Kerja Bersungguh-sungguh
Oleh: Dr Mas’ud HMN
Seorang inteketual dari Afghanistan Muhammad Azzam Almarhum (1941 – 1989) mengemukakan defenisi kerja bersungguh itu identik dengan jihad di jalan Allah. Ia menyatakan bahwa jihad itu mengandung tiga makna dengan berhimpun jadi tunggal. Lalu ia menyebutkan yaitu jihad power, jihad amal dan jihad sabilillah.
Dalam kerja itu ada mengandung kekuatan/ power untuk terus maju dan pantang mundur, dengan amal yang bersambung secara kontinu. Lalu dikunci oleh pandangan Imani kepada Tuhan fi sabilillah karena Allah semata.
Dalam bukunya berjudul Fiqh Muamalah, pejuang Afghanistan tersebut berhasil membuat semangat kerja, camp latihan di Afghanistan. Pekerja keras dengan anaknya ada dua laki laki menjadi stafnya. Sayang ia wafat karena bom Amerika pada mobilnya 1989 sebelum sholat Jum’at.
Pandangan Mohammad Azzam dari Afghanistan tentang kerja ini sejalan dengan Natsir dengan anjuran jangan berhenti tangan berkayuh, ibarat bersampan mendayung biduk di tengah derasnya ombak dan tidak berputus asa. Karena sikap putus asa itu adalah dosa ungkap demikian Mohammad Natsir.
Sikap ini dilambangkan oleh ajarana Agama dalam surat al Ankabut ayat 69 yang berbunyi,
Allazi jihadu subulanaa lanhdiyanna subulan innallah maass muhlishiin, Orang orang yang berjihad di jalan kami akan diberikan petunjuk dan jalan keluar serta kemudahan sesungguhnya Allah sangat senang kepada orang yang berbuat muhsinin .
Dalam ayat ini tegas akan diberikan petunjuk dan pertolongan. Mereka orang yang baik akan dapat jalan dan kemudahan dan Allah akan sangat mencintai orag yang muhsin. Inilah konsep jihad bekerja sungguh – sungguh dan akan mendapatkan pertolongan Allah.
Dalam hal ini penasehat Raja dari Saudi Arabia Abdullah Bin Bazz berucap agar semua bergiat untuk berjihad, sebab kata Abdulah Bin Bazz, jika tidak orang jahat akan mengalahkan kalian, dikutip dari buku Majmaul ul fatwa (6/67).
Katanya haruslah engkau giat dengan seluruh semangat kekuatanmu. Jangan sampai para pengikut kebatilan lebih giat menyebarkan kebatilannya. Semoga kita semua menyadarinya.
Dr Masud HMN, Dosen Universitas Muhmadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta