Globalisasi Muallaf (Bagian ke-2)
Oleh: Donny Syofyan
Pada tulisan sebelumnya, saya sudah membahas bahwa stigmatisasi media terhadap Islam dan kaum Muslimin serta rasionalitas doktrin Islam justru menyumbang bagi menguatnya gelombang orang-orang masuk Islam. Pada tulisan kedua ini, saya ingin melanjutkan dengan alasan ketiga dan keempat apa dan mengapa terjadinya globalisasi mualaf.
Ketiga, 1400 tahun yang lalu Islam membawa solusi pasti untuk masalah yang masih belum diselesaikan sampai sekarang. Sebagai contoh, ada masalah serius dengan persatuan dan persaudaraan di antara umat manusia. Menelaah abad terakhir, kita menyaksikan isu rasisme yang menyebabkan kematian jutaan orang, bahkan berlanjut hingga hari ini. Pembunuhan, penindasan, dan penganiayaan dari banyak kelompok rasis seperti Ku Klux Klan terlihat dalam catatan sejarah. Kadang-kadang tindakan rasis itu diperbuat langsung oleh negara seperti, Nazi Jerman, Zionis Israel terhadap warga Palestina dan Tiongkok.
Pada 1958 di Brussels ada kebun binatang berisi manusia. Mereka menaruh orang-orang kulit hitam Afrika di dalam kandang dan menunjukkan kepada pengunjung seolah-olah mereka adalah hewan. Bahkan ada kebun binatang manusia yang dimulai sejak tahun 1900-an di negara-negara seperti Amerika Serikat, Prancis dan Jerman, sementara mereka mengklalim sebagai negara-negara beradab.
Mari kita lihat bagaimana Islam, yang kerap dituduh terbelakang. “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa” (QS Al Hujurat 13). Al-Quran menyatakan perbedaan ras agar manusia akan saling mengenal, bukan saling menindas. Nabi juga menegaskan, “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyahdan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” [HR. Abu Dawud].
Islam adalah agama yang tidak mengutamakan ras tertentu atas ras lainya, sementara kesalahan yang sama dengan mudah diamati dalam sejarah. Setiap tahun selama musim haji, orang-orang bermacam ras, warna kulit dan bahasa mengenakan pakaian yang sama dan beribadah berdampingan tanpa ada tanda-tanda superioritas atau kekayaan. Islam menunjukkan visi tersebut sejak 1400 tahun yang lalu, sebuah peradaban yang saat ini masih belum dinikmati semua bangsa.
Islam juga hadir mengatasi persoalan kelaparan dan kemiskinan. Ia membawa solusi dan mengamanatkan kaum Muslimin melakukannya. Islam membangun jembatan antara kaya dan miskin lewat zakat. Islam telah memperkenalkan batas tertentu seseorang dianggap kaya lewat konsep nisab. Seseorang yang memiliki kekayaan di atas batas itu (nishâb) wajib memberikan 1/40 atau 2,5 persen dari kekayaannya kepada orang miskin, tidak peduli berapa banyak kekayaan yang dimilikinya. Di satu sisi, kebutuhan orang miskin dipenuhi dan di sisi lain ikatan persaudaraan diperkuat. Orang kaya tidak boleh memandang rendah atau menjauhi orang miskin dan si miskin tidak iri atau menaruh dendam terhadap orang kaya. Sebaliknya, mereka semakin dekat. Zakat memecahkan persoalan keuangan dan meneguhkan persaudaraan.
Ada bukti yang sahih. Selama periode Kerajaan Seljuk Anatolia, zakat harus dikirim ke Afrika karena tidak ada orang yang relatif miskin untuk menerima zakal di seluruh Anatolia. Afrika waktu itu dijajah oleh musuh-musuh Islam. Di beberapa wilayah ketika Islam benar-benar dipraktikkan, orang kaya mengalami kesulitan menemukan orang yang berhak menerima zakat karena jurang kesenjangan keuangan antara kaya dan miskin tertutup. Dengan zakat dan sedekah pihak yang awalnya menerima zakat (mustahiq) seiring waktu naik tingkat menjadi golongan yang memberikan zakat (muzakki). Peradaban modern di sisi lain tidak dapat membawa solusi yang baik sejauh ini. Sebaliknya, ia menciptakan celah besar yang menjadikan si miskin lebih miskin dan kaya makin beruang dengan sistem riba. Lewat sistem riba, Anda mengatakan kepada orang lain, “Anda bekerja, saya dapat uang lewat tenaga Anda, dan saya tidak melakukan apa pun. Saya membuat hidup Anda makin sulit.” Di saat banyak nyawa yang melayang karena riba bertahun-tahun, Islam memecahkan masalah ini dengan melarang riba 1400 tahun yang lalu.
