MEDAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyelenggarakan pengajian Ramadan secara daring dan luring yang diikuti oleh seluruh anggota Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah se-Indonesia, Sabtu (9/4). Hadir pada pengajian PPA itu Menko PMK Prof. Dr. MuhadjiR Effendi dan Ketua PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah, Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod.
Di Medan, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumatera Utara hadir mengikuti pengajian itu secara daring dari studio produksi Kampus UMSU, Jalan Muhtar Basri, Medan. PW ‘Aisyiyah sumut hadir seluruh Pengurus Harian dan Ketua Majelis dan Lembaga. Pengajian PPA mengambil tema : Kepemimpinan Profetik Perempuan Berkemajuan dalam Perdamaian dan Kebangsaan”, menghadirkan empat penyaji.
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Dr. Salmah Orbayinah pada pembukaan pengajian itu mengatakan, sebagai perempuan Aisyiyah kita harus memanfaatkan Ramadan dalam berbagai kebaikan. Salmah mengingatkan, warga Aisyiyah sebagai perempuan berkemajuan harus selalu mencerahkan dan memberdayakan semua umat. Hal itu sudah diawali oleh Nyai Walidah Dahlan yang menggerakan perubahan dengan mendorong peran perempuan diluar rumah yang kemudian melahirkan gerakan perempuan di seluruh tanah air. Gerakan perempuan yang dilakukan Nyai Walidah saat itu, merupakan sebuah bentuk revolusi gerakan perempuan.’
Salmah pada pembukaan itu, menjelaskan ada 10 sifat umat kepribadian warga Muhammadiyah/Aisyiyah, seperti : berjiwa besar, terkemuka, pencerah, berwawasan luas, relejiun, efektif dan efisien.
Salmah mengingatkan seluruh pimpinan ‘Aisyiyah untuk terus bergerak dan pergerakan itu akan berhasil kalau pemimpin ‘Aisyiyah terus bergerak
Ketua PP Muhammadiyah yang juga Menko PMK Prof. Dr. Muhadjir Effendy selaku keynote speaker pada pengajian Ramadan 1444 H PP ‘Aisyiyah itu mengapresiasi pelaksanaan pengajian Ramadan yang dilkaksanakan oleh PP ‘Aisyiyah. Muhadjir, mengajar warga Aisyiyah untuk berpikir kreatif guna menghasilkan karya nyata, iniovasi. Kerja dan Inovasi hanya dihasilkan oleh orang-orang yang kreatif dan kritis.
Pemerintah, sebut Muhadjir sangat memberikan perhatian pada persoalan kemajuan perempuan. Perhatian itu jauh lebih baik daripada sebelumnya. Perempuan adalah tiang negara, bila rusak perempuannya, maka akan rusak negara tapi kalau perempuannya baik maka akan baik pulalah negara itu. ” Tidak akan tumbuh sebuah bangsa tanpa perempuan yang baik,” tegas Muhadjir Effendy.
Terkait dengan perkembangan perempuan yang menjadi perhatian pemerintah, Muhadjir menjelaskan berbagai program pemerintah, diantaranya adalah penuntasan masalah stunting.
Diharapkan semua pimpinan ‘Aisyiyah diseluruh tanah air untuk mampu membangun bangsa dan negara yang berkemajuan dengan menyiapkan perempuan-perempuan Indonesia, menjadi ibu bangsa.
Pengajian dilanjutkan dengan pengajian. Pada sesi pertama pengajian disampaikan oleh Lailatul Syarifah dan Dwi Rubiyanti Kholifah (Indonesia Country Director untuk Jaringan Aksi Muslim Asia/AMAN). (Syaifulh/Riz)