Merawat Keajegan Komitmen Baik
Catatan Musyawarah Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Tangerang Selatan
Oleh: Ahsan Jamet Hamidi
Perhelatan Musyawarah Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Tangerang Selatan telah diselenggarakan pada 20 – 21 Mei 2023 di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sebagai salah satu panitia, saya bersaksi bahwa perhelatan ini sukses. Indikatornya sederhana. Semua agenda yang direncanakan berhasil dilaksanakan sesuai rencana. Hajatan ini meriah. Selain dihadiri oleh Walikota Tangerang Selatan, juga banyak tampilan seni (music, tari, rampak beduk, tapak suci, musikalisasi puisi) dari berbagai sekolah dan dari para pegiat kesenian.
Di Luar arena Musyawarah Daerah, ada panggung khusus yang disediakan oleh panitia untuk pertunjukan music. Lagi-lagu Slank, Dewa 19, Iwan Fals telah dinyanyikan secara apik oleh para pelajar dan mahasiswa/wi serta Pemuda Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Dulu saya berpandangan bahwa lahan kesenian di Muhammadiyah dan Aisyiyah itu kering. Warganya “malas bertepuk tangan” saat melihat pertunjukan seni. Sekarang, kesan itu pupus. Menjelang Muktamar 2022 lalu, ada pertunjukan music jazz yang khusus dihelat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta. Banyak penonton memberikan apresiasi. Mereka bertepuk tangan secara spontan penuh keihlasan.
Pemilihan yang Efektif
Panitia Pemilihan menyiapkan sistem pemilihan berbasis computer yang dibuat oleh para guru dari sekolah SMK Muhammadiyah Ciputat. Sistem ini keren, sangat mudah. Level akurasi dan kejujurannya sangat bisa dipertanggungjawabkan. Usai memilih di layar computer, 15 menit kemudian hasilnya bisa dilihat di layar monitor besar. Hasil perolehan suara masing-masing bisa dilihat progressnya di layar itu.
Saat proses pemilihan, panitia pemilihan dan Kokam menjaga ruangan agar tetap steril. Bagi pemilih yang tidak familiar dengan teknologi, panitia akan membimbingnya. Semua yang bertugas, terlebih dahulu disumpah oleh panitia. Asumsinya, sumpah adalah upaya maksimum manusia untuk mencegahnya dari perbuatan curang.
Adakah upaya penggalangan suara menjelang pemilihan? Jujur, sepengetahuan saya yang intens mengikuti proses, upaya lobi-lobi dan penggalangan oleh para calon ketua itu ada. Hal itu sangat lumrah. Tidak ada janji terkait jabatan atau uang yang disampaikan. Umumnya, pertemuan-pertemuan kecil itu dilakukan secara terbuka dan bisa diikuti oleh siapa saja. Proses lobi-lobi dilakukan dengan wajar dan personal.
Saya bangga karena tidak menemukan praktik jahat, melanggar tata krama untuk menjegal calon lain. Nuansa kompetisi, ataupun ketegangan, juga tidak terasa selama proses pemilihan berlangsung. Saya bahkan bisa bersenda gurau dengan Prof. Ahmad Najib Burhani dari PRM Bintaro. Suasana pemilihan begitu cair.
Mendewasakan Pemilih
Memilih untuk tidak mengikuti ajakan beberapa kawan dalam proses penggalangan bersama dengan salah satu calon ketua adalah pilihan terbaik. Saya menolak dengan halus dengan menyebarkan pesan singkat, bahwa sebagai Ketua Ranting, saya tidak akan mengarahkan para pemilik suara untuk memilih calon A atau B. Saya harus membebaskan mereka untuk memilih calon yang dia suka. Hingga sekarang, tidak tahu siapa yang dipilih oleh utusan dari Ranting saya.
Warga Persyarikatan sudah matang dalam menentukan pilihan dalam Musyawarah Daerah ini. Selain percaya pada level kedewasaan mereka, saya juga percaya pada sistem kepemimpinan di Muhammadiyah dan Aisyiyah. Seorang pemilik suara harus memilih 13 nama yang akan menjadi calon Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Tangerang Selatan. 13 orang yang mendapat suara terbanyak, kelak akan menjalankan roda organisisasi. Kepemimpinan organisasi tidak hanya bertumpu pada satu orang yang memperoleh suara terbanyak, tetapi pada musyawarah mufakat dari 13 Pimpinan tersebut.
