YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Salah satu nikmat yang perlu disyukuri oleh umat Islam adalah diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan pada tahun ini. Karena dengan hal itu, Allah memberi kesempatan lagi untuk meningkatkan ketakwaan melalui rangkaian ibadah di bulan Ramadhan dengan kembali normal.
“Alhamdulillah tahun ini kita bisa kembali seperti semula dan semuanya atas doa, ikhtiar, dan atas izin Allah SWT,” ucap syukur ustadz Parjiman selaku penceramah Tarawih di Masjid Islamic Center UAD pada hari Kamis (23/03).
Dalam kesempatan ceramah, beliau menyampaikan, bahwa kehidupan umat Islam harus dipenuhi dengan kesadaran diri, karena ada saatnya umat Islam selalu merasakan kebahagiaan dan kesedihan. Pada keadaan sedih yang mendalam ketika kembali sepi dan sunyi, yakni ketika umat Islam kembali ke hadirat Allah SWT. Maka sudah sewajarnya bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat tepat untuk introspeksi diri, mawas diri, dan untuk menyadari serta mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput.
“Shiyam ramadhan adalah amalan yang memang betul-betul kita kerjakan secara individu. ketika shalat kita ada kesempatan berjamaah, pada saat itu kita mengerjakan shalat secara berjamaah dan semakin banyak jamaah, maka ketika itu kita akan merasa semakin khusyuk,” ujarnya.
Ustadz Parjiman menyampaikan, dalam amalan-amalan yang dilakukan di bulan Ramadhan selain mendapatkan pahala juga memberikan dampak yang positif dalam nilai-nilai sosialnya. Seperti halnya memperbanyak sedekah yang bisa membantu orang-orang yang membutuhkan. Dan hal itu bisa menambah bekal hidup nanti di akhirat kelak.
“Ada satu kesadaran, bahwa memang dengan kesadaran kesendirian itu akan menyebabkan kebermaknaan diri, bahwa memang pada saatnya kita pernah mengalami keramaian tapi pada saat yang lainnya kita akan sendiri, pasti sendiri. Ketika kita masuk di alam yang sangat kita kenal dan kita imani tapi kadang-kadang kita tidak menyiapkan diri, yaitu yang dikenal dengan alam kubur,” jelasnya.
Ketika kedekatan seorang hamba dengan Allah semakin erat itu akan menyebabkan di manapun seorang hamba berada, selalu merasa memiliki kemanfaatan diri dan selalu merasa bersama dengan Allah. Karena itu puncak sebagai seorang hamba. Dengan hal itu, menyebabkan hamba-Nya berhati-hati dalam beramal, dan puncak tertinggi akhlak seorang hamba ialah ihsan. Maka, tidak perlu merasa khawatir ketika sendiri dan mengalami keterasingan. Karena amalan-amalan yang dilakukan di bulan Ramadhan sebenarnya itu dilatih untuk senantiasa dekat kepada Allah SWT. (Sakila)