Mewujudkan Kesetaraan Gender di Era Teknologi: Pelajaran dari Hidup dan Karya Kartini
Oleh: Fathan Faris Saputro
Saat ini, teknologi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Teknologi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia seperti kemudahan dalam berkomunikasi, akses informasi yang cepat, dan peningkatan efisiensi dalam berbagai bidang. Namun, kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif seperti adanya kesenjangan gender. Di era teknologi saat ini, masih banyak perempuan yang sulit untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam bidang teknologi.
Namun, perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender bukanlah hal yang baru. Sejarah telah mencatat bahwa sejak lama, tokoh-tokoh perempuan telah berjuang untuk mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Salah satu tokoh yang terkenal dalam perjuangan kesetaraan gender adalah Raden Ajeng Kartini.
Tulisan ini akan membahas bagaimana perjuangan Kartini dalam mewujudkan kesetaraan gender masih relevan di era teknologi saat ini dan bagaimana kehidupan dan karya Kartini memberikan pelajaran penting bagi kita semua.
Kehidupan Kartini
Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Dia merupakan anak dari Raden Mas Sosroningrat, seorang bupati di Jepara. Pendidikan Kartini terbatas pada pendidikan rumah tangga yang diajarkan oleh ibunya. Namun, ibunya memberikan pengaruh besar dalam pemikiran Kartini tentang hak-hak perempuan. Ibunya juga memberikan Kartini kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang Belanda yang tinggal di sekitar Jepara.
Setelah menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat pada usia 24 tahun, Kartini menjadi terisolasi di rumah dan tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Namun, dia tetap belajar dari surat-surat yang dikirimkan oleh sahabat-sahabatnya yang bersekolah di Belanda. Dalam surat-surat tersebut, mereka membahas tentang hak-hak perempuan dan pentingnya pendidikan untuk perempuan.
Kartini merasa terinspirasi oleh surat-surat sahabatnya dan memutuskan untuk membuka sekolah untuk perempuan di Jepara. Namun, pada saat itu, pendidikan untuk perempuan dianggap tidak penting dan hanya untuk persiapan menjadi istri yang baik. Kartini terus berjuang dan akhirnya berhasil membuka sekolah untuk perempuan di Jepara pada tahun 1903.
Peluang dan Tantangan di Era Teknologi
Di era teknologi saat ini, kesetaraan gender masih menjadi isu yang penting. Meskipun banyak perempuan yang memiliki akses ke teknologi, namun masih terdapat kesenjangan gender dalam bidang teknologi. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2019, hanya 22% dari total pengembang perangkat lunak di seluruh dunia yang perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan gender di bidang teknologi.
Namun, tantangan bukanlah hal yang baru bagi perempuan dalam perjuangan untuk mendapatkan hak yang sama. Seperti yang dilakukan oleh Kartini, perempuan di era teknologi saat ini juga harus terus berjuang dan memperjuangkan hak-hak mereka. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender di bidang teknologi. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan kampanye untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di bidang teknologi.
Selain itu, perempuan juga perlu didukung dan diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam bidang teknologi. Ini dapat dilakukan melalui kebijakan yang mendukung kesetaraan gender di tempat kerja, pemberian kesempatan yang sama dalam program pelatihan dan pengembangan, serta peningkatan akses ke sumber daya dan fasilitas yang diperlukan.
Pelajaran Dari Kartini
Kehidupan dan karya Kartini memberikan banyak pelajaran penting bagi kita semua, terutama dalam perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender di era teknologi saat ini. Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari kehidupan dan karya Kartini antara lain:
Pertama, belajar terus menerus. Kartini merupakan seorang yang senang belajar dan terus mencari ilmu baru. Meskipun terisolasi di rumah, dia tetap belajar melalui surat-surat sahabatnya yang bersekolah di Belanda. Pelajaran yang dapat dipetik dari ini adalah bahwa kita harus senantiasa belajar dan meningkatkan pengetahuan kita, terutama di era teknologi yang terus berkembang pesat.
Kedua, perjuangan bukan hal yang mudah. Perjuangan yang dilakukan oleh Kartini untuk mendapatkan hak-hak perempuan tidaklah mudah. Dia harus melawan stigma dan tradisi yang telah ada selama bertahun-tahun. Pelajaran yang dapat dipetik dari ini adalah bahwa perjuangan untuk mendapatkan kesetaraan gender di era teknologi saat ini juga tidak mudah, namun tetap harus terus dilakukan.
Ketiga, berani mengambil tindakan. Kartini tidak hanya berbicara tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan, namun juga mengambil tindakan dengan membuka sekolah untuk perempuan di Jepara. Pelajaran yang dapat dipetik dari ini adalah bahwa kita harus berani mengambil tindakan untuk mewujudkan kesetaraan gender di bidang teknologi.
Keempat, mendukung satu sama lain. Kartini tidak sendiri dalam perjuangan untuk mendapatkan hak-hak perempuan. Dia memiliki sahabat-sahabat yang mendukungnya dan membantunya dalam membuka sekolah untuk perempuan di Jepara. Pelajaran yang dapat dipetik dari ini adalah bahwa kita juga harus saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender di era teknologi saat ini.
Mewujudkan kesetaraan gender di era teknologi memerlukan perjuangan yang tidak mudah. Namun, kehidupan dan karya Kartini memberkan inspirasi dan pelajaran penting bagi kita semua dalam perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender di bidang teknologi. Perjuangan yang dilakukan oleh Kartini untuk mendapatkan hak-hak perempuan tidaklah mudah, namun dia tetap berani mengambil tindakan dan mendukung satu sama lain. Pelajaran ini masih relevan bagi perempuan di era teknologi saat ini.
Untuk mewujudkan kesetaraan gender di bidang teknologi, kita semua harus terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendukung satu sama lain. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan kampanye, kebijakan yang mendukung kesetaraan gender di tempat kerja, pemberian kesempatan yang sama dalam program pelatihan dan pengembangan, serta peningkatan akses ke sumber daya dan fasilitas yang diperlukan.
Dalam hal ini, penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi, dan masyarakat umum untuk bekerja sama dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender di bidang teknologi. Kita harus bersama-sama membangun lingkungan yang inklusif dan menghargai perbedaan, sehingga perempuan dapat berpartisipasi secara aktif dan merata di bidang teknologi.
Kita juga harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender di bidang teknologi, baik di kalangan perempuan maupun laki-laki. Dalam era teknologi yang terus berkembang pesat, perempuan harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan menjadi bagian dari pengembangan teknologi yang inovatif dan berkelanjutan.
Dengan memperjuangkan kesetaraan gender di bidang teknologi, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Mari kita terus memperjuangkan hak-hak perempuan dan mewujudkan kesetaraan gender di era teknologi saat ini, sebagaimana yang diimpikan oleh Kartini dan para pejuang kesetaraan gender lainnya sebelumnya. Wallahu a’lam bishawab.
Fathan Faris Saputro, Koordinator Bidang Komunikasi dan Teknologi Informasi Kwarda Hizbul Wathan Lamongan