GRESIK, Suara Muhammadiyah – Pleno 6 Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-12 Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur telah digelar di Hall Sang Pencerah lantai 8 Gedung I Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) pada Ahad, 7 Mei 2023.
Ketua Panitia Pemilihan (Panlih) Ummu Sulaim mengumumkan berita acara yang memuat hasil rapat formatur yang berlangsung pada malam dini harinya, pukul 00.47 WIB. Rapat formatur itu untuk memilih ketua dari sebelas formatur terpilih.
Hasil rapat formatur itu memutuskan Desi Ratna Sari SH menjadi Ketua PWNA Jatim Periode 2022-2026. Rapat dilaksanakan di Ruang Rapat lantai 7 Gedung I Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Rapat formatur dihadiri dua anggota Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Nunung dan Rifka, Panitia Pemilihan Musywil Ummu Sulaim (Ketua) dan Fuadah (Sekretaris), dan juga seebelas formatur.
Berita acara ini ditandatangani Panlih, Sulaim dan Fuadah, di Gresik, 7 mei 2023. Ketua terpilih Desi Ratna Sari SH berfoto bersama ketua periode sebelumnya Aini Sukriah MPdI di atas panggung.
Desi Ratna Sari SH lahir di Jakarta Pusat pada 15 Desember 1989. Desi tinggal di Perumahan Green Flower, Sukomulyo, Lamongan. Desi Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Lamongan itu bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Desi lulusan Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan.
Formatur Terpilih
Ketua Panitia Pemilihan (Panlih) Ummu Sulaim membacakan berita acara panitia pemilihan Musywil XII pada Sabtu, 6 Mei 2023. Dia menyampaikan telah dilakukan pemilihan formatur. Saat itu pukul 00.00 WIB.
Proses pemilihan dimulai pukul 21.11 WIB dan berakhir pukul 23.53 WIB. Lokasinya di Hall Sang Pencerah lantai 8 Gedung I Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Ini termasuk Pleno 5 agenda Pemilihan dan Penetapan 11 Formatur.
Dalam prosesnya, Tim Panlih mendahulukan proses pemilihan bagi peserta Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-12 Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur yang punya anak, hamil, atau sakit.
Panlih telah menggandeng SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) untuk menyediakan 30 tab. Agar proses pemilihan berjalan lancar, ada pendamping dari IMM selain tim IT dari SDMM yang berjaga di ruang pemilihan.
Sulaim menyatakan pemilih yang tidak hadir ada 9, tidak melakukan submit ada 4. Setelah diskusi, mereka dianggap tidak hadir. Jadi yang hadir ada 366 di mana ada 13 total pemilih yang tidak hadir dari 379 jumlah pemilih.
Dirinya lalu membaca berita acara rekapitulasi hasil pemilihan berikut:
1. Desi Ratna Sari SH 304
2. Maharina Novia Zahro MIKom 262
3. Erfin Walida Rahmania SPdI 242
4. Nur Afni Rachman SIKom MMedKom 231
5. Erlin Puspitasari SE 223
6. Ifa Faridah SPd 212
7. Ria Eka Lestari SSi 211
8. Hadiatul Hikmah MH 207
9. Rifka Fatimatuz Zahro SKM 201
10. Zahrotul Janah SKom 173
11. Daviqa Sukmawati SPsi 163
Sebelumnya dalam agenda Musykerwil, Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Dra. Rukmini Amar, M.Ag. Sebelumnya, Rukmini Amar menyampaikan amanatnya. “PWA dengan senang hati bersinergi karena ada banyak kegiatan seperti bimbingan pranikah,” ujarnya.
Rukmini berharap, ada materi khusus tentang materi keluarga sakinah. “Karena persoalan bangsa kembali kepada keluarga,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua PWNA Jatim Aini Sukriah, M.Pd.I. juga berkesempatan menyampaikan amanatnya.
Adapun seremoni Pembukaan Musykerwil III Nasyiah Jatim ditutup dengan doa. Agenda selanjutnya, Anggota Komisi X dari Fraksi PAN Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, M.Si. berpanel dengan Rektor UMG Nadhirotul Laily SPsi MPsi Psikolog membahas peningkatan partisipasi publik dan politik perempuan.
Pemilih pemilu perempuan mendominasi daripada laki-laki di Jawa Timur. Sehingga peran Kader Nasyiatul Aisyiyah sangat ditunggu-tunggu.
“Memantik forum dengan 4 Pilar Kebangsaan, yang pertama Pancasila, UUD 1945, Prinsip NKRI, Bhinneka Tunggal Ika.” ujar Rektor UMG Nadhirotul Laily SPsi MPsi Psikolog.
Kata pria yang biasa dipanggil Prof ZM ini, “Harapannya kedepannya Kader Nasyiatul Aisyiyah mampu menciptakan relevansi program kerja sesuai dengan kebutuhan di masa depan, sehingga NA bisa memberikan kontribusi nyata dalam dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Profesor ZM siap membersamai NA untuk membentuk pribadi putru islam yang berarti bagi keluarga, negara, bangsa, dan agama”
Dalam konteks berpolitik kiranya kader putri Nasyiatul Aisyiyah harus menjadi petugas misi muhammadiyah bukan menjadi petugas partai di Muhammadiyah. (riz)