Mandi Besar yang Benar Sesuai Tuntunan Nabi Dikupas di Sini

Mandi Besar yang Benar Sesuai Tuntunan Nabi Dikupas di Sini

SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Baitul Arqam yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Kota Surabaya di Kampus SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menyuguhkan materi-mari yang penting dan menarik. Acara diikuti 470 guru, tendik, AMM, dan PRM se-Cabang Muhammadiyah Ngagel.

Ahad (9/4/2023) giliran peserta Baitul Arqam dibekali materi tentang fikih Thaharah dan Shalat sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, yang dirangkum dalam Himpunan Fatwa Tarjih (HPT) Muhammadiyah. Kegiatan dibagi dua kelompok putra dan putri.

Kelompok putri narasumbernya adalah Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Hj Faridah Muwafiq. Kegiatan ber;angsung di Masjid Nurul Ilmi Smamda.

“Masalah thaharah harus diperhatikan dengan serius. Karena kunci diterimanya shalat kita, kata Rasulullah, adalah kesucian kita,” ungkap Faridah.

Secara bahasa, menurutnya, Thaharah berarti suci atau menyucikan. Secara istilah, suci yang dimaksud adalah bebas dari hadats maupun najis.

“Ibadah ritual seperti shalat harus diiringi oleh kesucian. Sebagaimana Allah menyukai orang yang bersih dan menyucikan diri,” terangnya.

Ketua Majelis Tabligh PWA Jawa Timur periode 2015-2022 tersebut juga merincikan jenis thaharah, disesuaikan dengan kotoran yang harus disucikan. Secara umum, katanya, hadats disucikan dengan mandi besar, sedangkan najis disucikan dengan wudhu atau tayamum.

“Najis sendiri dibagi menjadi najis ringan, najis sedang, dan najis berat,” lanjutnya.

Ibu dua orang anak ini mengingatkan pentingnya memperhatikan kesempurnaan dalam bersuci. Faridah menyinggung soal kebiasaan umat muslim yang sering lalai dalam memerhatikan thaharahnya.

“Saat wudhu, kita harus benar-benar memerhatikan apakah semua anggota tubuh yang harus dibasuh saat wudhu benar-benar dibasuh dengan sempurna. Mandi wajib juga sama, bukan hanya rambut dikeramas, tapi ada tata caranya sesuai tuntunan Nabi saw. Jangan sampai ibadah kita ditolak karena cara bersuci kita salah,” pungkas wanita kelahiran Gresik 60 tahun lalu.

Sementara itu di kelompok putra, materi yang sama disampaikan di Mas Mansur Hall lantai 6 Smamda Tower. Narsumbernya adalah Dr H Sam’un MAg, Ketua Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah PWM Jatim. (Mayangsari/Mul)

Exit mobile version