Muhasabah Dipenghujung Ramadhan
Oleh: Drs.H.Takkisman Tanjung
Pada sa’at ini Ramadhan mulai berkemas-kemas untuk melakukan perjalanan panjang. Ketika ditanyakan mau pergi kemana, ramadhan hanya bilang akan pergi jauh, 11 bulan lamanya. Jika engkau rindu kepadaku, maka berdo’alah kepada Allah SWT semoga engkau dapat berjumpa denganku ditahun yang akan datang.
Betapa tidak sedih jiwa orang beriman berpisah dan ditinggal pergi oleh Ramadhan, 1 bulan penuh kebersamaan yang indah dan romantis telah dilalui dengan penuh kehangatan, tentu seluruh kengan indah itu tidak akan terlupakan. Berbagai aura positif telah ditularkan oleh Ramadhan, sehingga membentuk karakteristik yang luar biasa pada diri orang beriman.
Orang-orang beriman telah memiliki karakteristik yang diperoleh melalyi kebersamaannya dengan Ramadhan. Seluruh kesempatan dan peluang yang ada dikerahkan secara maksimal sehingga terlahir menjadi insan yang bertaqwa, yang dipenghujung Ramadhan akan meraih kemenangan (faa-izin), dan terlahir sebagai insan yang suci, bersih, terampuni dosa dan kesalahannya (fitri).
Out put Ramadhan telah membentuk orang beriman menjadi manusia yang beriman menjadi manusia yang punya kebiasaan-kebiasaan baik dan senantiasa bertaqarrub kepada Allah SWT. Diantaranya adalah :
Pertama, Ramadhan telah membangunkan kesadaran fitrah manusia bahwa tujuan hidup penciptaannya adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT.
وما خلقت الجن والاءنس الا ليعبدون (الذاريات:٥٦)
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah/mengabdi kepada-Ku”.
Seberapa lamapun waktu yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia, tujuan utamanya tidak lain adalah untuk mengabdi kepada Allah Rabbul ‘izzati tanpa ada pilihan yang lain. Melalui ibadah shalat fardhu, shalat lail, shalat-shalat nawafil, i’tikaf dan sebagainya, telah mendidik manusia untuk menjadi seorang hamba yang tau fungsinya sebagai hamba Allah, yaitu mengabdi hanya kepada Allah semata.
Kedua, Aura positif Ramadhan telah membentuk manusia memiliki rasa empati dan simpati kepada sesama, khususnya kepada kaum mustadh’afiin. Ramadhan telah melatih orang beriman tentang prinsip keseimbangan, disamping hablun min Allh, secara bersamaan juga menumbuhkembangkan hablun min An-naas, yang dilakukan secara intensif. Pengabdian itu akan menjadi utuh dan sempurna jika hablun min Allah dan hablun min An-naas terintegrasi didalam jiwa orang beriman. Sehingga seluruh bentuk ibadah yang disyari’atkan Allah SWT kepada orang beriman memiliki dua target capaian, yaitu shaleh secara pribadi dan sekaligus shaleh secara sosial.
Melalui ibadah puasa Ramadhan dengan merasakan perasaan lapar dan haus mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari, telah membuat orang beriman merasakan betapa sakit dan sulitnya penderitaan yang dialami secara terus menerus oleh orang yang tak punya dan relatif kurang beruntung. Jika orang yang berpuasa ada batasan waktu untuk menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, namun untuk mereka-mereka yang kurang beruntung justru menahan rasa lapar dan haus itu secara terus menerus berkepanjangan, tak mengenal waktu kapan berakhirnya penderitaan tersebut, karena mereka miskin secara permanen dan struktural.
Ketiga, Ramadhan telah membentuk orang beriman untuk senantiasa membaca dan belajar baik yang tersurat maupun yang tersirat. Dan kebiasaan membaca dan belajar ini tercermin dari aktivitas tadarrus Al-Qur’an selama Ramadhan. Allah SWT telah menganugerahkan fasilitas kehidupan kepada manusia berupa akal dan nafsu, ketika fasilitas hidup itu tidak bisa dikendalikan maka seringkali akan membuat manusia itu tidak akan pernah sampai keterminal tujuannya.
Maka dengan aktiviyas membaca dan belajar Al-Qur’an, sebagai pedoman dan petunjuk hidup yang Allah siapkan agar manusia itu selamat tiba diterminal tujuannya. Membaca dan belajar tentang pedoman dan petunjuk hidup ini afalah suatu yang sangat urgen dari perjalan kehidupan kita. Sejauh manalun kita berjalan, srbanyak apapun godaan dan tipuan, dan seberat apapun cobaan dan ujian, hadapilah dengan Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk hidup kita. Berbagai solusi atas kesulitan hidup pasti ditemukan didalam Al-Qur’an tersebut, sekaligus Al-Qur’an itu akan berfungsi sebagai penawar atau obat dan rahmat bagi manusia.
ذالك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين (البقرة: ٢)
“Al-Qur’an itu tidak ada keraguan padanya, menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”.
وننزل من القران ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين (الاءسراء: ٨٢)
“Dan Kami turunkan Al-Qur’an sebagai obat atau prnawar dan rahmat bagi orang-orang beriman”.
