Perlunya Etika Islam dalam Berbisnis
Oleh: Muhammad Zakiy
Etika Islam sangat penting dalam berbisnis baik yang dilakukan pada zaman dahulu, sekarang maupun yang akan datang. Etika Islam adalah seperangkat nilai dan prinsip yang mengatur perilaku individu dalam berinteraksi dengan orang lain, termasuk dalam dunia bisnis. Bisnis yang dijalankan dengan mengikuti prinsip-prinsip etika Islam akan memastikan bahwa tindakan mereka selaras dengan ajaran Islam yang mengutamakan keadilan, kejujuran, dan kebersamaan. Pentingnya etika Islam dalam bisnis terletak pada fakta bahwa Islam mengajarkan untuk memperlakukan semua orang dengan adil, termasuk dalam bisnis.
Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam bisnis, bukan hanya mengutamakan keuntungan semata. Etika Islam juga mengajarkan untuk menghindari tindakan curang, penipuan, dan korupsi dalam bisnis. Selain itu, etika Islam mendorong para pebisnis untuk memperhatikan aspek sosial dalam bisnis mereka. Misalnya, memberikan kesempatan kerja kepada orang yang membutuhkan, memberikan sumbangan kegiatan amal dan mendukung lingkungan yang bersih dan sehat. Perilaku inilah yang ditunjukkan nabi Muhammad SAW dalam berdagang dan masih relevan hingga nanti.
Namun, etika bisnis Islam sangat jarang kita temukan dalam lingkungan bisnis sekarang ini yang lebih mementingkan keuntungan secara finansial dibandingkan kemaslahatan Bersama. Padahal, jika dilihat dalam konteks globalisasi saat ini, etika Islam menjadi penting dalam menjaga reputasi bisnis. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan kompleks, membangun reputasi yang baik sangat penting bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yang mengikuti prinsip-prinsip etika Islam akan memberikan nilai tambah bagi bisnis dan meningkatkan kepercayaan pelanggan, karyawan, dan masyarakat pada perusahaan.
Untuk itu, diwajibkan bagi setiap pebisnis muslim harus mempertimbangkan etika Islam dalam setiap tindakan bisnis mereka. Dengan mengikuti prinsip-prinsip etika Islam, bisnis dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi masyarakat dan membantu mencapai tujuan ekonomi yang berkelanjutan. Mengikuti perilaku konsumen modern bahwa mereka bukan hanya berfokus pada keuntungan dalam membeli barang maupun jasa di sebuah perusahaan, melainkan konsumen juga memperhatikan keetisan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Secara lebih rinci, terdapat beberapa prinsip etika Islam yang harus diterapkan dalam bisnis, yaitu:
Keadilan
Prinsip ini mengajarkan untuk memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang atau status sosial mereka. Seorang pebisnis harus memastikan bahwa keputusan bisnisnya tidak merugikan pihak lain dan tidak bertentangan dengan prinsip keadilan. Etika bisnis dalam Islam menuntut agar setiap orang diperlakukan dengan sama dan adil tanpa diskriminasi apapun. Dalam bisnis, prinsip ini mengharuskan pebisnis untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap siapapun, termasuk dalam hal penggajian, promosi, kompetisi dan kebijakan lainnya.
Sebagai contoh, seorang pebisnis harus memastikan bahwa upah yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan kontribusi mereka terhadap perusahaan, dan tidak didasarkan pada jenis kelamin, agama, atau latar belakang lainnya. Selain itu, keputusan bisnis yang diambil harus adil dan tidak merugikan pihak lain. Misalnya, dalam hal pengadaan barang atau jasa, pebisnis harus mempertimbangkan kualitas dan harga yang adil, serta memastikan tidak ada praktik monopoli atau kartel yang merugikan konsumen atau pesaing bisnis. Penerapan prinsip keadilan dalam bisnis juga meliputi kewajiban pebisnis untuk membayar pajak dan mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, prinsip keadilan dalam bisnis membantu menciptakan lingkungan bisnis yang sehat, transparan, dan adil bagi semua pihak yang terlibat.
