SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Surabaya dan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Surabaya menggelar Cangkrukan “Malam Refleksi Kelahiran Pancasila dan Bedah Buku Babad Muhammadiyah Surabaya”. Diskusi ini menggandeng Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi (MPID) Kota Surabaya, Rabu (31/5).
Kegiatan yang dilaksanakan di Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Jalan Wuni Nomor 9 Surabaya itu menghadirkan dua narasumber. Pertama, Kusen SAg MA PhD yang biasa disapa Kiai Cepu, budayawan Muhammadiyah sekaligus Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Kedua, Andi Hariyadi, Ketua MPID kota Surabaya.
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya Catur Anang Hutoyo menjelaskan, kegiatan ini digelar untuk menguatkan kesadaran berbangsa pada generasi muda. Menurutnya, malam refleksi kali ini begitu berarti bahwa Pancasila adalah sebagai pemersatu bangsa agar Indonesia terus menuju kejayaan, kemakmuran, dan persatuan.
Catur berharap acara Cangkrukan tersebut terus dikembangkan dengan momen-momen kebangsaan lainnya. Apalagi juga ditampilkan para siswa SMA Muhammadiyah 10 Surabaya sebagai sekolah keberbakatan yang terus menginspirasi dalam berkarya berupa orkestra berkolaborasi wayang yang dikemas secara menawan sehingga cocok untuk generasi milenial.
Sementara itu, Ketua MPID PDM Surabaya Andi Hariyadi mengajak generasi bangsa bisa meneladani para tokoh Muhammadiyah untuk melanjutkan dakwah yang mencerahkan.
“Seperti interaksi HOS Cokroaminoto bersama KH Ahmad Dahlan yang aktif menginisiasi kemerdekaan bangsa ketika masih terjajah. Upaya sinergi perjuangan terus dikembangkan bersama Mas Mansur, Sukarno, dan dr Sutomo,” tuturnya.
“Sehingga pada tanggal 1 November 1921 KH Ahmad Dahlan melantik KH Mas Mansur sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Andi Hariyadi memaparkan, ada beberapa keteladanan yang bisa dilanjutkan. Di antaranya, semangat persatuan dan terus berjuang untuk bangsa meski berat tantangan tidak gentar mewujudkan kemerdekaan.
Berikutnya, Kiai Cepu membawakan materi tak kalah menarik tentang Pancasila dan Risalah Islam Berkemajuan. Kiai Cepu menyampaikan bahwa sejak awal berdirinya negara Indonesia, Muhammadiyah konsisten melahirkan kader-kader yang berkontribusi langsung dalam perjuangan kemerdekaan.
“Selain itu, secara ideologis, pemikiran-pemikiran dari ajaran Islam yang disampaikan oleh Muhammadiyah sejalan dengan semangat perjuangan untuk lepas dari penjajahan dan keterbelakangan dari bangsa Indonesia,” tuturnya.
Kiai Cepu menyampaikan, jangan melupakan sejarah bangsa dan Ki Bagus Hadi Kusumo selaku Ketua Muhammadiyah saat merumuskan dasar dan arah bangsa bersama Sukarno, Hatta, Kasman Singodimedjo, dan lainnya agar bangsa tetap utuh dan terjaga persatuannya.
“Awalnya Ki Bagus yang semula menolak penghapusan tujuh kata pada sila pertama Pancasila, akhirnya bisa diterima dan sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang sesungguhnya merupakan nilai ketauhidan,” tuturnya.
“Sehingga produk hukum dan kebijakan negara harus merujuk pada Pancasila untuk memajukan bangsa Indonesia,” imbuh Kiai Cepu.
Pada acara Cangkrukan tersebut juga dilakukan bedah buku Babad Muhammadiyah Surabaya yang sudah seabad lebih Muhammadiyah Surabaya berdakwah. Buku ini merupakan karya kolaborasi Andi Hariyadi bersama para kader Muhammadiyah Surabaya.
Acara tersebut juga dihadiri anggota Komisi B DPRD Surabaya dokter Zuhrotul Mar’ah Lailatusholichah, Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah Genteng Azmi Izzudin, Ketua dan Sekretaris Ortom, serta puluhan anggota maupun simpatisan Angkatan Muda Muhamadiyah (AMM) Kota Surabaya. (Yuda)