada bulan Ramadhan Allah ta’ala menyediakan pengampunan bagi orang-orang yang berpuasa, maka para setan tidak senang.
Rasa tidak senang juga dirasakan oleh para pengikut dan murid setan dari kalangan manusia. Mereka itu pata pelaku maksiat. Bagi mereka, Ramadhan mengganggu maksiat yang sudah biasa melakukan selama ini.
Tidak ada amalan khusus yang disyariatkan dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan karena tidak ada satupun dalil yang shahih yang menjelaskannya, kecuali menyambutnya dengan gembira, antusias dan syukur serta menyampaikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan menjelaskan berbagau keutamaannya.
Bulan Ramadhan merupakan karunia dan rahmat Allah ta’ala. Oleh karena itu wajib disambut kedatangannya dengan gembira, antusias dan syukur, sebagaimana firman Allah ta’ala, “Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (Yunus: 58).
Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata, “Saya tidak mengetahui sesuatu amalan yang khusus yang harus dilakukan oleh seorang muslim untuk menyambut bulan Ramadhan kecuali dengan perasaan bahagia, gembira dan senang serta bersyukur kepada Allah. Karena, Allah telah menyampaikannya kepada bulan Ramadhan dan memberikan kepadanya taufiq sehingga Allah menjadikannya termasuk orang-orang yang masih hidup serta berlomba lomba dalam beramal kebajikan.” (Majmu’ Al-Fatawa: 9/15).
Mensyukuri Nikmat
Kita wajib bersyukur kepada Allah ta’ala atas pemberian nikmat-Nya yang besar ini yaitu dipertemukan kita oleh Allah ta’ala dengan bulan Ramadhan. Dengan demikian, kita masih diberi kesempatan oleh Allah ta’ala untuk meraih berbagai keutamaan yang disediakan oleh Allah ta’ala pada bulan Ramadhan ini.
Barangkali pada bulan Ramadhan lalu, ibadah kita tidak optimal dan tidak pula berkualitas (yaitu tidak sesuai petunjuk Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam). Maka, pada bulan Ramadhan kali ini kita diberi kesempatan oleh Allah ta’ala untuk memperbaikinya agar badah kita menjadi optimal dan berkualitas.
Bersyukurlah orang-orang yang dipertemukan dengan Ramadhan. Betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak mendapat kesempatan beribadah di bulan Ramadhan kali ini, karena mereka telah dipanggil oleh Allah ta’ala (meninggal) terlebih dahulu sebelum kedatangan bulan Ramadhan. Begitu pula sebahagian saudara kita yang sampai hari ini masih sakit dan dirawat baik di rumah sakit maupun di rumahnya sendiri.
Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita agar senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah ta’ala berikan kepada kita dan tidak melalaikannya serta tidak kufur nikmat.
Allah ta’ala berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim: 7).
Allah ta’ala juga berfirman, “Maka ingattlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Al-Baqarah: 152).
Allah ta’ala berfirman, “Jika kamu kafir, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu, dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu.” (Az-Zumar: 7).
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua nikmat yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari).
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Pergunakanlah lima (kesempatan) sebelum (datang) lima (kesempatan lain); masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Maka, bersyukurlah kita kepada Allah ta’ala terhadap nikmat umur dan kesehatan ini sehingga kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, perbanyaklah ibadah dan amal shalih lainya pada setiap waktu khususnya di bulan Ramadhan yang agung ini. Lakukanlah ibadah sesuai dengan petunjuk Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, agar kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan oleh Allah ta’ala pada bulan Ramadhan ini.
Memberi Kabar Gembira Atas Kedatangan Bulan Ramadhan
Selain kewajiban menyambut kedatangan Ramadhan dengan gembira dan syukur, kita dianjurkan menyambut kedatangannya dengan cara memberi kabar gembira kepada umat Islam dengan menjelaskan berbagai keutamaanya. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasul shallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memberi kabar gembira kedatangan bulan Ramadhan kepada para sahabat beliau dengan menjelaskan berbagai keutamaannya.. Agar mereka termovasi untuk memperbanyak ibadah pada bulan ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika bulan Ramadhan datang, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepada kalian syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Padanya juga terdapat suatu malam (yang ibadah padanya) lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam tersebut, maka ia telah terhalang dari kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)
Dalam riwayat lain, “Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) didalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.” (HR. Al-Baihaqi).
Keutamaan lainnya, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan menjadi penghapus dosa di antara waktu tersebut jika dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim).
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan mengetahui batasan (hukum)nya, dan menjaga dari hal-hal yang sepatutnya dijaga, maka niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mencari ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan kabar gembair atas kedatangan bulan Ramadhan dengan menjelaskan berbagai keutamaannya. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberi motivasi dan semangat kepada umat Islam dalam beribadah di bulan Ramadhan.
Akhirnya, mari kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan gembira, bahagia, dan syukur. Selain itu dengan memberi kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan menjelaskan berbagai keutamaannya, agar umat Islam
termotivasi dan antusias untuk melakukan amal shalih seperti puasa, tadarus al-Qur’an, shalat-shalat sunnat khususnya tarawih, tahajud, dan witir, i’tikaf, infaq, memberi bukaan puasa dan sahur untuk orang yang berpuasa, dan sebagainya.
Mari kita perbanyak ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan ini dengan maksimal, optimal dan berkualitas (yaitu sesuai dengan petunjuk Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam) agar ibadah kita diterima oleh Allah ta’ala. Jika tidak, maka ibadah kita tidak diterima. Semoga Allah ta’ala menerima ibadah kita dan semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Aamin..!
Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA, Dosen Fiqh dan Ushul pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM), dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Syah Kuala Banda Aceh.