Islam dan Keberagaman dalam Dunia Kerja
Oleh: Muhammad Zakiy
Sebagai agama yang mengajarkan kedamaian dan toleransi, Islam mencontohkan keberagaman dalam dunia kerja. Sebagai agama yang Rahmatan lil ‘Alamin, Islam mampu menjadi role model organisasi modern dalam menanggulangi permasalahan intoleransi terhadap keberagaman dalam dunia kerja. Pada realitanya masih banyak kasus diskriminasi dan intoleransi yang terjadi di tempat kerja yang diakibatkan oleh factor Suku, Agama, Ras dan Antargolongan, bahkan permasalahan Gender kerap kali kita dengar di beberapa perusahaan baik nasional maupun berskala global. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan perbedaan, persamaan dan saling menghargai antar manusia. Dalam QS Al-Hujurat Ayat 13 Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat ini adalah sebuah pengingat dari Allah SWT tentang pentingnya persatuan dan kebersamaan antara umat manusia yang terbentuk dari berbagai latar belakang dan suku bangsa yang berbeda. Allah SWT menciptakan manusia dalam berbagai latar belakang dan suku bangsa agar mereka dapat saling mengenal dan memperkaya satu sama lain. Dalam ayat ini, Allah SWT juga menegaskan bahwa kehormatan seseorang tidak didasarkan pada suku bangsa atau latar belakang, melainkan pada tingkat ke-taqwa-an seseorang kepada Allah SWT.
Ayat ini mengajarkan kita akan pentingnya menghargai perbedaan antara manusia, karena perbedaan ini bukanlah alasan untuk diskriminasi atau permusuhan. Sebaliknya, perbedaan dapat menjadi sumber kekayaan dan kesempatan untuk saling belajar dan memperkaya satu sama lain. Setiap individu harus berusaha untuk menghargai perbedaan dan bertindak dengan cara yang benar dan mulia, agar dapat membangun masyarakat yang lebih baik dan inklusif. Nabi Muhammad SAW juga memperingatkan Kabilah-kabilah Arab pada waktu itu yang menyombongkan dirinya dengan bersabda:
“Semua umat manusia adalah keturunan Adam dan Hawa. Orang Arab tidak memiliki keunggulan dibandingkan orang non-Arab dan orang non-Arab tidak memiliki keunggulan dibandingkan orang Arab. Orang kulit putih tidak memiliki keunggulan dibandingkan orang kulit hitam, atau orang kulit hitam tidak memiliki keunggulan atas orang kulit putih, kecuali dengan kesalehan dan tindakan yang baik”.
Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa semua manusia berasal dari keturunan Adam dan Hawa, sehingga tidak ada suku atau ras tertentu yang lebih unggul dari yang lainnya. Setiap manusia memiliki hak dan martabat yang sama di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk merendahkan atau memandang rendah orang lain hanya karena perbedaan suku atau ras. Keberagaman memang seringkali menimbulkan permasalahan serius dalam dunia kerja karena setiap pimpinan dan karyawan memiliki persepsi terkait siapa yang lebih unggul, siapa yang harus di prioritaskan dan kelompok mana dia harus berkoalisi. Seharusnya, keberagaman dalam dunia kerja dapat dipandang sebagai kekayaan dan potensi bagi perusahaan untuk berkembang dan bersaing secara global.
