Esensi Rihlah Haji

Ahmad Fihri

Foto Istimewa

Esensi Rihlah Haji

Oleh: Ahmad Fihri

Bulan bulan terakhir ini sudah memasuki bulan bulan haram dan bulan bulan haji. Sebagaimana firman Allah SWT : (QS At Taubah ayat 36) : ”Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa”.

Ayat ini telah terang menjelaskan akan semakin dekatnya pelaksanaan ibadah haji di bulan bulan haji/haram yang aan segera tiba pada tahun ini.Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan bagi yang memiliki kemampuan.Kemampuan baik secara fisik, kemampuan harta benda, dan kemampuan ruhiyyah.Merupakan suatu kebahagian tersendiri bagi yang telah terpanggil namanya untuk melaksanakan ibadah haji di tahun ini setelah bangsa ini dilanda oleh virus corona bertahun tahun lamanya.Orang rela mendaftarkan diri walaupun dalam jangka waktu yang lama demi dapat menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Ini tanda positif bagi umat islam dalam memaknai ajaran agamanya.

Menurut Istilah syara’, Haji adalah ibadah menuju ke Baitullah dan tempat tempat tertentu untuk melaksanakan amalan amalan ibadah tertentu pula.Yang di maksud dengan tempat tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga ‘Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Sedang yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai 10 hari awal di bulan Dzulhijjah.Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sai’, wukuf, Mabit di mudzalifah, melontar jamarat, mabit di mina , dll.

Rihlah dalam ibadah haji merupakan bukan agenda perjalanan biasa apalagi jalan jalan, namun rihlah (perjalanan) menuju Allah SWT. Dalam setiap agenda dan rangkaian ibadah haji diarahkan selalu menuju Allah SWT. Dalam agenda berihram,jamaah haji diminta untuk mengganti pakaian yang melekatnya diganti dengan balutan kain ihram.Kian ihram yang membalutnya mengajari tentang akan sebuah peristiwa bahwa manusiapun akan mendapat panggilan Ilahi, yaitu kematian; dan disaat kematiaan memanggilnya saat itu pula manusia akan digantikan dengan kain kafan yang akan membungkusnya.dan itupun tak berjahit.

Saat jamaah haji berniat berihram sejatinya akan terikat dengan komitmen ber-ihram, yaitu dengan menjaga larangan larangan berihram (memakai wewangian, bermesraan dengan suami istri, melukai dan menyiksa makhluq lain, dll) yang kesemua larangan itu adalah kenikmatan duniawi.Dengan beri-Ihram bagi jamaah haji tentu merupakan bagian persiapan menuju kematian dihadapan Allah SWT.

Dalam ucapan talbiyah (Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika Laa Syarika labbaik, Inna Al hamda wa An Ni’mmat laka wa Al mulk Laa syarika laka) memberikan sebuah pemahaman bahwa segala pujian dan kenikmatan itu adalah milik Allah SWT.maka, Ibadah Haji merupakan wujud dan implementasi rihlah syukur atas karunia yang sudah Allah berikan kepada hamba hambanya dengan cara melakukan ketaatan dan ibadah dihadapanNya dengan ibadah Haji.

Agenda lain dari rangkaian ibadah haji adalah thawaf, thawaf sejatinya mengelilingi Baitullah (Ka’bah) dengan cara-cara yang ditentukan oleh syariat sebanyak 7 kali putaran.Kalua ditinjau dari sisi pengetahuan merupakan langkah dan gerakan anggota tubuh yang sejalan dengan gerakan putaran alam.Putaran thawaf dari arah kanan ke kiri dan tidak seperti putaran arah jam.Thawaf dimulai dan berakhir di rukun hajar aswad (sudut ka’bah yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan batu hitam)dengan menjadikan Baitullah berada di sebelah kiri.Dalam praktik ibadah haji dan umroh, thawaf merupakan rukun yang tidak bisa ditinggalkan.Selain sebagai ibadah. Thawaf memiliki keutamaan dan energi yang sangat dahsyat.Dan sangat dianjurkan untuk memperbanyak thawaf sunnah (tathawu’) karena keutamaanya.

Thawaf melambangkan nilai nilai ketauhidan, dalam thawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagaimana dekatnya badan dengan Ka’bah. Mendekatkan diri kepada Allah bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaiman dilambangkan dalam ibadah thawaf yang dilakukan tujuh kali putaran.Ini melambangkan agar manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.Pergerakan atau perputaran manusia mengelilingi Ka’bah merupakan sunnatullah dan gambaran kehidupan manusia.

Manusia yang mengikuti sunnatulah dengan melaksanakan thawaf dalam garis yang sesuai maka dia akan selamat.Tapi jika manusia mencoba melawan arus perputaran thawaf, dipastikan orang itu celaka dan tidak selamat.Amalan ritual dalam thawaf adalah menggambarkan kehidupan manusia yang berasal dari satu titik لله  (milik Allah) dan pada akhirnya Kembali ke titik yang sama إليه.

