Urgensi Dakwah
Oleh: Diyan Faturahman
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ . وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَمِنْهُ الْمُبْتَدَأُ وَإِلَيْهِ الْمُنْتَهَى وَالْمَآب . وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْحِسَاب . أَمَّا بَعْدُ . فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى : أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Salah satu hal yang menguatkan kita untuk tetap ber-Islam ialah tidak lepas dari usaha dakwah yang telah dan terus dilakukan oleh para dai, mubaligh, guru, orangtua hingga teman sebaya. Kemudian untuk menjaga agar nikmat hidayah ini tetap ada, baik pada diri, keluarga, sahabat maupun orang yang kita cintai secara umum, salah satu usahanya ialah melalui jalan dakwah.
Kita khawatir, manakala kedzaliman sudah terjadi di mana-mana, bahkan sampai hilang kendali, maka ingat-ingatlah akan salah satu firman Allah SWT berikut ini,
وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (QS. Al-Anfal: 25)
Manakala melihat maksiat dan kejahatan, apa yang langsung terbenak dalam diri kita. Mencegah, melarang atau membiarkan?
Sikap membiarkan ini yang harus dihilangkan dalam diri setiap mukmin, bukankah salah satu nilai agar kita tidak termasuk ke dalam golongan manusia yang merugi adalah saling menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran? Sabda Nabi juga mengingatkan manakala kita melihat kemungkaran hendaknya dicegah atau diubah dengan tangan atau lisan kita, atau minimal sekedar mengingkarinya dengan hati kita.
Bukankah wasiat Luqman pada anaknya, begitupun di antara ciri orang yang shalih, tanda umat yang beruntung, juga sebaik-baik umat, disebut dalam beberapa ayat di Al Quran, antara lain sebab mereka mau ber-amar ma’ruf nahi munkar?
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكْرَىٰ
…oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat (QS Al-A’la: 9).
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Berikut wasiat Luqman:
يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan beramar ma’ruf nahi mungkar-lah serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17)
Adapun, mereka yang beruntung sebagaimana dalam ayat:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, dengan beramar ma’ruf nahi mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Salah satu makna Amar Ma’ruf Nahi Munkar yaitu sikap dan perbuatan untuk mengajak pada kebaikan dan melakukan tindakan preventif, mencegah dan mengantisipasi kemungkaran. Ajak pada kebajikan, tutup segala pintu kemungkaran, yakni menutup dengan aneka yang ma’ruf.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar bukanlah sikap reaktif, sporadis dan sarat kekerasan. Sebaliknya, ia adalah satu konsep yang sistematis dan terencana. Bahkan secara bahasa mengandung arti santun, lembut, menjunjung tinggi nilai-nilai serta tradisi yang baik. Meski, adakalanya memang harus mengambil sikap yang tegas.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Diingatkan kita oleh Allah Ta’ala melalui QS. Al-Anfal: 25 di atas. Berhati-hatilah dan takutlah akan siksaan, malapetaka, azab, fitnah yang pasti akan menimpa suatu kaum, yang dampaknya bukan kepada mereka saja yang berdosa, namun juga mereka yang tak berdosa.
Marilah kembali kepada Al-Quran dan sunnah Nabi kita Muhammad Saw. dengan berupaya meninggalkan segala hal yang dapat mendatangkan murka Allah SwT. Ushikum wa Nafsi.
Ingatlah, bahwa Tuhan selain memiliki sifat yang Maha Kasih, Maha Penyayang tapi juga punya sifat Al Aziz, Al Qohhar, Yang Maha Perkasa. Huwal Jabbar, Yang Maha Kuasa, Huwal Khofidh Huwal Mudzill Yang Maha mampu merendahkan dan menghinakan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Tentu kita bersyukur, Allah Yang Maha Adil sudah menentukan qadha dan qadhar-Nya. Bahwa setiap musibah yang terjadi atas diri setiap orang beriman adalah Rahmat. Sebab, jika dia mampu bersabar maka itu adalah kebaikan. Jika nikmat yang ia terima, lalu bersyukur itupun kebaikan. Maka semua hal adalah kebaikan semata.
Kami tidak mengatakan bahwa setiap musibah adalah murni karena dosa manusia, atau karena azab dan sebagainya. Di luar sana, bencana yang melanda justru dapat dipelajari, dimitigasi dan diantisipasi sehingga dampaknya tidak meluas. Kemungkinan adanya korban pun dapat dicegah. Namun kita juga perlu waspada dengan bencana yang muncul disebabkan ulah tangan manusia sendiri, bukankah Allah telah tegas berfirman:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41)
Kita yakin setiap kita akan menemui ajal, dan sungguh indah akhir hayat seorang mukmin, ia sambut dengan tenang, diberikan salam oleh Malaikat, lisannya tak henti mengucap dzikir, wajahnya teduh penuh senyum, meski rasa sakit saat sakaratul maut begitu dahsyat, namun kabar gembira yang datang setelahnya dapat melupakan apa yang pernah dilalui.
Di alam kubur ia akan ditemani amal shalih yang pernah ia lakukan, menjadi sosok yang rupawan, wangi semerbak membersamai hingga hari kebangkitan. Apalagi saat ia mampu beramal jariyah, melalui ilmu yang telah diajarkan, melalui anak²nya yang shalih yang terus mendoakan, melalui sedekah yang manfaatnya terus dinikmati oleh mereka yang ditinggalkan. Masyaallah, Robbanaa watawaffana ma’al abror.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ . رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Diyan Faturahman, S.Ag., M.Pd, Staf Pengajar di LPSI UAD
.