Kita bisa memberikan lebih banyak contoh seperti itu. Ini adalah salah satu hal yang membuat Islam berbeda dan unik. Apakah ada agama lain apa yang begitu terlibat langsung dalam kehidupan? Tidak ada masalah yang tidak disentuh oleh Islam. Itu menyentuh hati dan juga pikiran. Itu menangani keluarga dan juga masyarakat.
Keempat, Islam bukalanlah agama sebatas di mesjid dan bukan pula hanya menyangkut urusan spiritual semata. Ia membahas seluruh bidang kehidupan. Ini adalah poin mendasar lain yang menarik perhatian orang-orang masuk Islam. Kita membaca banyak pelajaran dan rekomendasi seputar aneka masalah dalam Al-Quran dan Hadits. Semuanya bukanlah rekomendasi sederhana yang lekas menjadi usang dari waktu ke waktu. Semuanya adalah solusi segar yang telah diterapkan selama 1400 tahun dan juga ke depan. Nabi tidak hanya mengatakannya, ia juga mempraktikkannya.
Selain masalah ibadah, Nabi Muhammmad mengajarkan umat tentang hukum secara detail untuk menjalankan negara, belajar sains dan penalaran. Perdagangan dan Ekonomi. Administrasi negara dan Diplomasi. Komunikasi dengan orang. Keramahan (bagaimana menjadi tetangga yang baik) dan persahabatan. Perkawinan dan urusan keluarga. Membesarkan anak-anak, melindungi dan merawat anak yatim. Membantu orang miskin dan yang membutuhkan. Merawat dan memberikan motivasi kepada orang sakit. Mengatasi semua masalah yang disebabkan oleh lisan. Kepemimpinan dan kerja tim. Kebersihan secara rinci. Pengasuhan dan kedewasaan spiritual. Sejarah. Ilmu tentang masa depan.
Tahukah Anda apa itu hal menarik lainnya? Berbicara tentang Islam artinya kita berbicara surut dimulai pada kurun waktu tahun 600-an. Orang yang melakukan perubahan ini hanya satu orang, dan ia adalah seseorang yang bahkan tidak belajar membaca dan menulis sebagaimana diakui oleh kawan dan lawannya. Saat banyak orang hanya menjadi model bagi masyarakat tertentu di daerah tertentu, Muhammad, seorang buta huruf, menjadi teladan yang tidak tertandingi di banyak bidang dan berbagai masa. Itulah mengapa sejarawan dan ahli astrofisika terkenal Michael Hart, penulis The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, menempatkan Nabi Muhammad di urutan pertama dalam karyanya. Ia menyatakan, “Pilihan saya tentang Muhammad untuk memimpin daftar orang-orang paling berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan digugat pihak lain, tetapi Muhammad adalah satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat sukses di lingkup agama dan dunia.
Inilah beberapa alasan hal yang mendorong orang menjadi Muslim. Mereka membaca tentang kehidupan Muhammad, mendapati Islam sebagai agama yang menyentuh setiap aspek kehidupan, bukan hanya sekadar terkungkung di hati dan di tempat ibadah. Islam telah menunjukkan universalitasnya dengan kemampuannya untuk tetap segar dan bertahan selama 1400 tahun. Di antara mereka yang bisa memperhatikan ihwal ini adalah mantan anggota parlemen Belanda Joram van Klaveren. Ia ingin menulis buku anti-Islam karena ia memahami agama sesuai yang digambarkan oleh media. Ketika meneliti Islam, ia mulai menyadari fakta yang berbeda. Akibatnya perjalanan yang dimulai dengan tujuan anti-Islam berakhir menjadi seorang Muslim.
Itulah empat jawaban singkat untuk pertanyaan mengapa orang menjadi Muslim. Ketika orang-orang terus meneliti, membaca kehidupan Nabi SAW dan memperhatikan apa yang dibawanya kepada masyarakat, gelombang para muallaf bakal meningkat dan membesar. Menukil ungkapan seorang sarjana Muslim besar dari Turki, Badiuzzaman Said Nursi , “Teruslah berharap. Di antara revolusi masa depan adalah bahwa suara paling keras adalah suara Islam.”
Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas