YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bulan Ramadhan 1444 H. yang baru saja berlalu, di mana semua umat muslim dapat menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh dengan sebaik-baiknya. Segala macam pantangan dan larangan di siang hari bulan Ramadhan telah dihindarkan. Mental dan budi pekerti telah berusaha ditingkatkan ke arah yang lebih mulia. Kemurahan hati dan kedermawanan diuji dengan mengeluarkan sedekah, zakat fitri dan zakat lainnya kepada kaum yang membutuhkan dan berhak menerimanya. Semua itu berhasil dilalui atas berkat kemurahan dari Allah swt.
Arif Rahman (Wadek FAI UAD) selaku khatib idul fitri di halaman kampus IV UAD pada hari Jum’at (21/04) menyampaikan bahwa hari raya idul fitri merupakan bentuk pencapaian kemenangan umat Islam setelah menjalankan ibadah di bulan Ramadhan yang dipenuhi dengan rahmat dan maghfirah, bulan yang penuh ujian dan pembinaan ke arah yang benar, melatih kesabaran dan menjaga kerendahan hati untuk tidak berlaku sombong.
Allah swt berfirman,
“Tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang dirahasiakan dan disediakan untuk orang-orang itu yakni ketenangan hati sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat” (Q.S. As-Sajdah: 17)
Para ulama mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang telah melaksanakan puasa. Hal ini juga berdasarkan Q.S. Zumar: 10. Dalam hal ini, beliau sampaikan 2 hal alasan mengapa demikian.
Pertama, bahwa puasa itu hanya dapat disaksikan oleh pelakunya sendiri dan Allah swt, sehingga nilai kesungguhan bergantung pada kesabaran diri dan kejernihan iman yang dimiliki oleh orang yang berpuasa.
Kedua, ibadah puasa merupakan tantangan pada musuh-musuh Allah. Perantara godaan setan adalah kesyahwatannya itu. Kekokohan itu adalah melalui pantangan-pantangan syariat puasa. Maka untuk menindas gerakan musuh Allah itu adalah dengan berpuasa. Hal itu juga sebagai pertolongan untuk menegakan agama Allah.
Kemudian, bulan puasa Ramadhan telah usai, sehingga beliau memberikan catatan dan perhatian kepada para jamaah bahwa pengaruh dari puasa yang sudah dilakukan itu bagaimana seseorang melihat terhadap 11 bulan kedepannya. Karena indikator puasa adalah bertambahnya kemampuan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya. Bertambah pula mampu menjaga masyarakat dan bangsa ini dari kerusakan dan bencana yang menyebabkan derita lahir dan batin.
“Hari raya idul fitri yang penuh kebahagiaan ini jangan sampai memperdayakan kita untuk mengikuti keinginan syahwat dengan berlomba-lomba membeli dan memakai pakaian atau barang lain yang kesemuanya itu seringkali di luar kemampuan. Tetapi hari raya itu adalah untuk ketaatan kepada Allah dan rasul kian hari kian bertambah serta semakin jauh dari kemaksiatan,” pesannya. (Badru Tamam)