SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, sudah saatnya melebarkan sayap dakwahnya dengan lebih luas lagi dan menyentuh.
Salah satu sasaran dakwahnya adalah para pecinta sepakbola yang dikenal dengan supporter. Sebab istilah kata supporter sepakbola ketika terdengar di kalangan rata-rata orang tua masih banyak yang menilai negatif.
Tentu penilaian itu bukan tidak beralasan, dari sudut pandang sejarah sepakbola Indonesia salah satu faktor terjadinya kerusuhan, anarkisme di sebabkan oleh sebagian kelompok oknum supporter.
Fanatisme yang berlebih dan tidak ter-arah membuat mereka para supporter melakukan hal yang merugikan baik kepada dirinya, orang lain maupun klub yang di cintainya.
Namun pandangan negatif perihal kelompok supporter sepakbola tersebut mulai berkurang saat ini. Para kelompok supporter sekarang lebih ter-kordinir atau tertata dengan terbentuknya komunitas-komunitas di masing-masing tribun.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar ke-2 di Indonesia melalui wadah komunitas BMM singkatan dari Bonek Muda Muhammadiyah. Salah satu komunitas yang lahir di Kota Surabaya ini berasal dari keinginan para kader Muhammadiyah Surabaya yang mencintai klub Sepakbola Surabaya yaitu Persebaya.
Dan pendukung atau supporternya mempunyai nama Bonek Mania. Bahkan Bonek ini bukan hanya ada di Surabaya namun di berbagai kota/kabupaten se-Indonesia bahkan ada juga di luar negeri. Kalo kata anak Surabaya “Gak bahaya ta?”.
BMM singkatan komunitasnya, lahir bukan hanya untuk euforia atau meramaikan dunia komunitas supporter. Namun kehadirannya ingin mambawa spirit kebermanfaatan dan perubahan untuk supporter yang lebih baik lagi.
Bonek Muda Muhammadiyah saat ini bagian dari firm tribun utara yang di kenal dengan Green Nord Surabaya sebagai Kota Pahlawan dan Metropolitan ke-2 setelah Jakarata dengan komunitas BMM mencoba untuk melakukan dakwah ke kalangan supporter.
Tentu nilai dakwah yang di junjung adalah harus mencerahkan dan menggembirakan, bagaimana caranya kita mengemas dakwah itu harus dengan cara dan strategi yang membahagiakan. Bukan hanya dengan menakut – nakuti. Seolah – olah Agama itu menakutkan dan menyeramkan.
Sehingga muncul persepsi jangan bawa-bawa agama dalam sepakbola dan supporter. Sebagian Angkatan Muda Muhammadiyah Surabaya dengan wadah BMM mencoba untuk melakukan dakwah kultural yaitu dakwah yang langsuh bersentuhan dengan kelompok tersebut dalam hal ini adalah supporter sepakbola surabaya “BONEK”.
Ini merupakan wujud dakwah nyata teman-teman BMM ke masyarakat. Sudah waktunya Muhammadiyah melebarkan sayap dakwahnya. Bukan hanya di masjid yang sudah tentu di dalamnya adalah orang – orang baik, namun kita harus terjun langsung di masyarakat kiranya apa yang dibutuhkan oleh mereka.
Sehingga kedepan Muhammadiyah dapat dirasakan kehadirannya oleh masyarakat khususnya mereka yang membutuhkan sentuhan dakwah.
Saat ini BMM mempunyai kurang lebih 200 anggota atau volunter bukan hanya di Surabaya, namun di beberapa kota dan kabupaten di Surabaya ada yang dari Jombang, Sidoarjo, Tuban dan beberapa daerah yang lain.
Di antara kegiatan yang telah dilakukan saat ini adalah kopdar “kopi darat” setiap sebelum match pertandingan sepakbola, di sela-sela kopdar pengurus BMM melakukan sharing seputar Islam dan Muhammadiyah untuk mengenalkan Muhammadiyah kepada mereka yang baru mengenal Muhammadiyah melalui komunitas BMM.
Ada pula kegiatan baksos dan bagi takji yang menjadi kegiatan rutin di bulan Ramadhan. Dan yang manarik lagi adalah sebelum pertandingan teman-teman BMM ini sebelum masuk stadion melakukan kumpul dan kordinasi di masjid sekitar stadion untuk melakukan sholat berjamaah dan bersama-sama berangkat menuju pintu masuk stadion dan kegiatan- kegiatan yang lain.
Muhammadiyah adalah organisasi besar yang bukan hanya ada di Indonesia bahkan di luar negeri. Maka seharusnya yang menjadi fokus dakwahnya bukan hanya kepada amal usaha seperti sekolah, masjid, panti asuhan dan kampus. Namun harus memperhatikan kondisi masyarakat yang lebih luas.
Sebab tantangan dakwah kedepan semakin banyak, adanya majelis, lembaga dan ortom di Muhammadiyah dibentuk bukan hanya sebagai formalitas keberadaannya. Namun bisa di rasakan adanya oleh masyarakat dan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. (Alf)