ZAKAT YANG MEMBERDAYAKAN
Ketika Muhammadiyah akan membangun gedung sekolah, Fachrodin berkeliling ke beberapa kota yang menjadi pusat perdagangan seperti Batavia, Pekalongan, dan Surabaya. Ia kembali dengan membawa ribuan gulden. Fachrodin sebagai Wakil Ketua Hoofdbestuur Muhammadiyah sering bertabligh ke CabangCabang dan sekaligus menggalang dana. Ia menghimpun zakat dan sumbangan dari umat Muslim. Fachrodin juga mendatangi perusahaan tertentu untuk menawarkan kesempatan berzakat atau berderma, yang semuanya diniatkan fi sabilillah dan kepentingan bersama (Djarnawi Hadikusuma, 2010).
Pada 1925, HB Bagian Taman Pustaka menugaskan Fachrodin untuk menggalang dana bagi keperluan pendirian percetakan. Hasilnya, berdirilah Percetakan Persatuan Muhammadiyah yang lokasinya kini telah menjadi Gedung Grha Suara Muhammadiyah. Penerbitan Suara Muhammadiyah di masa awal juga terjadi berkat derma dari para donatur yang namanya diumumkan di rubrik khusus. Para aktornya banyak bergelar haji yang menandakan status sosial kelas menengah pribumi yang umumnya menjalankan perdagangan.
Sejak 1914, Muhammadiyah telah memulai pengorganisasian zakat fitrah. Bagian PKO membuka penerimaan zakat fitrah pada malam hari raya sejak pukul 7 malam hingga pukul 12 malam. Menurut Drijowongso dalam Suara Muhammadiyah, Oktober 1923, lebih dari seribu orang menyerahkan zakat fitrah melalui PKO. Pada pukul 11 siang, ribuan orang miskin telah berkumpul di depan Masjid Gedhe Kauman dengan membawa karcis yang telah dibagikan tiga hari sebelumnya. Masing-masing menerima 3 kat beras. Ternyata, beras itu tidak mencukupi. Akhirnya, Bagian PKO mengumpulkan uang dan membeli 1 pikoel beras lagi untuk dibagikan.
Drijowongso kemudian mengingatkan tentang pentingnya kepedulian kepada fakir miskin sebagaimana perintah Surat Al-Maun. Ia mengajak lebih banyak lagi perkumpulan Islam yang mengadakan program pengumpulan dan penyantunan. Jika ada yang meminta-minta, maka perlu diberi. Namun Drijowongso kemudian mengharapkan supaya orang-orang miskin tidak menggantungkan seluruh hidupnya dari meminta-minta. Sebab itu, perlu dipikirkan upaya mendidik mereka agar gemar bekerja.
Selengkapnya dapat berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah
Klik di sini https://suaramuhammadiyah.or.id/ebook/paket