Keempat, , auta positif yang juga ditularkan Ramadhan adalah kesabaran, ketenangan dan fokus dalam melihat persoalan-persoalan kehidupan. Tanpa kesabaran, ketenangan dan fokus, niscaya sulit bagi kita untuk menjalankan seluruh amalan yang disunnahkan oleh Rasulullah SWT. Rasulullah bahkan telah mensinyir didalam sabdanya :
كم من صاءمين ليس له من صيامه اءلا الجوع زالعط(الحديث)
“Berapa banyak orang berpuasa tidak ada yang diproleh nya kecuali hanya sekedar lapar dan haus saja”.
Berdasarkan hadits Rasulullah SAW tersebut, tidak semua orang berpuasa sukses meraih
tujuan puasanya, yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Diantara kita hanya berpuasa secara rutinitas saja, merupakan agenda yang datang sekali setahun. Dan tidak ada yang membekas pada dirinya, kecuali seperti apa yang digambarkan Rasulullah SAW tersebut.
Ternyata puasa Ramadhan itu adalah suatu ritual ibadah yang sangat berat dan sulit. Sehingga Allah SWT berfirman didalam hadits Qudsi yang menyatakan betapa besarnya ganjaran yang akan diberikan-Nya kepada Shaa-imiin dan Shaa-imaat (orang-orang yang berpuasa).
كل عمل ابن ادم له،الالصيام،فاءنه لي وانا اجزي به (رواه البخارى و مسلم)
“Setiap ‘amalan yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, maka puasa itu afalah untuk-Ku, dan Aku sendirilah yang akan memberikan ganjarannya”.
Ketika amal ibadah kita untuk Allah SWT, dan Dia yang akan membalasnya, maka para ulama menyikapinya sebagai berikut :
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah menyebutkan alasan paling kuat sehingga puasa menjadi ibadah yang dikhususkan oleh Allah SWT, yaitu ;
- Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana amalan lainnya bisa terserang penyakit riya. Seseorang berpuasa atau tidak yang tau hanya dirinya sendiri dan Allah SWT.
- Bahwa pengetahuan tentang kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah yang mengetahuinya. Amalan-amalan yang kita lakukan sudah terlihat kadar pahalanya, yaitu dilipatgandakan mulai dari sepuluh sampai tujuh ratus kali, kecuali puasa, Allah sendiri yang memberi pahalanys tanpa batasan. Dan hal itu ditegaskan oleh Al-Qur’an :
انما يوفى الصابرون اجرهم بغير حساب (الزمار:١٠)
“Sesungguhnya orang-orang yang shabar itu balasannya akan Allah berikan dengan tanpa batas (tidak ada hitung-hitunganya)”.
Dari 4 aura positif yang dipancarkan oleh Ramadhan kepada orang beriman, disa’at ramadhan berpamitan untuk pergi meninggalkan kita menempuh perjalanan yang jauh, 11 bulan lamanya, maka sudah waktunya kita lakukan muhasabah dan evaluasi diri ;
- Apakah puasa Ramadhan yang kita lakukan sebulan penuh telah berhasil menjadikan diri kita menjadi orang yang bertaqwa ?
- Apakah puasa Ramadhan sebulan penuh itu telah berhasil membentuk kebiasaan-kebiasaan baik bagi kita seperti; rasa empati dan simpati, sehingga ibadah tersebut menghasilkan keshalehan sosial disamping keshalehan individual ?
- Apakah kebersamaan kita dengan Ramadhan sebulan penuh itu telah berhasil mendidik kita untuk senantiasa membaca dan mempelajari Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk hidup kita ? Dan apakah komunikasi dan interaksi kita dengan Al-Qur’an sudah dilakukan secara intensif selama sebulan ini ?
- Apakah aura positif Ramadhan telah berhasil membentuk pribadi kita menjadi orang-orang shabar, tenang, fan fokus dalam menyikapi seluruh persoalan hidup dan kehidupan ini ?
- Yang paling urgen pertanyaannya adalah, sudah berapa kali kita melaksanakan ibadah puasa Ramadhan ini semenjak kita baligh sampai sa’at ini, dan apakah sudah semakin membaik terutama dalam menciptakan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT ? Atau baru sekedar amalan rutinitas tahunan saja yang menghiasi agenda kehidupan kita ?
Semoga semakin bertambah dekat perjalanan kita ke garis finish, semakin berkualitas juga seluruh amalan-amalan yang kita lakukan termasuk ibadah puasa Ramadhan ini, dan kita berharap akan mendapatkan keberkahan-keberkahan Ramadhan termasuk satu malam yang Allah istimewakan didalam bulan Ramadhan ini, dimana seluruh amalan pada malam itu akan lebih baik nilainya di hadapan Allah SWT dari pada kita beramal selama seribu bulan atau kurang lebih 83,3 tahun. Dan sasaran utama Ramadhan adalah insan yang bertaqwa, benar-benar bisa kita raih dengan gemilang. والله اعلم
Drs.H.Takkisman Tanjung, Wakil Ketua PDM Mandailing Natak