Al-Quran memberikan banyak contoh tentang keadilan dalam bisnis. Salah satu ayat Al-Quran yang menekankan pentingnya keadilan dalam bisnis dapat dilihat dalam QS.Al-Baqarah, ayat 267
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا أَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِۗ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧
“ Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji” (Al-Baqarah: 267)
Ayat ini menekankan pentingnya memberikan bagian yang adil dan layak kepada orang yang berhak menerimanya. Hal ini juga menekankan pentingnya tidak menolak hak orang lain dan tidak memilih yang buruk untuk diberikan kepada mereka. Dengan mengikuti ajaran Al-Quran tentang keadilan dalam bisnis, para pelaku bisnis dapat menjalankan bisnis dengan cara yang adil dan beretika, sehingga dapat menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat.
Selain dalam Al-Quran, Nabi Muhammad SAW memiliki banyak sekali contoh yang menunjukkan pentingnya keadilan dalam bisnis seperti memerintahkan agar para pedagang menetapkan harga yang adil, pekerja dapat upah yang adil, menekankan pentingnya menghormati hak-hak konsumen dalam berbisnis dll. Dari beberapa keteladanan nabi ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran yang dapat kita implementasikan dalam bisnis terkait keadilan. Selain itu, keadilan merupakan sebuah perilaku yang menguntungkan semua pihak baik penjual, pembeli, pekerja maupun rekan bisnis.
Kejujuran
Terdapat ungkapan “kejujuran merupakan mata uang yang berlaku di mana saja” yang menandakan pentingnya nilai-nilai kejujuran yang harus dipegang teguh oleh setiap orang. Prinsip ini menekankan pentingnya kejujuran dan kebenaran dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam bisnis. Seorang pebisnis harus memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada pelanggan, karyawan, dan mitra bisnis adalah benar dan tidak menyesatkan. Dalam etika Islam para pebisnis dituntut selalu berkata jujur dan berlaku adil dalam setiap tindakannya. Dalam konteks bisnis, prinsip ini mengharuskan pebisnis untuk selalu memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, dan tidak melakukan penipuan atau praktik yang menyesatkan konsumen.
Selain itu, pebisnis juga diharapkan untuk tidak menyembunyikan kelemahan produk atau jasa yang ditawarkan, dan berusaha untuk memperbaikinya secara jujur dan transparan jika ada masalah. Penerapan prinsip kejujuran dalam bisnis juga meliputi kewajiban pebisnis untuk membayar hutang atau kewajiban lainnya tepat waktu dan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, pebisnis juga diharapkan untuk berlaku jujur dalam setiap interaksi bisnis, termasuk dalam hal negosiasi dan pengambilan keputusan bisnis.
Dalam praktiknya, penerapan prinsip kejujuran dalam bisnis membantu menciptakan lingkungan bisnis yang transparan dan adil, serta membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap bisnis yang dijalankan. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran seperti dalam Al-Quran banyak membahas tentang kejujuran dalam bisnis. Salah satu contohnya dapat ditemukan dalam QS An-Nisa, ayat 29
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (An-Nisa: 29)”
Ayat ini menekankan pentingnya menjalankan bisnis dengan cara yang beretika dan jujur, sehingga tidak merugikan pihak lain. Bisnis yang dilakukan dengan cara yang batil tidak akan memberikan manfaat jangka panjang dan akan merugikan semua pihak yang terlibat. Secara jangka pendek ketidakjujuran memang terlihat menguntungkan secara finansial, namun ketika kita mau membangun reputasi bisnis jangka panjang hal ini sangat tidak disarankan dilakukan oleh seorang pebisnis.
Nabi Muhammad merupakan teladan dalam menjalankan bisnis dengan prinsip kejujuran. Beliau selalu menjaga amanah dan kepercayaan dalam bisnis dan selalu berpegang pada prinsip kejujuran serta selalu menepati janji dalam bisnis, sehingga salah satu julukannya adalah Al-Amin yang berarti dapat dipercaya. Beberapa prinsip yang diajarkan dan dicontohkan Nabi seperti tidak menipu dan mengelabui, tidak memanipulasi harga, tidak merugikan pelanggan, berpegang pada prinsip kejujuran dalam setiap situasi dll. Dengan mengikuti contoh dari Nabi Muhammad SAW dalam bisnis, para pelaku bisnis dapat membangun hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan pelanggan, serta memperoleh kepercayaan dan reputasi yang baik di mata masyarakat.
Kerja sama
Prinsip ini mengajarkan tentang pentingnya bekerja sama dan saling membantu antara sesama muslim dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam bisnis. Seorang pebisnis harus memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam bisnis, termasuk karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat. Prinsip kerja sama dalam bisnis merujuk pada konsep saling membantu dan bekerja sama dalam setiap aspek bisnis. Prinsip ini merupakan bagian dari etika Islam dalam berbisnis, dan merupakan konsep yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
Prinsip kerja sama menekankan pentingnya saling mendukung dalam bisnis, baik dalam hal pendanaan, pemasaran, maupun aspek-aspek lainnya. Dalam bisnis, kerja sama antara pelaku bisnis dapat membantu memperluas jangkauan pasar dan mempercepat pertumbuhan bisnis. Kerja sama dapat dilakukan dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara para pelaku bisnis. Perilaku berbagi pengetahuan dan pengalaman dapat membantu para pelaku bisnis untuk memperoleh wawasan baru, mempercepat pengambilan keputusan, dan memperluas jaringan bisnis. Dengan menerapkan prinsip kerja sama, pelaku bisnis juga dapat memperkuat ukhuah Islamiyah, membangun kepercayaan sehingga dapat menciptakan lingkungan bisnis yang transparan dan terpercaya.
Al-Quran memberikan banyak contoh tentang pentingnya kerja sama (al-ta’awun) dalam bisnis, salah satunya dalam potongan ayat 2 dalam surat Al-Maidah:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Al-Maidah: 2)”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman harus saling membantu dalam melakukan hal-hal yang baik dan benar, termasuk dalam bisnis. Bisnis yang dilakukan dengan kerja sama yang baik akan lebih mudah dan efektif, dan akan membawa manfaat yang lebih besar bagi semua pihak. Hal inilah yang menjadi prinsip dan akad utama dalam Bank Syariah dan Asuransi Syariah. Nabi Muhammad SAW juga memberikan contoh dalam menjalankan bisnis dengan prinsip kerja sama seperti mengajarkan pentingnya kerja sama dalam bisnis mendorong para sahabatnya untuk saling membantu, menghindari persaingan yang tidak sehat dan menjalin hubungan yang harmonis dengan pelanggan.
Dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad dalam bisnis, para pelaku bisnis dapat membangun kerja sama yang kuat dan saling menguntungkan dengan sesama pelaku bisnis dan pelanggan, sehingga dapat mencapai keberhasilan bersama. Dengan demikian, prinsip kerja sama dalam bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Melalui prinsip kerja sama, para pelaku bisnis dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain, berbagi pengetahuan dan pengalaman, memperkuat ukhuah Islamiyah, dan membangun kepercayaan di antara satu sama lain.
Tanggung jawab sosial
Prinsip ini menekankan pentingnya tanggung jawab sosial seorang muslim dalam memperbaiki keadaan masyarakat sekitarnya. Seorang pebisnis harus mempertimbangkan dampak bisnisnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, dan berusaha untuk memberikan kontribusi positif dalam memperbaiki kondisi sosial. Dalam etika Islam yang menekankan bahwa setiap individu, termasuk pebisnis, memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Dalam bisnis, faktor ini mengharuskan pebisnis untuk bertindak dengan bertanggung jawab terhadap dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan bisnisnya. Seorang pebisnis yang mengikuti prinsip tanggung jawab sosial akan berusaha untuk mempertimbangkan dampak bisnisnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, dan berusaha untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan sosial, pemberian donasi, pemberdayaan masyarakat, pengurangan emisi karbon, atau implementasi praktik bisnis yang ramah lingkungan.
Hal ini juga dikenal dengan 3P dalam triple bottom line yaitu perusahaan bukan hanya mementingkan profit (keuntungan) perusahaan saja, namun harus memperhatikan juga people (orang/masyarakat) dan planet (lingkungan/alam). Dalam Islam, selain 3P, seorang pebisnis juga harus memperhatikan keridhaan Allah SWT agar bisnis yang dikembangkannya mendapatkan barokah. Penerapan prinsip tanggung jawab sosial dalam bisnis juga meliputi kewajiban pebisnis untuk memastikan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan tidak merugikan konsumen atau masyarakat, dan mematuhi standar keselamatan dan lingkungan yang berlaku.
Al-Quran juga menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dalam bisnis seperti yang terlihat dalam Al-A’raf Ayat 56:
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Ayat ini menunjukkan bahwa para pelaku bisnis harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak dan tidak menimbulkan kerusakan atau merugikan orang lain. Nabi Muhammad SAW juga memberikan contoh dalam menjalankan bisnis dengan prinsip tanggung jawab sosial yaitu Nabi selalu memperhatikan kepentingan masyarakat dalam menjalankan bisnis.
Beliau mengajarkan para sahabatnya untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan kepentingan masyarakat, sehingga dapat menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. Beberapa perilaku Nabi lainnya yang menunjukkan sikap tanggungjawab sosial seperti memberikan sumbangan dan sedekah, mendorong pelaku bisnis untuk menjaga lingkungan dan mendorong kerja sama dengan organisasi sosial. Dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad dalam bisnis, para pelaku bisnis dapat memperhatikan tanggung jawab sosial dalam menjalankan bisnis, sehingga dapat menciptakan lingkungan bisnis yang sehat, adil, dan berkelanjutan serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam praktiknya, penerapan prinsip tanggung jawab sosial dalam bisnis membantu menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. Selain itu, prinsip ini juga dapat membantu menciptakan nilai jangka panjang bagi bisnis itu sendiri, dengan memperkuat hubungan dengan konsumen dan karyawan, serta meningkatkan reputasi dan citra bisnis.
Ketidakmubaziran
Prinsip ini mengajarkan tentang pentingnya penghematan dan penggunaan sumber daya dengan bijak. Seorang pebisnis harus mempertimbangkan keberlanjutan bisnis dan meminimalisir limbah dan penggunaan sumber daya yang berlebihan. Prinsip Ketidakmubaziran dalam bisnis adalah prinsip yang menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya dan aset bisnis secara efisien, sehingga menghindari pemborosan dan penggunaan sumber daya yang berlebihan.
Prinsip ini merupakan bagian dari etika Islam dalam berbisnis, dan sangat penting dalam menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Melalui prinsip ini, para pelaku bisnis dapat menghindari pemborosan dan penggunaan sumber daya yang berlebihan, memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia, menghindari perilaku boros dalam konsumsi, menghindari praktik bisnis yang merugikan lingkungan dll.
Al-Quran juga telah menekankan pentingnya ketidakmubaziran dalam bisnis, seperti dalam surat Al-Isra, ayat 26-27
وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”.
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
Ayat ini menekankan bahwa orang-orang yang menghambur-hamburkan kekayaan dan sumber daya adalah seperti saudara-saudara syaitan. Sebagai pelaku bisnis, kita harus menggunakan sumber daya dengan bijak dan memastikan bahwa kita tidak membuang-buang kekayaan dan sumber daya yang Allah berikan kepada kita. Nabi Muhammad SAW juga memberikan contoh dalam menjalankan bisnis dengan prinsip ketidakmubaziran seperti menggunakan sumber daya dengan bijak, menjaga pengeluaran dan pendapatan, membagi keuntungan dengan adil, menghindari pemborosan dll. Dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad dalam bisnis, para pelaku bisnis dapat memperhatikan prinsip ketidakmubaziran dalam menjalankan bisnis, sehingga dapat menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan, efektif, dan efisien serta membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat.
Dengan demikian 5 prinsip pentingnya etika bisnis dalam Islam untuk diterapkan oleh setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya agar tercipta halal ekosistem di lingkungan bisnis. Dalam praktiknya, etika Islam dalam bisnis harus tercermin pada setiap aspek bisnis, mulai dari proses produksi, pemasaran, distribusi, hingga pelayanan kepada pelanggan. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan bisnis yang lebih transparan, adil, dan bertanggung jawab.
Selain itu, etika Islam dalam bisnis juga harus didukung oleh sistem dan regulasi yang jelas, sehingga para pebisnis dapat mengikuti prinsip-prinsip tersebut dengan lebih mudah dan efektif. Setiap pebisnis muslim harus mempertimbangkan prinsip-prinsip etika Islam dalam setiap tindakan bisnisnya, dan mendukung sistem dan regulasi yang mendukung penerapan etika Islam dalam bisnis secara efektif. Sebagai penutup, Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin, sehingga etika bisnis Islam dapat diterapkan secara universal, bukan hanya untuk orang muslim saja. Selain itu beberapa contoh etika bisnis dalam Islam telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri teladan bagi umatnya.
Muhammad Zakiy, Dosen Program Studi Ekonomi Syariah UMY, Mahasiswa Program Studi Perekonomian Islam & Industri Halal UGM