KALA PUASA MENJADI TANPA MAKNA
Sutradara film Garin Nugroho dalam sebuah dialog di lingkungan Mu – hammadiyah me – ngatakan dia tidak habis mengerti pada kapitalisasi yang berlebihan terhadap puasa. Dengan nada jengkel dan sedikit marah Garin bertanya,”Kenapa bisa ada kuis di televisi yang tidak cerdas babar blas. Penon – ton ditanya ayat suci yang berisi perintah puasa. Yang bisa men – jawab diberi hadiah uang dan tepuk tangan. Lalu ditanya apa saja yang membatalkan puasa. Dan seterusnya.”
Substansi puasa tidak ada pada hal yang seperti ini, sam – bungannya. Mereka menjadikan agama menjadi semacam pesta dan simbol pesta duniawi. Iklan tentang sirup, sarung, kecap menjadi alat ‘dakwah’ produk ini, melebihi atau malah me – nenggelamkan pesan pesan substansial puasa.
Yang hadir dalam budaya pop kita dan budaya masyarakat industrial kita adalah sisi sisi artifisial dari ibadah puasa. Dan orang orang menganggap biasa gejala seperti ini. Maka kemudian, resikonya adalah puasa akan terasa menjadi sesuatu yang biasa.
Di era sebelum pandemi, minggu pertama bulan puasa ‘jamaah mall dan jamaah toko yang memajang alat perlengkapan dan makanan lezat untuk Lebaran sudah lebih ramai diban – dingkan dengan jamaah tarawih. Makin hari makin ramai.
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket