YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebuah kebahagiaan bagi umat Islam masih tetap menjalankan aktivitas Ramadhan, utamanya adalah dalam menjalankan ibadah puasa. Menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang yang berpuasa dan di saat berbuka puasa serta ketika mampu menghadapi berbagai hal yang termasuk pembatal-pembatal puasa. Prolog dari ustadz H. Aly Aulia (Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta) dalam ceramah tarawih yang ke-12, pada hari Ahad (02/04).
Beliau menyampaikan juga bahwa ada satu kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika nanti dapat bertemu Allah swt. Karena pertemuan dengan Allah adalah sebenar-benarnya kebahagiaan. Kemudian untuk bertemu dengan Allah, seorang hamba harus memiliki bekal. Setidaknya ada 5 (lima) hal yang perlu diantisipasikan dengan aktivitas amal perbuatan seorang hamba di dunia.
Pertama, syarat utama yang harus diperhatikan dalam amal kebaikan adalah pemahaman yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Ketika seorang hamba memiliki pemahaman tentang amal maka dapat membedakan antara amalan yang sekunder dan primer.
Al-Qur’an dituntut dan dipinta oleh umat Islam untuk dibaca, dipelajarinya, diamalkannya, mengajarkannya, serta untuk membela jika ada yang melecehkannya. Beliau menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat aqliyah (dapat dipahami dengan akal).
Maka seorang hamba harus memiliki pemahaman bahwa Al-Qur’an adalah sebuah kebenaran. Lalu paham sunnah, yaitu tentang tingkah laku dan perkataan Rasulullah saw. Maka syarat utama untuk memastikan aktivitas amal seorang hamba adalah aktivitas yang berbuah di akhirat kelak, dengan menyakini penuh dalam pemahaman.
Awal dari penyimpangan terhadap ajaran agama adalah ketidakpahaman. Karena ketidakpahaman itu seorang hamba hanya akan ikut-ikutan ketika melaksanakan sebuah amal perbuatan dan hal itu ternyata jauh dari tuntunan Islam. Kedua adalah ketaatan.
“Jika sudah ada pemahaman, maka ketika ia mengerjakan sesuatu ia akan taat dan patuh dengan apa yang telah dituntunkan kepadanya. Pastikan jika kita sudah paham dan mengerti dengan ajaran agama laksanakan sesuai dengan ketentuan. Ada banyak orang yang dengan kesombongannya dan keangkuhannya ia justru menjauh dari tuntunan Allah.” Jelasnya.
Ketiga, adalah keikhlasan ketika melakukan sebuah amal tanpa pamrih dan dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Kemudian yang keempat dan kelima ialah sabar dan teguh pendirian. Oleh karena itu dengan pemahaman yang baik, dengan penuh ketaatan, keikhlasan dan sabar dalam menjalankannya, maka semuanya akan menjadi bekal di akhirat kelak. (Sakila Ghina Athifa Eka Bhavani)