Memaknai Milad Aisyiyah ke-106
Oleh: Amalia Irfani
Bulan Mei tidak saja istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia karena identik dengan bulan pendidikan dan perjuangan, tetapi juga untuk persyarikatan berkemajuan perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah. Lahir 17 Mei 1917/27 Rajab 1335 H di Yogyakarta. Peresmian Aisyiyah saat itu dalam perhelatan akbar bersamaan dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Namun sejarah mencatat tiga tahun sebelumnya tepatnya tahun 1914, perkumpulan perempuan terdidik sekitar Kauman telah mendirikan perkumpulan bernama Sapa Tresna yang merupakan cikal bakal (embrio) Aisyiyah.
Lahirnya Aisyiyah merupakan bukti konkrit bahwa perempuan Islam sudah berpikir dan bertindak maju untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Mereka berkumpul mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat, bercita-cita meluaskan mimpi kepada semua perempuan agar tidak sibuk dan menua hanya dengan aktifitas yang membuat jenuh dan selalu direndahkan. Mereka harus berkreativitas tanpa melupakan kodrat. Islam sendiri dengan tegas memberi ruang berekspresi bagi perempuan untuk terus maju untuk diri agar kelak dapat mencetak generasi terbaik.
Memaknai Pertambahan Usia
Pertambahan usia harus dimaknai dengan kesadaran untuk melakukan evaluasi serta introspeksi. Untuk suatu organisasi perempuan misalnya pertambahan usia tidak hanya sekedar angka umur panjang tetapi yang terpenting adalah bagaimana menjadikan keberadaan organisasi memberi manfaat. Aisyiyah yang telah berumur 106 tahun mampu melampaui ekspestasi sebuah usia produktif.
106 tahun bukanlah waktu pendek, telah beberapa dekade kepemimpinan berganti, perubahan zaman, perkembangan teknologi, dan sebab eksistensi Aisyiyah yang tidak surut membuat banyak ilmuwan yang menjadikan Aisyiyah role model penelitian perempuan Indonesia. Ini sesungguhnya adalah kebanggaan tidak saja untuk perempuan Aisyiyah tetapi seluruh perempuan ibu Pertiwi. Pergerakan perempuan cerdas yang bergerak untuk mencerdaskan diri dan lingkungan sosialnya. Perkembangan dengan bertambahnya amal usaha pendidikan seperti TK, PAUD merupakan salah satu wujud nyata bahwa perempuan Aisyiyah hadir mencerahkan semesta.
Tantangan Aisyiyah
Ketua PP Muhammadiyah Ayahanda Haedar Nashir saat memberikan kata sambutan pada acara Milad ‘Aisyiyah Jumat (19/5), yang diselenggarakan hibrid, di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Zoom Meeting ini, dihadiri oleh seluruh pimpinan ‘Aisyiyah, baik dari tingkat pusat maupun ranting berpesan, pentingnya perempuan berkemajuan tidak lagi berpikir sempit, tetapi berorientasi pada kemajuan melalui Risalah Perempuan Berkemajuan.
Hal yang sama sebelumnya juga ditekankan oleh Ketua PP Aisyiyah Dr. Apt. Salmah Orbayinah, M.Kes. Bunda Salmah Orbayinah menggarisbawahi rendahnya partisipasi perempuan di parlemen yang masih belum mencapai target yang diamanatkan oleh undang-undang yakni sebanyak 30 %. Harapan besar yang ditegaskan oleh Bunda Salmah menyongsong tahun politik 2024 salah satunya hadir generasi muda Aisyiyah yang siap tampil dengan berpedoman pada Risalah perempuan berkemajuan agar tertata pola berpikir dan bertindak untuk memberi manfaat. Perempuan berkemajuan harus dapat mengkategorisasi diri sesuai tempat, tempat yang akan dan telah dimasuki jangan sampai merubah identitas sebagai bagian dari perempuan Aisyiyah.
Poin penting sebagai refleksi ke depan adalah, perempuan harus mau dan siap mengedukasi dirinya untuk siap tampil, dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana menambah pengetahuan dan memperluas jaringan kemanfaatan melalui sharing ilmu dan pengalaman. Keikutsertaan perempuan di lingkungan sosialnya adalah sebuah keharusan. Kepedulian tersebut akan memberikan nilai kebaikan tidak saja untuk diri dan lingkungan tetapi juga wajah perempuan Aisyiyah di manapun. Selamat Milad Aisyiyah-ku, Insyaallah kami bagian perubahan berkemajuan untuk mencerahkan semesta.
Amalia Irfani, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM, Divisi Penguatan Politik Perempuan LPPA PWA Kalbar