Berkah Tersembunyi
Oleh: Yandi
Para kader Muhammadiyah dalam beberapa hari belakangan ini tengah dilanda keresahan sekaligus kemarahan. Pemicunya tiada lain adalah narasi kebencian agama, religious hatred, yang disebarkan oleh Thomas Djamaludin dan ancaman pembunuhan yang dilontarkan AP Hasanudin, keduanya adalah oknum yang bekerja Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Alhmadulillah aparat kepolisian merespon cepat pengajuan laporan yang disampaikan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan dengan segera menangkap APH yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Namun kegeraman sebagian warga Muhammadiyah masih belum sepenuhnya mereda. Luka hati menganga warga Muhammadiyah akibat tindakan, meminjam istilah alm. Buya Syafii Maarif, tuna moral, tuna adab dan tuna akal sehat, tidak akan segera sirna dalam beberapa waktu kedepan.
Bersyukur, sikap dan reaksi warga Muhammadiyah atas penistaan itu tetap menunjukan dignity dan nalar kritisnya. Warga Persyarikatan tidak reaksioner apalagi termakan provokasi. Muhammadiyah tetap bersikap elegan dengan menjaga adab dan etika sebagai kelompok terdidik.
Dibalik sebuah peristiwa yang terjadi selalu ada “berkah tersembunyi” yang bisa kita ambil, atau yang dikenal dengan istilah blessing in disguise.Dibalik kegaduhan ini pun memberi hikmah bagi seluruh warga Muhammadiyah. Satu diantaranya adalah membuka wawasan sekaligus kesadaran , awareness, semua pimpinan dan aktifis, ternyata memasuki abad keduanya masih saja ada pihak-pihak tertentu yang memendam kebencian terhadap Muhammadiyah yang kita banggakan. Kelompok ini oleh ketua PP. Muhammadiyah Prof. Syafiq Mughni dikategorikan sebagai Muhammadiyah phobia.
Hikmah lainnya adalah peristiwa ini menjadi semacam ” supplement” yang membangkitkan kembali gelombang sense of belonging, rasa memiliki dan kecintaan pada Muhammadiyah yang ditunjukan oleh semua aktifis secara keseluruhan . Salah satu indikasinya bisa dilihat dari “serangan balik” para kader Muhammadiyah yang begitu marak di berbagai WAG dan media, baik online maupun off line. Mulai dari pimpinan cabang, pimpinan daerah dan wilayah termasuk para akademisi, kaum intelektual hingga ketua umum dan ketua PP. Muhammadiyah. Semua mengungkapkan pikiran kritis dan analisis tajamnya berupa tulisan terhadap narasi kebencian dan intoleransi yang disampaikan oleh kedua oknum pegawai BRIN ini.
Respon balik itu semakin mengukuhkan identitas Muhammadiyah sebagai sebuah entitas pemikiran. Sehingga siapapun yang ingin mensubordinasi Muhammadiyah dalam ranah berpikir, termasuk kritikan subjektif dan bias dari Thomas Djamaludin terhadap metode hisab Muhammadiyah dengan alasan demi menyatukan umat tidak akan pernah berhasil.
Seorang kader Muhammadiyah di WAG menulis : obsesi Thomas Djamaludin terhadap definisinya tentang “persatuan Islam” dengan memanfaatkan kekuasaan negara untuk menyamakan paham dan keyakinan masyarakat adalah hal yang problematis.
Hal ini di-endorse oleh ketua Umum PP. Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir bahwa negara tidak boleh mengambil kebijakan yang memihak pada satu madzhab, golongan dan pandangan tertentu terutama yang bersifat perbedaan atau khilafiyah, maka yang terjadi adalah kontroversi.
Negara ikut memproduksi masalah . Fungsi wasit yang adil menjadi hilang dari negara dalam mengatasi perbedaan dan merekat persatuan. Dari kuasa
negara yang tidak objektif dan adil itulah lahir arogansi intelektual yang bersenyawa dengan dominasi paham keagamaan yang menghasilkan persekusi verbal dan non verbal (mihnah) serta rezimentasi agama.
Alla kulli hal, siapapun jangan pernah mencoba mengusik Muhammadiyah. Karena dengan limpahan kekuatan sumberdayanya, Muhammadiyah akan sanggup melawan. Bravo Muhammadiyah!
Yandi, Ketua PCM Ciawi – Tasikmalaya