Landasan Refleksi Diri

Landasan Refleksi Diri

Landasan Refleksi Diri

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada malam ke-25 Ramadhan kali ini, ceramah singkat sebelum shalat tarawih di Masjid Islamic Center UAD kembali dilakukan sebagaimana biasanya. Pada kesempatan kali ini materi disampaikan oleh ustadz Ustadzi Hamzah, selaku Kepala Divisi Kajian Qur’an dan Hadits Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Beliau mengajak para jamaah untuk kembali merefleksikan diri dengan Q.S. Al-Ma’arij ayat ke 19-21 sebagai landasannya. Allah swt berfirman:

إنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا () إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا () وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan (harta) ia amat kikir.”

Di ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam kondisi yang berkeluh kesah, ketika mereka berhadapan dengan sesuatu yang tidak baik, tidak enak dan tidak nyaman, maka mereka menggerutu dan mengeluh. Akan tetapi, ketika mereka berhadapan dengan sesuatu yang nyaman dan enak, mereka lupa diri. Manusia itu disebutkan dalam Al-qur’an dengan berbagai nama. Yang pertama; Bani Adam (anak cucu Adam), yang kedua; Al-Insan, ketiga; An-nas, keempat; Basyar, lalu yang kelima; Abdun. Dari lima penyebutan khusus ini, penyebutan manusia sebagai ‘insan’ lah yang disebutkan dalam ayat di atas. Karena penekanannya kepada kecerdasan dan intelektualitas manusia.

Sebagai makhluk yang cerdas, maka perlu untuk mendalami dan memaknai ayat tersebut sebagai bahan refleksi diri. Hal ini menegaskan bahwa manusia itu makhluk yang penuh resiko. Ke kanan salah atau ke kiri salah. Diberi yang  bagus salah atau diberi yang buruk juga masalah. Maka bentuk pemikiran seseorang terhadap apa yang sudah dilakukan sebagai seorang manusia adalah menyusun atau mengatur resiko tersebut.

Salah satu cara manajemen resiko yang dihadapi adalah dengan merencanakan hidup. Sekecil apapun itu, harus direncanakan. Karena tujuan hidup tidak lain adalah untuk menuju akhirat dan menghadapi kematian. Maka sebelum menghadapi hari tua, lakukan refleksi terhadap diri sendiri. Jika sebelumnya banyak mengerjakan hal yang tidak baik, maka sesali dan berhentilah serta mulai untuk melakukan yang baik-baik saja karena umur seseorang itu tidak ada yang mengetahui kecuali Allah swt.

“Dibalik ayat 19-21 surah Al-Ma’arij ini, ada ayat lain sebagai pendukung, yang mana Allah swt mengatakan; “Susunlah rencanamu, susunlah planning kamu, perencanaan hidupmu itu, supaya kamu menjadi makhluk yang unggul, menjadi makhluk yang maju dan  makhluk yang betul-betul Khairah Ummah”. Tutup ustadz Hamzah.

Exit mobile version