Puasa sebagai Pendidikan Menahan Nafsu Amarah

Puasa sebagai Pendidikan Menahan Nafsu Amarah

Oleh: Tito Yuwono

 

Orang yang dapat menahan amarah

Mengendalikan hati dan jiwa

Saat emosi tergoda

Dialah yang perkasa

 

Menahan marah dan memaafkan

Adalah kebajikan

Penuh keutamaan

Diganjar surga penuh kenikmatan

 

Puasa, latihan mengendalikan diri

Berkata baik dan terpuji

Walau digoda dan dicaci

Tidak marah dan tidak emosi

 

Marah adalah salah satu tabiat manusia. Marah ini muncul ketika ada sesuatu yang tidak berkenan dihatinya. Untuk mengurangi resiko akibat perbuatan marah, maka nafsu amarah ini harus dikendalikan. Jangan sampai merusak dan membuat madhorot untuk diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan sekitar. Ketika marah tidak terkendali, maka denyut jantung berdetak kencang, aliran darah akan semakin cepat, serta jiwa tidak akan normal. Marah terkendali juga berisiko menyakiti dan melukai orang lain serta merusak barang-barang disekitarnya. Maka ketika marah bisa ditahan, dampak-dampak negatif marah tersebut akan mengecil bahkan jadi tidak ada.

Bagi orang yang berusaha menahan marah, dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai orang bertaqwa dan muhsinin. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Ali-Imran ayat 133 dan 134:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS ali-‘Imran: 133),

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS ali-‘Imran: 134),

Rasulullah ﷺ juga memuji orang yang mampu menahan marah adalah sebagai orang yang kuat. Bukannya orang yang kuat itu adalah yang menang dalam berkelahi ataupun gulat. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Artinya: “Bukanlah orang kuat dengan (selalu mengalahkan lawannya) dalam pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Imam Al-Bukhori)

Orang yang mampu menahan amarahnya padahal dia mempunyai kemapuan untuk melampiaskannya, diberikan keutamaan di hari akhir, yaitu Allah Ta’ala banggakan dihadapan semua orang dan dberikan karunia memilih bidadari cantik lagi jelita.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ

Artinya: “Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.” (HR Imam Abu Daud)

Ketika Jariyah Ibnu qudamah rahimahullah-seorang sahabat Nabi ﷺ, memohon nasehat kepada Beliau ﷺ, maka nasehat Beliau ﷺ adalah jangan engkau marah, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi bersabda: “Engkau jangan marah! (HR Imam Al-Bukhori)

Puasa dan Menahan Marah

Sebagaimana disampaikan di atas bahwa banyak sekali keutamaan menahan marah. Sehingga menahan marah ini harus kita latihkan dan kita ikhtiarkan untuk diri kita. Puasa merupakan momentum yang sangat baik untuk olah jiwa dan hati menahan marah. Puasa tidak sekedar tidak makan dan minum serta berhubungan badan, namun juga membersihkan hati serta melatih jiwa untuk dalam rel kebaikan, salah satunya menahan marah. Selama satu bulan penuh kita biasakan untuk mengendalikan diri, merespon dengan baik apa yang masuk dalam alam pikiran kita. Ketika ada yang kurang menyenangkan dan membuat emosi, kita ingat kita sedang puasa. Kita kendalikan perasaan kita supaya nafsu amarah bisa kita tahan. Latihan yang satu bulan ini berharap berdampak pada hari-hari setelah Ramadhan. Bukannya ketika sedang puasa kita tahan amaran, dan punya niat ketika setelah puasa kita akan lampiaskan amarah kita.

Jika ada yang berusaha menggoda kita dan menyulut emosi kita maka hendaknya kita ingat bahwa kita sedang berpuasa dan sampaikan ke dia bahwa kita sedang berpuasa.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

إِنَّ الصِّيَامَ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

Puasa itu adalah perisai. Maka jika seorang dari kalian tengah berpuasa, janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku tidak terpuji. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia berkata kepada orang itu, ‘Sesungguhnya saya tengah berpuasa. (HR Imam Ahmad)

Demikian tulisan ringan berkaitan dengan puasa sebagai pendidikan dan tarbiyah untuk bisa mengendalikan diri, khususnya menahan marah. Dengan berlatih menahan marah satu bulan dalan bulan puasa ini, Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita untuk bisa mengendalikan diri di segala kondisi.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.

 

Tito Yuwono, MSc, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman. Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

Exit mobile version