Aspek-Aspek Ruhiyah Zakat

Zakat

Foto Dok Ilustrasi

Aspek-Aspek Ruhiyah Zakat

Oleh: Tito Yuwono

Islam ajaran yang mulia, lagi sempurna

Ajarannya meliputi segala

Beribadah kepada Rabnya

Dan membantu sesama

 

Baginda yang mulia bersabda

Keimanan seseorang belum sempurna

Hingga mencintai saudaranya

Sebagaimana mencintai dirinya

 

Zakat, pembersih jiwa

Dengan harta benda

Pembukti keimanan yang sempurna

Dan mencintai sesama

Di setiap penghujung Ramadhan, hampir di setiap masjid melakukan penerimaan zakat. Baik zakat fitri maupun zakat mal. Bagi kebanyakan umat muslim memang mengambil haul patokan Ramadan lebih nyaman, karena mudah diingat serta melakukan sedekah wajib (zakat) pada bulan Ramadan banyak keutamaannya. Walaupun semestinya haul dihitung ketika harta sudah mencapai nishob dalam waktu 1 tahun.

Salah satu kesempurnaan islam adalah ibadah yang diajarkan meliputi semua aspek, baik badan/jasmani, aspek rohani dengan mengendalikan hawa nafsu maupun aspek harta benda yang dimiliki. Sholat merupakan ibadah yang wujudnya berupa gerakan dan ucapan. Sedangkan puasa, ibadah yang wujudnya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa serta menahan diri dari pengurang pahala puasa. Sementara itu zakat merupakan ibadah dengan harta benda yang dimiliki. Dan kesemunya masuk ke dalam rukun Islam. Keislaman seseorang akan runtuh jika tidak melaksanakan rukun-rukunnya.

Pada kesempatan kali ini, akan kami sampaikan zakat dipandang dari sisi nilai ruhiyah. Nilai dan aspek ruhiyah ini yang menjadi nilai utama dari semua ibadah yang dilakukan. Disamping sudah tentu kaifiyatnya juga harus sesuai tuntunan Nabi ﷺ kita yang mulia.

Perintah zakat banyak sekali dalam Alquran, diantaranya adalah:

  1. Surat Al-Baqarah ayat 43

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

  1. Surat At-Taubah ayat 103

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

  1. Surat Almujadalah ayat 13

ءَأَشْفَقْتُمْ أَن تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَٰتٍ ۚ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا۟ وَتَابَ ٱللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi ampun kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Hadis Nabi ﷺ:

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Artinya:” Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya; menegakkan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji; dan berpuasa di bulan Ramadhan” (HR Imam Al-Bukhori)

Aspek-aspek ruhiyah zakat

Allah Ta’ala memerintahkan untuk menunaikan zakat, dan zakat ini menjadi bagian rukun islam sebagaimana hadis di atas. Bagi Muzaki (orang yang menunaikan zakat), ada banyak nilai ruhiyah terkait dengan zakat ini. Beberapa diantaranya adalah:

  1. Hati yang pasrah dan berserah diri kepada Allah Ta’ala secara totalitas. Zakat merupakan salah satu rukun islam. Sehingga kedudukannya sangat tinggi dibandingkan ibadah lain di luar rukun islam. Ketika Allah Ta’ala mensyariatkan kepada kita untuk mengeluarkan zakat, maka ketundukan terhadap syariah kita diuji. Islam bermakna ketundukan untuk menerima syariat Allah Ta’ala. Dengan menunaikan zakat dengan ikhlas, berarti hati dan jiwa kita bersihkan untuk tunduk dan ridho terhadap syariat ini. Hati dan jiwa sama sekali tidak ada keberatan dalam melepaskan harta untuk zakat. Jiwa meyakini bahwa semua perintah Allah Ta’ala pasti memberikan manfaat.

 

  1. Hati yang benar imannya. Iman bukan sekedar pengakuan, namun iman merupakan keyakinan yang menghadirkan konskewensi pada amalan. Kecenderungan jiwa adalah suka terhadap harta yang dimiliki. Maka dengan mengeluarkan zakat dengan ridho Allah Ta’ala akan membuktikan kebenaran iman kita. Keimanan kita apakah mengalahkan hawa nafsu cinta kita terhadap harta atau tidak.

 

  1. Hati yang mencintai sesama. Zakat merupakan ibadah harta untuk mencapai ridho Allah Ta’ala untuk membantu dan meringankan sesama. Maka muzaki yang jiwanya mempunyai kecintaan pada sauadaranya akan dengan mudah mengeluarkan zakat. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Imam Al-Bukhori)

Kepuasan dan ketenangan hatinya ketika bisa membantu sesama dan meringankan beban orang lain.  Maka pribadi seperti ini akan menjadi pribadi sebaik-baik manusia. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani:

خيرُ الناسِ أنفعُهم للناسِ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia” (HR Imam Thabrani)

Orang yang suka membantu manusia lain pada hakekatnya adalah berbuat baik pada diri-sendiri dan Allah Ta’ala akan membantunya.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

Artinya:” Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya” (HR Imam Al-Bukhori)

Zakat akan menumbuhkan jiwa saling mencintai. Baik muzaki maupun yang menerima zakat. Sudah mnejadi fitrah manusia ketika dibantu dan ditolong dia akan mencintai yang membantu dan menolong.

  1. Menumbuhkan kecintaan pada masjid. Jika zakat disalurkan ke panitia zakat sebuah masjid, kemudian pihak panitia masjid menyalurkan ke yang berhak, maka akan menumbuhkan kecintaan pada masjid bagi yang menerimanya. Menumbuhkan kecintaan pada masjid ini merupakan sebuah dakwah tersendiri. Ketika orang cinta pada masjid maka sangat potensi untuk menjadi pemakmur masjid.

Demikian tulisan ringan berkaitan dengan nilai ruhiyah zakat, semoga kita semuanya diberikan taufik untuk ringan melakukan rukun Islam menunaikan zakat dan Allah tumbuhkan nilai ruhiyah zakat pada diri kita.

Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.

Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta

 

Exit mobile version