Halal bihalal Sekolah Penggerak, Istiqomah dalam Kebaikan

Halal bihalal Sekolah Penggerak, Istiqomah dalam Kebaikan

SOLO, Suara Muhammadiyah – Sekolah Penggerak Berkemajuan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Jawa Tengah menggelar acara halalbihalal secara tatap muka, Sabtu (6/5/2023).

“Kegiatan halalbihalal ini bertujuan untuk bersilaturahim, bermaaf-maafan dan menghadirkan ketua bidang informasi dan IT PDPM Karanganyar Jarwanto Abu Ajibs SKom SPdI MPd,” kata Kepala Sekolah Penggerak Sri Sayekti.

Sayekti menyampaikan, “Melalui momentum Idul Fitri ini, kita bisa menata hati kembali. Karena setelah kita dibina satu bulan penuh di bulan Ramadan 1444 Hijriah, mengerjakan amal-amal shaleh, maka setelah lebaran, kita harus tetap istiqomah menjalankan amal-amal kebaikan,” bebernya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), halal bihalal diartikan sebagai maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang yang merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia.

Sedangkan dalam bahasa Arab, halal bihalal berasal dari kata “Halla atau Halala” yang mempunyai banyak arti sesuai dengan konteks kalimatnya.

“Penyelesaian problem (kesulitan), meluruskan benang kusut, mencairkan yang beku, atau melepaskan ikatan yang membelenggu,” imbuhnya.

Kegiatan halal bihalal sebanyak 72 guru, karyawan dan purna tugas dihadiri oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DR Heri Sawiji, Komite Sekolah Kartono MPd, anak-anak dan suami istri serta pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) Dra Hj Siti Nursyiam MPdI.

Selanjutnya acara diisi dengan taushiyah oleh Ustaz Jarwanto. Dalam taushiyahnya, ia menyampaikan penting mendapatkan nikmat sehat sempat dan iman.

“Hidup ini adalah pemberian bukan pesanan. Maka perbanyak bersyukur adanya nikmat iman, sehat dan sempat,” ujar Jarwanto.

Allah SWT, telah memberikan kita banyak nikmat, mulai dari bangun tidur sampai kita tidur kembali salah satunya nikmat sehat nikmat iman. Betapa banyak nikmat yang kita rasakan, sehingga kita tidak mampu menghitung semua nikmat yang Allah berikan kepada kita dan tentunya akan sangat binasa jika nikmat tersebut dicabut.

Mari kita renungkan, jika saat ini Allah mencabut keimanan dalam diri kita, maka hidup kita akan terombang – ambing. Sehingga diri kita terjerumus ke dalam kemusyrikan dan keburukan lainnya.

“Andai saja saat ini Allah mencabut Islam kita, kita murtad dari Islam, jauh dari hidayah, maka kita akan celaka karena tidak mengimani sesuatu yang sudah jelas kebenarannya,” pungkasnya. (Jatmiko)

Exit mobile version