Seminar Internasional Uhamka Bahas Strategi dan Peluang Hubungan Indonesia-Malaysia

Seminar Internasional Uhamka Bahas Strategi dan Peluang Hubungan Indonesia-Malaysia

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) menggelar seminar internasional Indonesia-Malaysia Outlook dengan tema The Role of Indonesia and Malaysia for the Peace of Southeast Asia and the World Civilization sekaligus Launching Buku “Malaysia Jalan Terjal Menuju Bangsa Demokratis” karya Sudarnoto Abdul Hakim. Acara yang didukung oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) ini digelar di Aula Ahmad Dahlan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uhamka, Rabu (24/5).

Kegiatan ini antara lain dihadiri oleh Assoc. Prof. Sudarnoto Abdul Hakim yang juga merupakan Badan Pembina Harian (BPH) Uhamka, Rektor Uhamka Prof. Gunawan Suryoputro, M.Hum., Anisia Kumala, Lc., M.Psi. (Wakil Rektor I), Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd. (Wakil Rektor II), Prof. Nani Solihati, M.Pd. (Wakil Rektor III), dan Dr. Muhammad Dwifajri, M.Si. (Wakil Rektor IV). Selain itu, hadir juga Ketua PP Muhammadiyah Prof. Syafiq Mughni yang memberikan welcoming speech pada sesi pembukaan. Sejumlah tokoh dari berbagai kalangan, mulai dari diplomat, akademisi, dan komunitas mahasiswa dari berbagai latar belakang juga tampak hadir meramaikan seminar ini.

Pemuda Eratkan Hubungan Dua Negara

Dalam seminar sesi kedua tema yang dibahas adalah “Tantangan dan Peluang Kerja Sama Indonesia-Malaysia dalam Menghadapi Perkembangan Geopolitik Regional dan Global” dengan narasumber Dr. Nazaruddin Nasution dan Sen. Mohd Yusmadi bin Moh Yusoff.

Dr. Nazarudin Nasution menyampaikan bahwa kekerabatan antara Indonesia dan Malaysia sudah terjalin sejak lama. Dia menjelaskan sejarah panjang mengenai hubungan Indonesia dan Malaysia yang telah terjalin sejak tahun 1967. Pada masa itu, kata dia, generasi muda yang gigih pada saat itu bersatu dengan membentuk organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT) yang terdiri atas Nurcholis Madjid dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Indonesia sebagai ketua, Ismail Daud oleh Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) Malaysia sebagai sekjen, dan Mohammad Amin University of Singapore Muslim Society (USMS) Singapura sebagai anggota.

“Organisasi ini menjadi bukti terjalinnya persatuan generasi muda yang melahirkan ide dan gagasan yang selaras dengan ajaran Islam dan norma yang berlaku,” ungkapnya, Rabu (24/5).

Dia juga menjelaskan, sejak berdirinya ASEAN, generasi muda Indonesia dan Malaysia memiliki tekad dan harapan untuk membangun negara yang berkonstitusi lebih baik ke depannya dengan membentuk PEMIAT. “Ini membuktikan bahwa generasi muda saat itu memiliki semangat yang besar untuk menjalin hubungan yang bersinergi demi menciptakan negara yang unggul,” ujarnya, Rabu (24/5).

Peluang dan Strategi Kolaborasi

Dalam kesempatan yang sama, Sen. Mohd Yusmadi bin Moh Yusoff menyampaikan bahwa peluang kerja sama akan terbuka lebar apabila suatu negara dapat membangun kolaborasi yang diciptakan melalui interaksi. Contohnya, saat ini generasi muda menyukai berbagai macam hiburan, mulai dari menonton film hingga menyaksikan pertunjukan musik. Begitu pun dengan generasi muda di Malaysia yang menyukai musik-musik dari Indonesia untuk didengarkan. Maka hal tersebut akan membuka peluang interaksi lebih luas yang dapat memperat kedua negara.

“Apabila kita ingin membangun suatu kerja sama, mulailah dari interaksi, kemudian kolaborasi, dan diakhiri dengan muffakat. Misalnya, saat ini banyak anak muda Malaysia yang menyukai lagu-lagu Indonesia. Ini contoh kecil peluang yang bisa dibangun untuk semakin mempererat hubungan kedua negara ini,” kata dia, Rabu (24/5).

Sementara itu, Dr. Lili Yulyadi Amakim, Ph.D. mengungkapkan empat strategi dalam membangun hubungan yang baik antara Indonesia dan Malaysia. Mulai dari membangun kesamaan antardua negara hingga kekuatan untuk mengontrol diri dari masing-masing negara.

“Berbicara tentang dialog perdamaian di antara kedua negara ini, terdapat empat strategi yang pas dalam membangun persatuan antara Indonesia dan Malaysia. Pertama, kedua negara ini harus membangun persamaa. Kedua, memiliki nasib yang sama. Ketiga, memiliki ketergantungan, dan terakhir saling mengontrol diri atau mengontrol emosi antara kedua negara,” katanya, Rabu (24/5).

Gagasan Islam Berkemajuan

Gagasan Islam berkemajuan merupakan slogan atau gagasan untuk menuju negara yang aman dan damai. Hal ini disampaikan Assoc. Prof. Dr. Zulkifli Hasan. Menurut dia, gagasan Islam yang rahmatan lil alamin menjadi perspektif yang dapat digaungkan kedua negara.

“Tidak mengherankan bahwa selama ini Islam dipandang sebagai agama Rahmatan Lil Alamin, sehingga Islam merupakan perspektif dalam mendirikan Islam yang berkemajuan sebagai suatu gagasan yang sering kita gaungkan,” ujarnya, Rabu (24/5).

Selain itu, Zulkifli menilai, hubungan antara Malaysia dan Indonesia merupakan hubungan spesial. Hal ini diwarnai dengan potensi-potensi yang ada di kedua negara. (Riz)

Exit mobile version