Khutbah Idul Fitri: Jihad Memperkokoh Nilai Keadaban Bangsa
Oleh: Dr Muhammad Sa’ad Ibrahim, MA
أَلسَّلاَمَ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِِ وَبَرَاكَاتُهَ
اَلْحَمْدُا ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُهَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ وَلآنَبِىَ بَعْدَهُ. اُوْصِيكُمْ عِبَادَ اللهِ وَاِيآيَ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ . اَمَا بَعْدُ
اَلله ُ اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ اَلله ُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرَا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرَا وَسُبْحَانِ للهِ بُكْرَةَ وَاَصِيْلا َ. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
Para Jama’ah ‘Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah
Hari ini 1 Syawwal 1444 H telah dijadikan oleh Allah sebagai hari suka cita bagi kita, bagi kaum muslimin seluruhnya. Kita baru saja menempuh proses penyadaran kembali arti pentingnya hidup kerohanian yang transendental, yang selama ini terbelenggu oleh tuntutan hidup fisikal material fenomenal yang profan. Suatu proses penyadaran pentingnya arti langit, dan rendahnya kehidupan bumi dengan segala implikasinya.
Oleh karena di dalam sunnatullah telah digariskan bahwa manusia harus tinggal sementara di bumi ini, maka tak terhindarkan hukum gravitasi bumi menarik tubuh fisik manusia demikian kuatnya, bahkan kemudian ruh yang ditiupkan ke dalam tubuh kasar manusia, tak kalah kuatnya ikut-ikutan tertarik ke dalam lumpur debunya, sehingga ruh lupa akan asal usulnya sendiri yang habatat min al-mahall al-arfa yang memancar dari singgasana langit yang tertinggi, min qibalillah, min ruhih, dari sisi Allah, dari ruh-Nya. Puasa sebagai kewajiban bagi seluruh umat beriman, kalian dan sebelum kalian dimaksudkan agar ruh kalian, agar mental kalian melawan gravitasi bumi dan beranjak sedikit demi sedikit mendekati langit, kemudian menerobosnya dalam konsentrasi meditasi khusyuk ketakwaan mengarahkan mata rohani ke Dzat Yang Maha Besar, ke Dzat Yang bumi dan langit tak berdaya dalam genggaman-Nya.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Para Jama’ah ‘Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah
Di hari suka cita, di hari ‘Id al-Fithr ini, rasa-rasanya kita telah mendapat rahmat Allah, mendapatkan ampunan-Nya, dan dibebaskan dari api neraka, seakan-akan kaki rohani kita telah sampai ke pintu gerbang singgasana langit tertinggi, ke surga yang dijanjikan, ke kebahagiaan yang tak terkirakan. Namun tiba-tiba terdengar seruan yang sangat keras ke telinga rohani kita, membuyarkan lamunan transendental kita: Apakah kalian sangka kalian akan masuk surga padahal Allah belum menyaksikan kalian berjihad, belum juga melihat kalian bersabar.(Qs Al-Imron ayat 142)
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Apakah kalian kira kalian akan masuk surga, padahal kalian belum ditimpa seperti orang-orang dahulu yang ditimpa kepedihan, penderitaan, bahkan kegoncangan, sampai-sampai Rasul dan orang-orang yang beriman yang menyertainya, berseru kapan akan datang pertolongan Allah, lalu dijawab bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu sudah dekat.(Qs Al-Baqarah ayat 214)
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ
Jihad di jalan Allah adalah suatu wilayah yang sangat luas. Salah satu misi jihad Islam adalah mengatasi terjadinya krisis nilai keadaban yang semakin terasa nyaris di semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara di republik ini. Penguatan terhadap nilai-nilai keadaban yang berupa keadilan, amanah, kejujuran, sopan santun, keberpihakan kepada yang lemah dan yang dilemahkan, adalah beberapa contoh wilayah jihad yang nyata-nyata harus diperjuangkan.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Para Jama’ah ‘Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah
Puasa Ramadhan dengan segala rangkaian ibadah di dalamnya, telah mengajarkan proses penguatan terhadap nilai-nilai keadaban. Nilai-nilai ini dibangun di atas prinsip: keimanan, menahan diri, serta kehati-hatian dalam seluruh prilaku dan tindakan. Puasa menuntut manusia agar bisa menahan diri, bahkan dari hal-hal yang sebenarnya dibolehkan: makan minum, dan menyalurkan libido seksual suami istri sejak terbit fajar sampai terbenam matahari selama sebulan penuh. Pembiasaan menahan diri dari yang dibolehkan, agar lebih dapat menahan diri dari yang diharamkan, dari bertindak zalim, korup, tidak jujur, tidak sopan, tidak amanah, mengabaikan pihak yang lemah dan yang dilemahkan, dan lain lain. Semua tindakan seperti itu jelas akan meruntuhkan martabat manusia, martabat bangsa, bahkan akan meluluhlantakkan peradaban itu sendiri.
Dengan prinsip iman, menahan diri, dan kehati-hatian yang merupakan esensi bangunan puasa yang sesunguhsungguhnya, telah menguatkan nilai-nilai keadaban ummat, keadaban bangsa, seharusnya begitu. Puasa mengasuh dan mensucikan jiwa, meninggikannya di atas dimensi ketubuhan, dimensi kematrialan manusia. Buahnya antara lain, tidak melakukan korupsi! Bukankah tindakan korup pasti menegasikan iman, pasti merusak kesucian jiwa, pasti menzalimi, pasti merusak peradaban, pasti berorentasi kejasadan, materialistik! Dan pasti dibenci Tuhan, dimurkai Allah! Begitu Allah selesai memaparkan ayat-ayat-Nya tentang puasa ramadhan, langsung Allah sambung dengan peringatanNya:
وَلَا تَأۡكُلُوٓاْ أَمۡوَٰلَكُم بَيۡنَكُم بِٱلۡبَٰطِلِ وَتُدۡلُواْ بِهَآ إِلَى ٱلۡحُكَّامِ لِتَأۡكُلُواْ فَرِيقٗا مِّنۡ أَمۡوَٰلِ ٱلنَّاسِ بِٱلۡإِثۡمِ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Dan janganlah kalian makan harta di antara kalian dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kalian menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kalian dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kalian mengetahui (al-Baqarah 188).
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Para Jama’ah ‘Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah!
Puasa juga mengajarkan kepada kita, untuk merasakan lapar dan dahaga, yang biasa dirasakan oleh mereka yang papa, mereka yang tak berpunya. Menghadirkan empati, setidak-tidaknya simpati kepada the have not, sehingga bermurah hati menyantuni dan turut mengentas derita mereka. Agar harta tidak sepenuhnya berada di genggaman para the have! Agar keadaban kemanusian menjadi bagian penting tarikan nafas kehidupan bangsa! Dahulukan mereka yang lemah, mereka yang dilemahkan! Keberpihakan kepada mereka, berbuah keberpihakan Allah kepada bangsa ini:
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
Allah menolong hamba-Nya, jika hamba-Nya menolong sesama! Jika bangsa ini mendahulukan dan berpihak kepada mereka yang lemah dan yang dilemahkan, tentulah Allah akan menolong bangsa ini!
اَلله ُ اَكْبَرُ اَلله اَكْبَرُ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَ للهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Para Jama’ah ‘Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah!
Puasa juga mendidik kita untuk memiliki kelembutan hati, buah dari pensucian jiwa selama ditempa di bulan Ramadhan ini. Jadikanlah sebagai kekuatan untuk memperkokoh nilai-nilai keadaban, membangun kebersamaan, membina hubungan dengan sesama, dengan seluruh anak bangsa! Jangan saling menzalimi satu sama lain, jangan saling menggunting dalam lipatan! Bangsa ini akan menjadi tinggi kedudukannya jika seluruh potensi digunakan untuk membangun masa depan yang gemilang, yang berkeadaban! Moga Allah menolong kita, menolong bangsa ini!
Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah, konsentrasikan pikiran hanya kepadaNya, hadirkan kesadaran transendental bahwa Ia berada di hadapan kita. Mari kita mulai:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَخْمَعِيْنَ
اَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبُ مُخِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَاقَظِيَ الْحَخَاتِ يَامُجِيبَ السَّاءِلَتِ.
اَلَّلهُمَّ اِنَّا نَسْاءَلُكَ سَلَمَتً فِي الدِّيْنِ وَعَافِيَتَ فِي الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِي الْعِلْمِ وَبَرَكَهً فِي الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.
اَلَّلهُمَّ تَقَبَّلْ مِنّآ صَلاَتَنا َوَجَمِيعَ عِبآدَتِنآ بِرِضآكَ وَفَضْلِكَ الْكَرِيْم وَتُبْ عَلَيْنآ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَابُ الرَّحِيْمُ . رَبَّنآ لاَتُزِغْ قُلُوْبَنآ بَعْدَ إِذْ هَذَيْتَنآ وَهَبْ لَنَآ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ الْوَهَآبُ. رَبَّنآ هَبْ لَنَآ مِنْ أَزْوَاجِنَآ وَذُرِّيَتِنَآ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَآ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أكْبَرِ.
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ
Dr Muhammad Sa’ad Ibrahim, MA, Ketua PP Muhammadiyah