PADANG, Suara Muhammadiyah – PW IPM Sumbar menggelar silaturahim dan koordinasi bidang pengkaderan IPM se-Sumatera Barat secara hybrid di gedung dakwah Muhammadiyah Sumbar, Sabtu, (15/4/2023) dengan tema “Aktualisasi ukhuwah dalam aksi kolaborasi”.
Dalam sambutannya, Ketua PW IPM Sumbar Rizki Aulia Rahman mengatakan kami akan berkonsentrasi memperbaiki mangement pengkaderan, kualitas pengkaderan akan menentukan IPM itu sendiri. “Pembenahan pengkaderan adalah sebuah keniscayaan. Saya harap semua teman-teman yang hadir sudah selesai TM 2 sebelum dimulainya TM3,” katanya.
Ketua Bidang Perkaderan PP IPM, Naban Mudrib memberikan apreasi pengkaderan di Sumbar di mana para kadernya tumbuh satu persatu tetapi diselaraskan kebutuhan IPM.
Ia menekankan perlu distribusi pengkaderan, untuk mengarahkan kader berkualitas menjaga profil IPM.
Ia menegaskan sistem pengkaderan IPM sangat berwarna, materi pengkaderannya akan berbeda di setiap daerah, yang mengacu kepada 6 kriteria profil kader IPM.
“IPM memiliki tugas tidak hanya sekolah Muhammadiyah tatapi harus bisa merangkul kader di luar sekolah Muhammadiyah,” tuturnya.
“Saya harap kegiatan kali ini bisa menghasilkan terobosan yang nyata kepada IPM,” imbuhnya
Dalam amanahnya, Ketua PWM Sumbar, Dr. Bakhtiar mengucapkan teima kasih selamat atas pengukuhan dan pelantikan lembaga fasilitator dan pendampingan IPM Sumbar.
Melihat kondisi Muhammadiyah di Sumbar, lanjutnya, kita perlu melakukan terobosan, percepatan dan lompatan dalam berbagai sisi, kalau tidak berlari dari ketertinggalan selama ini kita akan ditinggalkan oleh keadaan. Yang mengharuskan kita mengeluarkan energi yang tidak sedikit.
Selanjutnya, penataan tempat beraktivitas kondusif juga penting dilakukan. Gedung ini sudah layak untuk aktivitas tinggal perlu dibenahi tinggal mobiler. Semua kegiatan yang dilakukan di luar sekarang dilaksanakan di gedung ini. Apapun fasilitas yang ada di PWM silakan dinikmati termasuk mobil. “Saya senang mobil PWM dipakai ortom,” ujarnya
Dia berpesan IPM adalah lumbung kader di Muhammadiyah, keberlangsungan 10-15 tahun Muhammadiyah terletak di tangan kader IPM.
Selain sistem pengkaderan dibenahi juga penting memassifkan sistem pengkaderan, karena IPM lumbung kader persyarikatan.
“Saya harap tidak ada lagi sekolah Muhammadiyah jika ada yang menolak keberadaan IPM tolong sampaikan ke PWM, satu-satunya organisasi pelajar hanya boleh ada IPM, satu beladiri yang bokeh ada di sekolah Muhammadiyah hanya boleh ada tapak suci dan begitu satu-satunya gerakan kepanduan hanya boleh ada HW,” tegasnya.
“Saya minta dua kali proses pengkaderan yang dilakukan IPM setahun. Di mana sekolah non Muhammadiyah harus dijadikan skala prioritas. IPM harus memiliki target soal pengkaderan,” tutupnya. (RI/Riz)