LAMONGAN, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan harus oleh militansi yang tinggi para kadernya. Itu syarat agar bisa mensukseskan program-programnya. Keberhasilan proses militansi ini juga akan menghasilkan kaderisasi yang kuat, sehingga astafet pergerakan akan terus berjalan sesuai yang direncanakan. Militansi harus bisa ditularkan kepada anak-anak, saudara, dan keluarga Persyarikatan ini berjalan secara berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Fathan Faris Saputro saat memberikan materi pada Kajian Hari Kamis Ramadhan (Khamisan) Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kebalankulon Lamongan, Kamis (13/4/2023). “Kita harus memiliki semangat gerakan IPM yang militan. Dengan begitu pergerakan kita akan mengakar sampai ke generasi penerus yang akan melanjutkan estafet Muhammadiyah masa depan,” kata Fathan di hadapan para kader IPM di halaman Perguruan Muhammadiyah Kebalankulon.
Fathan mengatakan, dalam menjalankan roda IPM, terkadang harus digunakan prinsip dipaksa, terpaksa, dan terbiasa sebagai salah satu cara untuk bisa menggerakkan, melaksanakan dan membudayakan ber-IPM. “Ber-IPM memang harus didasari dengan keikhlasan. Tetapi dalam suatu waktu prinsip tersebut bisa kita jalankan di saat ghirah dan militansi belum bisa berjalan dengan baik,” ucapnya.
“Kadang kita harus dipaksa untuk bisa bergerak, sehingga lama kelamaan akan menjadi terpaksa mengikutinya. Keterpaksaan yang terus menerus itu nantinya akan menjadi terbiasa sehingga pergerakan ber-IPM bisa mengakar sampai hati dan bisa contohnya kepada keluarga, saudara dan masyarakat,” papar Fathan.
Fathan meminta kepada semua yang hadir pada acara Khamisan ini untuk bisa ikhlas memberikan waktu dalam mengikuti seluruh rangkaian acara sampai selesai. “Semoga Khamisan ini akan memberikan asupan ilmu yang bermanfaat dan memberikan semangat dalam ber-IPM untuk menjadikan pelajar yang berkemajuan,” kata Fathan mengakhiri penyampaiannya. (Adi)