Equlibrium, Sustainable, and Change, Itulah Muhammadiyah
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah perlu mengkapitalisasi pengalaman 100 tahunnya untuk mencapai ekspektasi di masa depan. Tentang kemajuan dan keunggulan di berbagai bidang kehidupan. Menurut Muhadjir Effendy hal tersebut dapat dicapai dengan cara melakukan reorientasi, redefinisi, dan reaktualisasi gerakan. Dalam hal ini Muhammadiyah berada pada posisi yang pro terhadap perubahan. Mengaktualisasikan perubahan dengan cara menjaga keseimbangan dan keberlanjutan dalam berbagai aspek.
Adapun ekspektasi yang diikhtiarkan oleh Muhammadiyah adalah, perwujudan aktualisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif umat manusia yang memiliki corak dan karakter berkemajuan serta unggul. Unggul dalam wujud sistem nilai sosial, nilai budaya, serta nilai fisik yang dibangun. Selain itu juga adaptif terhadap perubahan serta selalui menitikberatkan pada keseimbangan dan nilai-nilai keberlanjutan demi kehidupan yang damai dan sejahtera.
“Berubah (change), seimbang (equlibrium), dan berkelanjutan (sustainable), itulah Muhammadiyah,” ujar Muhadjir dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (26/3).
Dalam forum yang sama, hal senada juga disampaikan oleh Halman Latief, Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ia mengatakan bahwa untuk mencapai kemajuan, perlu usaha-usaha kolektif dalam membangun narasi, berkontribusi menciptakan perubahan, dan kemudian berpartisipasi secara aktif untuk memastikan keberlanjutan sistem yang telah dibangun.
Sebagai organisasi Islam tertua, Muhammadiyah telah memiliki segudang kontribusi yang melegenda di masa lalu. Menurut Dirjen Haji dan Umrah Kementrian Agama RI tersebut, agar kontribusi Muhammadiyah terhadap bangsa tidak terputus, Muhammadiyah perlu mendorong para kadernya untuk berdiaspora di berbagai posisi dan jabatan di negeri ini. Selain itu, dalam hal partisipasi, Muhammadiyah sudah cukup independen dalam melakukan aksi kritiknya kepada pemerintah. Memberikan kritik yang membangun demi kemajuan bagi seluruh elemen bangsa. (diko)