Namun, framing yang mengatakan Islam sebagai agama intoleran seringkali digaungkan media global maupun nasional. Padahal jika dilihat beberapa kasus diskriminasi sering dialami oleh seorang muslim di tempat kerja. Beberapa kasus diskriminasi di tempat kerja yang beberapa tahun terakhir menjadi sorotan publik antara lain pada tahun 2019, seorang Muslim di Amerika dipecat setelah meminta waktu istirahat untuk beribadah di bulan Ramadhan, begitupula di tahun sebelumnya di Inggris seorang Muslimah dipecat setelah mengenakan jilbab di tempat kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa framing yang dilakukan negara-negara barat bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di tempat kerja. Padahal jika dikaji lebih dalam ayat-ayat Quran banyak sekali terdapat keterangan agar kita dapat memperlakukan orang lain dengan adil, seperti dalam potongan QS Al-Hujurat Ayat 9 Allah SWT berfirman:
فَإِن فَآءَتْ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا بِٱلْعَدْلِ وَأَقْسِطُوٓا۟ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ
Artinya: Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Ayat ini berisi ajakan untuk berlaku adil, dan di dalam keberagaman, sikap adil sangatlah penting untuk menghormati perbedaan. Dalam dunia kerja, sikap adil sangat penting untuk memperlakukan setiap karyawan dengan sama dan merespons setiap kebutuhan dan hak mereka tanpa diskriminasi. Dalam konteks keberagaman di tempat kerja, sikap adil juga dapat terwujud melalui memperhatikan hak-hak dan kebutuhan individu atau kelompok yang berbeda, serta memberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dan memberikan kontribusi dalam lingkungan kerja. Sikap adil yang dilandasi dengan pemahaman akan keberagaman dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan saling menghargai perbedaan dalam perusahaan. Perusahaan harus membangun lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan mendukung untuk semua pekerja, tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang budaya yang dianut para pekerjanya. Selain itu, perusahaan juga perlu menyediakan fasilitas dan waktu yang memadai bagi pekerja untuk menjalani ibadah berdasarkan agama dan keyakinannya masing-masing. Ini akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi semua pekerja, tanpa memicu konflik atau diskriminasi.
Untuk mendorong keberagaman dalam dunia kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja, namun peran pemerintah dan lembaga-lembaga terkait juga sangat dibutuhkan dalam mempromosikan toleransi dan inklusivitas dalam dunia kerja. Mereka dapat memberikan dukungan kebijakan dan sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam mengelola keberagaman. Selain itu, individu-individu juga memiliki peran penting dalam membangun budaya kerja yang inklusif dan saling menghargai. Setiap pekerja harus memahami nilai-nilai keberagaman dan berupaya untuk memperkaya lingkungan kerja dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
Namun, meskipun ada banyak diskusi tentang pentingnya keberagaman dalam dunia kerja, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah stereotip dan prasangka yang seringkali masih ada dalam budaya organisasi. Beberapa perusahaan mungkin menganggap bahwa pekerja dengan latar belakang budaya yang berbeda mungkin tidak cocok dengan budaya organisasi mereka, atau tidak dapat berkontribusi dengan efektif. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai inklusivitas dan dapat menghambat perkembangan perusahaan. Tantangan lainnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang keberagaman, baik di antara pekerja maupun di antara manajemen dan pimpinan perusahaan. Ini bisa menjadi masalah serius, karena keberagaman hanya dapat dihargai dan dimanfaatkan jika semua pihak memahami pentingnya, dan memiliki kemampuan untuk mengelolanya secara efektif. Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan perlu menyediakan pelatihan dan pendidikan tentang inklusivitas, termasuk mengenai berbagai latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan kebijakan dan praktik mereka dalam hal perekrutan dan promosi pekerja. Dalam upaya untuk mempromosikan keberagaman, perusahaan harus memastikan bahwa proses perekrutan dan promosi mereka adil, terbuka, dan tidak memihak pada salah satu kelompok. Ini akan memastikan bahwa pekerja dengan berbagai latar belakang budaya dan agama memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan berkontribusi dalam organisasi. Dalam konteks Islam, keberagaman dalam dunia kerja dapat dilihat sebagai bagian dari prinsip-prinsip sosial dan moral Islam yang menyediakan landasan untuk pembangunan masyarakat yang inklusif dan beradab. Islam mengajarkan pentingnya saling menghormati, saling memperkaya, dan saling memahami di antara umat manusia. Dalam hal keberagaman, Islam mengajarkan bahwa perbedaan dalam agama, ras, dan latar belakang budaya bukanlah alasan untuk diskriminasi atau ketidakadilan.
Secara keseluruhan, Islam dan keberagaman dalam dunia kerja membutuhkan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif dari semua pihak terkait. Dengan memahami nilai-nilai keberagaman dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, kita dapat menciptakan dunia kerja yang lebih adil, beragam, dan dinamis. Untuk memanfaatkan potensi dan kekayaan yang ada dalam keberagaman, perusahaan harus membangun budaya kerja yang inklusif dan menghargai perbedaan. Selain itu, perusahaan, pemerintah, dan individu-individu juga perlu bekerja sama untuk membangun lingkungan keberagaman yang dinamis dan berkelanjutan.
Muhammad Zakiy, Dosen Program Studi Ekonomi Syariah UMY, Mahasiswa Program Studi Perekonomian Islam & Industri Halal UGM