Tak di kenal di Bumi, Doanya Diijabahi
Oleh: Tito Yuwono
Yang paling mulia
Di sisi Allah Ta’ala
Diantara manusia
Adalah yang paling taqwa
Uwais Alqorni
Kepada bundanya, sangat berbakti
Ia tak terkenal di bumi
Doanya diijabahi
Bismillah walhamdulillah, washolatu wassalaamu ‘ala rasulillah,
Allah Ta’ala meletakkan kemuliaan seseorang pada ketakwaannya. Kemuliaan seseorang bukan terletak pada besar jumlah harta yang dimiliki serta keturunan siapa. Kemuliaan seseorang bukan juga terletak seberapa tinggi pangkat dan jabatan seseoarang. Qorun adalah orang yang sangat kaya raya, namun rendah di hadapan Allah. Firaun pun orang yang punya kedudukan dan jabatan sangat tinggi, sampai mengaku dirinya Tuhan. Namun keduanya hina di sisi Allah Ta’ala. Karena walaupun mereka punya harta melimpah serta jabatan yang tinggi, namun tidak ada ketaatan kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Alhujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Siapapun berpotensi sama untuk menjadi seorang yang mulia. Baik itu kaya atau miskin, pejabat tinggia atau rakyat biasa. Kuncinya adalah ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Maka tatkala Rasulullah ﷺ menyampaikan informasi kepada para sahabatnya bahwa jika berjumpa dengan Uwais Al-Qorni maka mintalah kepadanya untuk mendoakan agar diampuni dosa kalian oleh Allah Ta’ala karena doa dia (Uwais Al-Qorni) mustajab.
Siapakah Uwais Al-Qorni sampai Rasulullah ﷺ yang belum pernah berjumpa dengannya namun mentazkiyah Uwais Al-Qorni? Tentu ini merupakan wahyu dari Allah Ta’ala.
Berikut kisah Uwais Al-Qorni dalam hadis yang panjang diriwayakan oleh Imam Muslim, yang maknanya:
Artinya:” Dari Usair bin Jabir, ia berkata, ‘Umar bin Al Khattab ketika didatangi oleh sekelompok pasukan dari Yaman, ia bertanya, “Apakah di tengah-tengah kalian ada yang bernama Uwais bin ‘Amir?” Sampai ‘Umar mendatangi ‘Uwais dan bertanya, “Benar engkau adalah Uwais bin ‘Amir?” Uwais menjawab, “Iya, benar.” Umar bertanya lagi, “Benar engkau dari Murod, dari Qarn?” Uwais menjawab, “Iya.” Umar bertanya lagi, “Benar engkau dahulu memiliki penyakit kulit lantas sembuh kecuali sebesar satu dirham.” Uwais menjawab, “Iya.” Umar bertanya lagi, “Benar engkau punya seorang ibu?” Uwais menjawab, “Iya.”
Umar berkata, “Aku sendiri pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Nanti akan datang seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya.”
Umar pun berkata, “Mintalah pada Allah untuk mengampuniku.” Kemudian Uwais mendoakan Umar dengan meminta ampunan pada Allah. Umar pun bertanya pada Uwais, “Engkau hendak ke mana?” Uwais menjawab, “Ke Kufah”.
Umar pun mengatakan pada Uwais, “Bagaimana jika aku menulis surat kepada penanggung jawab di negeri Kufah supaya membantumu?”
Uwais menjawab, “Aku lebih suka menjadi orang yang lemah (miskin).” (HR Imam Muslim)
Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, bahwa keshalihan anak dalam berbakti kepada orang tuanya akan mengantarkan dia pada kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta’ala. Sehingga doanya didengar dan diijabah oleh Allah Ta’ala. Walaupun Uwais adalah seorang yang miskin, kedudukannya di dunia tidak tinggi, namun ia menjadi mulia karena amal ketaatannya. Bahkan yang mempunyai kedudukan tinggi meminta didoakan oleh Uwais. Menjadi orang biasa atau tidak dikenal di dunia bukan sesuatu yang rendah, terkadang terkenal di dunia akan menyebabkan lebih repot dalam menjalani kehidupan. Uwais memilih kehidupan yang sederhana di dunia serta menjadi orang biasa.
Pelajaran lain adalah kita diperbolehkan bahkan dianjurkan untuk meminta didoakan orang shalih selama orang shalih tersebut masih hidup. Sahabat Umar dan beberapa orang meminta didoakan Uwais agar Allah Ta’ala mengampuni mereka, dikala Uwasi masih hidup.
Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk bertambah bakti kepada orang tua serta tidak bernafsu menjadi orang yang terkenal di dunia ini.
Wallahu a’lamu bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib.
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta