Tetaplah Lapar, Tetaplah Dahaga
Oleh Bahrus Surur-Iyunk
Siapa yang tidak mengenal Steve Jobs. Seorang tokoh bisnis, pendiri dan mantan CEO Apple Inc. Jobs juga pernah duduk sebagai pejabat eksekutif Pixar Animation Studios; menjadi anggota dewan direktur The Walt Disney Company pada tahun 2006, setelah ambil alih Pixar oleh Disney. Namanya dicantumkan sebagai produser eksekutif dalam film Toy Story tahun 1995.
Tahun 1986, ia mengambil alih divisi grafis komputer Lucasfilm Ltd yang kemudian menjadi Pixar Animation Studios. Ia menjadi CEO dan pemegang saham terbesarnya sebanyak 50,1% sampai diambil alih oleh The Walt Disney Company tahun 2006. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini mulai bercabang, memperkenalkan dan memperbarui peralatan digital lain. Melalui pengenalan pemutar musik portabel iPod, perangkat lunak musik digital iTunes, dan iTunes Store, perusahaan ini merambah bidang elektronik konsumen dan distribusi musik. Tahun 2007, Apple memasuki bisnis telepon seluler melalui pengenalan iPhone, sebuah telepon seluler dengan tampilan multi-sentuh yang juga memiliki fitur iPod dengan peramban web bergeraknya sendiri.
Kendati begitu, tidak banyak orang yang pernah membaca atau sekedar menyimak pidatonya yang terkenal dan sangat menyentuh hati banyak orang. Yaitu, saat ia berceramah pada acara wisuda di Universitas Stanford, Amerika Serikat pada 2005. Pada akhir pidatonya, yang sangat bertenaga itu ia bercerita, “Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog (Katalog Seluruh Dunia)“, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya.
Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, sehingga semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google. Isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda.
Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish.” (Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. “Stay Hungry. Stay Foolish.” Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. tetap lapar dan tetap bodoh.
Orang yang lapar adalah orang yang paling mampu mensyukuri arti sesuap nasi. Orang yang lapar tahan banting untuk mendapatkan sesuap nasi. Orang yang lapar akan berusaha dengan segenap kemampuannya meraih kehidupan yang lebih baik. Meski lapar juga seseorang bisa terkena tampias angin kekufuran dan nekad melakukan perbuatan yang menyakitkan. Orang yang bodoh tidak memiliki prasangka. Orang yang bodoh terbuka terhadap hal-hal baru. Orang yang senantiasa merasa dirinya bodoh tidak akan pernah berhenti untuk belajar.
Itulah Steve Jobs yang (mungkin) tidak pernah tahu bagaimana kaum muslimin menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga. Namun, Jobs percaya bahwa rasa lapar itu bisa menjadikan seseorang bisa mencapai kesuksesannya di dunia. Islam memaknai lapar (puasa) lebih dari sekedar untuk mencapai kepentingan dunia, tetapi untuk mencapai sesuatu yang hakiki. Islam mengajarkan puasa (lapar, dahaga dan tidak berkumpul dengan suami/istri) lebih dari sekedar mencapai kenikmatan jasmaniah, melainkan kenikmatan ruhani yang mengantarkan seseorang pada kebahagiaan yang sesungguhnya, meski tidak semua menyadari dan bisa menikmatinya.
Penulis adalah penulis buku Matahari di Balik Benteng Tradisi, Satu Abad Sejarah Muhammadiyah Sumenep (2022)