Saya sama sekali tidak khawatir jika kepemimpinan bisa didominasi oleh satu atau dua orang saja. Sistem control and balance yang biasa dianut oleh organisasi modern, sudah berjalan. Jika ada asumsi bahwa para pemimpin tersebut akan melakukan tindakan yang keluar dari prinsip dan nilai organisasi, Insya ALLAH intensi itu sulit bisa diwujudkan secara berjamaah oleh ke 13 Pimpinan.
Bukan Organisasi Tokoh
Tidak seperti performa Partai Politik di Indonesia. Dimana kharisma dan kekuatan kekuasaan ketua umumnya begitu mutlak. Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah tidaklah demikian. Ketua Umum, hanya memiliki satu suara diantara 12 ketua lainnya, yang memiliki suara sama dan setara.
Persyarikatan ini tidak mengenal satu tokoh kharismatik yang dipersepsi sebagai sebagai “pemilik” tunggal organiasi. Meski ia mendalilkan diri sebagai pewaris trah atau memiliki tautan darah dengan pendiri organisasi. Arah dan kebijakan organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah juga tidak bisa ditentukan atau diintervensi oleh para pemilik modal yang menjadi “bohir”, karena merasa telah menyumbang untuk pemenuhan kebutuhan organisasi.
Muhammadiyah bisa bertahan sejak 1912, karena pondasi kokoh, yang dibangun dari akumulasi kontribusi keikhlasan dan sumbangan pemikiran, tenaga, harta dari semua pihak. Organisasi ini menjadi kuat oleh hasil keringat para tukang parkir, tukang kebersihan, tukang ketik surat, tukang pengirim pesan pada setiap acara, tukang seduh kopi dan teh, serta penyedia makanan ringan saat ada pertemuan silaturahmi.
Gedung-gedung sekolah, rumah sakit dan rumah yatim itu bisa berdiri tegak, bukan oleh keringat para penyumbangnya saja. Keringat para guru, dosen, perawat, dokter, pegawai administrasi yang melayani dengan penuh keikhlasan dan kejujuran, sama sekali tidak boleh diabaikan.
Pada nilai itulah organisasi besar ini bertahan. Oleh karena itu, perjuangan Muhammadiyah dan Aisyiyah tidak akan surut oleh berakhirnya kepemimpinan satu dan dua orang pemimpin hebat. Persediaan calon pemimpin di Muhammadiyah dan Aisyiyah cukup berlimpah.
Sejak lama, para penghuni rumah besar ini tidak terlalu bertumpu pada kharisma dan ketokohan satu dua orang di dalamnya. Mereka yang menjadi tokoh panutan, tidak akan terlalu dipuja apalagi dikeramatkan. Batas penghormatan tertinggi kepada para tokoh-tokoh berilmu dan berpengetahuan itu adalah mengapresiasi legacy, menauladani kebaikan dan mendoakan jasa-jasa baiknya.
Merawat Keajegan
Saya selalu optimis dengan masa depan Muhammadiyah dan Aisyiyah Tangerang Selatan. Saya mengetahui betul, bahwa ke 13 nama ketua yang telah terpilih, adalah para pribadi yang selama ini tulus bekerja, berkontribusi baik untuk organisasi. Mereka yang terpilih bukan karena status sosialnya yang berlimpah jabatan dan harta benda.
Saya juga yakin, bawa ke 13 nama ketua itu memiliki kesadaran paripurna, bahwa jika mereka berharap jabatan, maka itu sudah mereka punya. Jika berharap kelimpahan harta, maka pastilah mereka salah mengira.
Mengelola kepemimpinan di tingkat daerah dengan bijaksana, merawat keajegan komitmen baik warga Persyarikatan adalah mandat utama. Akumulusi dari sumbangan tenaga, pikiran, hingga setiap rupiah yang diberikan oleh mereka, akan menjadi roh yang mampu menggerakan roda organisasi ini hingga bisa berjalan dan bermanfaat untuk orang banyak.
Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso