IMM Malang Raya Peringati Hari Lingkungan Hidup Internasional dengan Kajian Ekologi
MALANG, Suara Muhammadiyah – Ruang Lingkup Keberpihakan Muhammadiyah Terhadap Isu Ekologi menjadi tema yang diangkat PC IMM Malang Raya dalam menyambut Hari Lingkungan Hidup Internasional, Senin (22/4/2023) Malam.
Kajian yang diadakan melalui zoom meeting menghadirkan tiga narasumber, diantaranya ialah Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Ir Hidayat Tri Sutardjo MM, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Hening Purwati Parlan MM dan Muhammad Sholeh Sekretaris Bidang Lingkungan Hidup DPD IMM Jawa Timur. Kajian yang dibuka secara umum tersebut dihadiri oleh 76 orang peserta dari IMM seluruh Indonesia. Kajian yang berlangsung selama lebih dari dua jam tersebut melahirkan berbagai pandangan terhadap isu lingkungan.
Keberpihakan Muhammadiyah Terhadap Isu Ekologi
Ir Hidayat menyatakan, bahwa Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam lebih khusus Muhammadiyah harus mampu merespon perubahan iklim yang sedang terjadi. Ada lima hal yang perlu dilakukan diantaranya ialah, pendidikan dan kesadaran masyarakat, aksi langsung, pengembangan solusi lokal, membangun jaringan, pelobi dan advokasi.
“Muhammadiyah bertekad diri lebih aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan sebagai wujud tanggung jawab selaku khalifah di muka bumi, hal tersebut mengacu pada (QS 11:16) yaitu sebagai upaya memakmurkan bumi dan alam semesta. Dakwah tidak hanya berupa konseptual, namun harus diimbangi secara praktek. Majelis Lingkungan Hidup telah membangun rumah literasi mangrove, serta pelatihan mengenai isu lingkungan”.
Ada beberapa bentuk edukasi dan gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah, diantaranya ialah sekolah sungai, sekolah energi, sekolah ekologi dan perubahan iklim, sekolah kader lingkungan, sekolah sedekah sampah, sekolah AliMM, sekolah ramah lahan gambut mangrove, sekolah ramah limbah plastik dan sekolah pertanian berjamaah.
Kedepannya Muhammadiyah harus mampu terus menyuarakan isu mengenai lingkungan, karena sampai hari ini di internal Muhammadiyah masih belum kompak dalam menyuarakan isu lingkungan. Ini menjadi langkah awal bagi seluruh Organisasi Otonom (Ortom) untuk sama-sama menyuarakan isu lingkungan. Oleh karena itu, Lanjutnya, kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai disini. Perlu ada Langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh PC IMM Malang Raya dan Ortom seluruh Indonesia.
Perempuan dalam Perspektif Ekologi
Sementara, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Hening Purwati, menyampaikan bahwa sejak awal berdiri Muhammadiyah telah memikirkan peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih bagaimana perempuan bisa menjadi madrasah pertama untuk menyuarakan isu lingkungan di kalangan keluarga.
“Sejak awal berdirinya Muhammadiyah telah memikirkan kiprah perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, hal itu dibuktikan dengan didirikannya Aisyiyah sebagai bentuk pengejawantahan nilai dasar islam yang menjunjung tinggi tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu Muhammadiyah juga telah membangun masjid perempuan pertama di dunia, yaitu mendirikan masjid Aisyiyah di Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan untuk memberi ruang bagi perempuan untuk terus berkontribusi bagi masyarakat umum serta menjadi bentuk keberpihakan Muhammadiyah terhadap perempuan.”
Konsep ibu bumi lahir dari pandangan islam dan barat, dalam (QS. Lukman/31:14) yang artinya “Dan Kami Perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ketua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu.”
Ayat diatas dapat dimaknai sebagai anjuran agar manusia berbuat baik kepada kedua orang ibu-bapaknya, serta ibu mempunyai tempat istimewah. Hal tersebut dilihat dari konteks seorang ibu yang mengandung anaknya serta melahirkannya, hal itu dianggap aspek bahwa seorang ibu seperti alam, dimana alam dianggap sebagai Rahim peradaban. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran barat, yang dikenal dengan istilah Mother Earth (Ibu Bumi) yang dimaknai bahwa ibu sebagai bumi, jika bumi tersakiti maka sakitlah sang ibu.
Oleh karena itu, kedepannya baik perempuan dan laki-laki lebih khusus seluruh kader Muhammadiyah dan Ortomnya mampu saling bergandeng tangan untuk menyuarakan isu lingkungan, karena kedepan banyak isu lingkungan yang harus dihadapi oleh Muhammadiyah.
Peran IMM Terhadap Isu Lingkungan
Sebagai salah satu Ortom Muhammadiyah, IMM memiliki peran penting dalam mengawal isu-isu yang ada, lebih khusus di Jawa Timur. Muhammad Sholeh selaku Sekretaris Bidang Lingkungan Hidup (LH) DPD IMM Jawa Timur menyampaikan bahwa IMM hari telah melakukan kolaborasi dengan berbagai organisasi lingkungan, hal tersebut sebagai upaya untuk menjawab persoalan ekologi semakin massif.
“Bidang LH DPD IMM Jatim mencoba memetakan cabang yang memiliki persoalan lingkungan, hal tersebut agar memudahkan DPD IMM Jatim memetakan Kabupaten/Kota yang memiliki persoalan lingkungan, selain itu hadirnya bidang LH menjadi wadah bagi kader untuk mengkaji mengenai isu lingkungan yang sedang marak terjadi.”
Pembahasan mengenai isu-isu lingkungan kedepannya harus lebih massif lagi, hal tersebut mengingat Jawa Timur menjadi penyumbang terbesar konflik lahan antara masyarakat dan perusahaan. Salah satu upaya untuk menjawab persoalan lingkungan, DPD dan PC IMM yang ada di Jatim mencoba menyuarakan melalui kampanye serta agenda-agenda tertentu. Hal tersebut bisa dilihat dari agenda Darul Arqam Madya (DAM) Ponorogo yang mengangkat tema mengenai isu lingkungan dan PC IMM Malang Raya yang melakukan kampanye darurat iklim bersama jaringan solidaritas Malang Raya darurat iklim.
Kedepannya, IMM harus mampu berkolaborasi dengan berbagai elemen untuk menjawab persoalan lingkungan hari ini serta seluruh Cabang IMM di Jawa Timur bisa membentuk bidang LH, hal tersebut dilakukan agar pengkajian mengenai isu lingkungan di masing-masing Cabang massif, tandasnya. (ardi/diko)