Program 1000 Klinik Muhammadiyah Jangan Kalah dengan Ritel Modern
Oleh: Amidi
Maju mundurnya perekonomian suatu daerah, tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi semata, tetapi ditentukan juga faktor non ekonomi termasuklah faktor kesehatan. Dengan semakin membaiknya tingkat kesehatan anak negeri ini, maka akan semakin membaik pula tingkat produktivitasnya dan prodktivtas tersebut akan menentukan hasil/kinerja. Menurut hemat saya, saat ini fasilitas kesehatan yang ada di negeri ini (baca: Indonesia) sudah cukup memadai dan terus mengalami peningkatan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Muhammadiyah salah satu organisasi Islam terbesar yang lebih populer disebut persyarikatan Muhammadiyah ini, konsen dengan permasalahan kesehatan. Saat ini Muhammadiyah memiliki lebih dari 300 unit pelayanan kesehatan (pelkes) atau fasilitas kesehatan (faskes). Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya tingkat kesadaran dan atau kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan tersebut, maka Muhammadiyah terus akan menambah jumlah perlkes atau faskes.
Dua tahun lalu Muhammadiyah mencangkan program 1000 klinik. Pasca Muktamar tahun 2015 di makasar lalu, Muhammadiyah semakin bergegas meningkatkan pelayanan kesehatan umat dibidang kesehatan. Salah satunya dengan mencanangkan program 1000 klinik yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia, terutama untuk untuk darah terluar, terjauh, dan terdalam (3T).
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bidang Kesehatan Agus Taufiqurrahman (pada saat itu) mempertegas bahwa program 1000 klinik sendiri tidak tertuju pada jumlah unit pelayanan kesehatan yang akan dibangun. Melainkan pada makna “banyak” yang bisa disematkan orang Jawa pada angka 1000. Sehingga secara praktik Muhammadiyah didorong untuk membangun klinik sebanyak-banyaknya. Program tersebut dicanangkan hingga tahun 2020. (Republika.co.id, 09 Mei 2017)
Dipertegas oleh Wakil Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Pusat (MPKU-PP) Muhammadiyah dr. Agus Sukaca, M.Kes dalam acaara seminar nasional yang merupakan rangkaian acara Rakernas MPKU-PP Muhammadiyah di Hotel Santika Primer Gubeng Surabaya, 8/3/2018, bahwa dalam rangka mewujudkan 1000 klinik tersebut diperlukan sinerji antara majelis-lembaga Muhammadiyah untuk dapat merealisasikan gerakan 1000 klinik Muhammadiyah yang telah dicanangkan dalam Muktamar Muhammadiyah di Makasar beberapa waktu yang lalu (MPKU.or.id)
Entah apakah group PT. Indomarco Prismatama meniru apa yang telah dicanangkan oleh Muhammadiyah mengenai program 1000 klinik tersebut, yang jelas group PT Indomarco Prismatama juga mempunyai program 1000 gerai ritel modern.
Indoritel Makmur Internasional Tbk melaui Indomarco Prismatama berencana menambah jumlah gerainya. Managing Direktor Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf mengatakan pada tahun 2020 perseoran berencana untuk tumbuh salah satunya melalui penambahan gerai Indomaret, akan buka 1000 gerai (Bisnis.com, 06 Januari 2020)
Alfamart yang merupakan market leader disegmen mini market dan merupakan salah satu gerai ritel terdepan di Indonesia melayani lebih dari 5 juta pelanggan per hari tersebut, juga mempunyai program yang sama. Salah satu langkah startegis perseroan akan melakukan ekaspansi yakni menargetkan pertumbuhan gerai offline baru dikisaran 800-1000 gerai pada tahun 2020 (Financialku.com, 20 mei 2022)
Harus Berpacu
Gerai ritel modern milik group PT Indomarco Prismatama, Indomaret milik salim Salin Group yang didirikan oleh Sudono Salim dan alfamart milik Djoko Susanto, saat ini dapat kita saksikan sendiri begitu gencarnya mereka mendirikan gerai retel modern tersebut. Di Palembang sendiri, setiap sudut Kota dapat dipastikan ada Indomaret dan Alfamart, bahkan jarak mereka berdekatan bahkan terkadang hanya berseberangan jalan saja (Lihat Amidi dalam Kompasiana.com, 03 Maret 2023).
Mereka berpacu dengan waktu, dalam satu (1) tahun terakhir pasca pandemi yang sudah melandai ini, Indomaret dan Alfamart tumbuh bak jamur dimusim hujan, langkah mereka ini tidak ada salahnya kalau kita (Muhammadiyah) ikuti. Pelkes atau Faskes yang kita (Muhammadiyah) miliki tersebut, terus kita pacu untuk ditambah, terutama untuk klinik kesehatan dalam rangka mencapai 1000 klinik pratama yang sudah kita canangkan tersebut.
Langkah yang Harus Dilakukan
Untuk dapat mewujudkan program 1000 klinik kesehatan tersebut, ada beberapa langkah yang harus kita lakukan.
Pertama. Menghidupkan kembali klinik-klinik yang kita miliki yang selama ini tidur atau hidup segan mati tak mau (baca;tidak aktif). Di Palembang dan Kabupaten/Kota dalam Provinsi Sumatera Selatan tidak sedikit klinik kesehatan yang tidak aktif, terbengkalai dan stagnan. Untuk itu, kita harus dapat menghidupkan atau mengaktifkan klinik kesehatan Muhammadiyah tersebut. Dorong amal usaha kesehatan Muhammadiyah yang “kaya” atau “sudah besar” untuk membantu mereka, baik dari sisi tenaga kesehatan maupun dari sisi pendanaan.
Kedua. Menggalakkan rumah sakit Muhammadiyah untuk membuka klinik pratama. Selain dalam rangka mendorong terwujudnya program 1000 klnik tersebut, klinik pratama tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pasilitas kesehatan (paskes) rujukan untuk pasien yang akan berobat menggunakan ansuransi kesehatan (BPJS). Kemudian dengan didirikannya klinik pratama tersebut, akan menambah income rumah sakit sekaligus akan dapat diguankan dalam meningkatkan kesejahteraan SDM yang ada dirumah sakit dan sekaligus di klinik tersebut.
Ketiga. Mendorong amal usaha Muhammadiyah non kesehatan untuk membuka klinik. Seperti di Institute Kesehatan dan Teknologi (IkesT) Muhammadiyah Palembang dan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang telah mendirikan klinik pratama Begitu juga dengan amal usaha lain yang non kesehatan sedapat mungkin kita dorong untuk mendirikan klinik. Bagi amal usaha yang non kesehatan bisa saja bekerja sama atau memeinta bantuan dengan amal usaha kesehatan Muhammadiyah terdekat.
Keempat. Dokter-dokter yang bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah atau dokter Muhammadiyah pun tidak kalah pentingnya kita dorong agar tertarik untuk membuka klinik pratama tersebut. Selain dapat dijadikan tempat praktik bagi mereka, juga dapat menjadi faskes rujukan rumah sakit Muhammadiyah yang ada
Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah tidak ada salahnya kalau kita (Muhammadiyah) juga bekerja sama dengan pihak non Muhammadiyah atau pihak swasta serta pihak pemerintah dalam hal mempercepat terwujudnya program 1000 klinik tersebut. Selamat Berjuang!!!!!
Amidi, Dosen FEB Universitas Muhammadiyah Palembang, Direktur Keuangan RS Muhammadiyah Palembang 2011 – 2018, BPH Institute Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang