Puasa sebagai Pendidikan Kejujuran

Puasa sebagai Pendidikan Kejujuran

Oleh: Tito Yuwono

 

Puasa, pendidikan kejujuran

Kejujuran membawa kepada kebaikan

Kebaikan membawa ke surga, penuh kenikmatan

Cita-cita semua orang beriman

 

Dusta dijauhi

Kerusakan terhindari

Terwujud masyarakat madani

Aman, makmur dan diridhoi

 

Alhamdulillah, hari ini, Rabu 5 April 2023, kita telah mendapatkan hampir separo dari puasa kita. Perasaan senang dan sedih bercampur dalam hati. Perasaan senang muncul karena telah melaksanakan titah Allah Ta’ala untuk menjalankan puasa, sementara rasa sedih muncul karena sebentar lagi Ramadhan akan lekas berlalu meninggalkan kita.

Momen puasa adalah momen yang sangat baik sebagai pendidikan/tarbiyah ummat. Dalam tulisan di Suara Aisyiyah, telah kami sampaikan secara global puasa sebagai tarbiyah dalam peningkatan aqidah, istikamah dalam beribadah, serta berakhlaq mulia (https://suaraaisyiyah.id/bulan-ramadan-sebagai-syahrul-tarbiyah).

Pada tulisan kali ini, kita akan membincangkan puasa sebagai pendidikan akhlaq, khususnya pendidikan kejujuran. Kedudukan akhlaq dalam Islam sangat penting. Salah satu misi Rasulullah ﷺ di utus adalah untuk perbaikan akhlaq sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (HR Imam Ahmad).

Puasa dan kejujuran

Kejujuran adalah bagian dari akhlaq yang mulia. Ia akan berdampak pada kebaikan. Dan kebaikan akan mendapatkan surga. Bagi orang yang jujur, dia akan selalu diberikan ketenangan. Sebaliknya ketidakjujuran merupakan bagian dari akhlaq yang tidak terpuji. Ujung dari ketidakjujuran adalah tidak tenang dan kerusakan.  Rasulullah ﷺ bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Artinya: ”Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong” (HR. Imam Muslim).

Maka puasa ini merupakan momentum yang sangat baik untuk pendidikan kejujuran. Ibadah puasa sendiri yang merupakan ibadah dengan sifatnya yang tidak kelihatan merupakan latihan kejujuran. Secara fisik antara yang tidak puasa dan orang yang puasa tidak kelihatan. Sehingga diperlukan kejujuran kepada Allah Ta’ala.

Bahkan Rasulullah ﷺ mewanti-wanti dan mengingatkan kita bahwa Allah Ta’ala tidak memerlukan lapar dan dahaga kita sementara kita tidak jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya:  “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Imam Bukhari)

Maka satu bulan ini penuh ini kita berlatih untuk selalu berlaku jujur dan hati-hati. Baik dalam keadaan bercanda maupun dalam urusan yang serius. Baik jujur dalam perkataan maupun jujur dalam perbuatan.

Ketika bergaul di tengah-tengah masyarakat kita memegang teguh kejujuran ini, baik di keluarga, di lingkungan kerja serta dimanapun kita berada. Kerusakan yang ditimbulkan ketidakjujuran ini sangat besar, apalagi bagi yang memegang amanah. Ramainya berita akhir-akhir ini berkaitan dengan transaksi yang tidak jelas yang jumlahnya sangat fantastis ratusan trilyun akibat tidak jujurnya pemegang amanah dan itu terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kesulitan untuk hidup.

Dengan kejujuran, insyaa Allah masyakarat kita akan menjadi masyarakat yang aman, damai dan makmur.

Orang yang memegang kejujuran akan dibalas oleh Allah Ta’ala dengan surga, sebagaimana dalam Quran surah Al-Maidah ayat 119:

قَالَ ٱللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Artinya: Allah berfirman: ” Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.”

Demikian, tulisan singkat berkaitan dengan puasa sebagai pendidikan kejujuran. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita semunya kekuatan kepada kita untuk istikamah dalam kejujuran, sehingga kita menjadi hamba yang benar dan jujur, yang berdampak pada ketenangan dan kebaikan. Dan juga masyakat kita menjadi masyarakat yang aman, nyaman, serta makmur karena kejujuran rakyat dan pejabatnya.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.

Tito Yuwono, MSc, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman. Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Exit mobile version