Sa’i berasal dari Bahasa arab yang artinya (berusaha keras) dari asal kata sa’aa-yas’aa.kata ini sangat erat relevansinya dengan sejarah ibu nabi ismail AS, bunda hajar, untuk menemukan air demi keberlangsungan hidupnya dan anaknya Ketika itu.setelah beliau ditinggal oleh suaminya Ibrahim AS di lembah yang tiada tumbuh-tumbuhan itu, Hajar harus hidup mandiri. Perbekalan seadanya yang dibawa dari jerussalem dalam perjalanan menuju Mekkah itu semakin meminim.Hingga suatu hari perbekalan itupun habis.

Tentu saja Hajar panik, Beliau menengok kiri kanan dan yang Nampak hanya gunung bebatuan.Beliau berlari lari ke salah satu bukit terdekat karena Nampak dimata beliau seperti ada air yang mengalir.Bukit itulah yang dikenal sebagai ‘ash -shofa”ternyata penampakan air itu hanya bentuk fatamorgana.Beliau membalik wajah kea rah ujung di seberang sana juga Nampak seperti ada air yang mengali.Beliaupun berjalan kea rah itu (al-marwa).

Sesampainya di ujung bukit seberang itu ternyata air juga hanya fatamorgana.Demikian beliau mengelilingi kedua ujung bukit ash-shafa dan al Marwa sebanyak 7 kali, tiba tiba saja beliau dikagetkan tangisanya bayinya, ismail.Hajar AS segera berlari kea rah anakanya itu.Dan diluar dugaannya beliau menemukan air mengalir keluar dari bawa telapak kaki sang bayi,Isma’il.Saking gembiranya beliau mengumpulkan atau menampung air itu secara bergumam “zumi, zumi’(berkumpulah, berkumpulah).Belakangan ditempat keluarnya itu terwujud sebuah sumur yang dikenal sumur ‘Zamzam.sebuah mata air yang penuh dengan mukjizat.Hajar pun riang dan bersujud syukur dengan karunia Allah itu.

Pelajaran yang sangat mahal dari ritual Sa’I adalah bagaimana kekuatan, dzikir kepada Allah yang didendangkan saat melakukan sa’i dan komitmen ikhtiar yang istiqamah dengan menguatkan 7kali putaran dalam sa’i memberikan kekuatan Zamzam sebagai buah dari itu semua dan itu adalah rihlah  menuju Allah bagi serorang manusia dalam memohon pertolongan kepada Allah ditengah problematikan masalah kehidupan dan memberikan komitmen usaha dan ikhtiar yang tak henti, maka Allah akan memberikan kebaikan kebaikan yang tak terhingga.

Selain itu ibadah haji yang paling klimaks adalah proses ibadah wukuf di padang Arofah.Wukuf yang berasal dari kata wakafa bermakna berhenti sedang kata ‘arafah berarti mengenal.wukuf merupakan rukun haji kedua dari enam rukun haji secara keseluruhan, yaitu ihram,wukuf, thawaf, sa’i, tahallul dan tertib.Wukuf dilakukan dipadang arafah, karena padang arafah merupakan tempat nabi adam diturunkan dan memulai kehidupan duniawi setelah diusir dari surga karena melanggar perintah Allah dengan memakan buah buah khuldi Bersama istrinya, siti hawa.

Wukuf dianggap sebagai inti dari pelaksanaan ibadah haji karena wukuf adalah rukun dan wajibnya haji, sebagaimana  firman Allah SWT : الحج عرفات  orang yang yang tengah sakitpun tetap diwajibkan untuk melaksanakan wukuf di Padang arafah.Asal kata wukuf sendiri berasal kata wakafa yang artinya berhenti, berhenti secara fisik, namun pikiran tetap bergerak kedalam diri meraskaan bisikan hati untuk mengenal diri agar semakin sadar tentang status kehambaan di hadapan Allah dan bukti bagian dari rihlah murojaah dan muhasabah dihadapan Allah SW, mengenal hidup agar sadar mengenai tanggung jawab, tujuan, makna dan tugas serta mengenal Allah agar sadar akan kemahakuasaan Allah yang absolut dimana manusia akan Kembali kepadanya. Maka disinilah pesan haji itu adalah rihlah menuju Allah SWT.

Teringat pesan Allah SWT dalam firman-Nya QS Ali ‘Imran : 97 : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah.Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.Ayat diatas menegaskan bahwa menjadikan Allah sebagai prioritas dalam ibadah haji.dan itu terungkap pada ayat diawal kalimat dengan memunculkan kata ولله  (dan kepada Allah-lah) manusia itu melaksanakan ibadah haji itu karena Allah dan untuk Allah.sehingga sudah dipastikan semua rangkain ibadah haji baik itu lisan maupun sikap sudah diarahkan menjadikan itu semua adalah rihlah menuju Allah SWT.

Dalam ayat lain juga telah ditegaskan didalam QS Al Baqarah:196 : “Dan sempurnakanlah Haji dan umroh karena Allah SWT”. Kedua dalil diatas ingin memberikan pesan yang mendalam sebagaimana Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata didalam tafsirnya : ‘Ini adalah ayat yang menunjukan wajibnya haji menurut pendapat Jumhur (mayoritas) ulama. Dan adanya fokus dan prioritas ibadah haji itu untuk dan karena Allah SWT”. Sehingga semua amalan amalan dalam ibadah haji itu sejatinya adalah rihlah menuju Allah SWT. Wallahu A’lam

Ahmad Fihri, Dosen FEB/FAI UHAMKA, Wakil Ketua PDM Kota Depok

Exit mobile version