Menggagas Dakwah Islam Berkemajuan di Eropa 

Menggagas Dakwah Islam Berkemajuan di Eropa 

Menggagas Dakwah Islam Berkemajuan di Eropa

Oleh: Fuad Ibrahim*

Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu, telah lama berkiprah di Nusantara ini. Dalam hal pembaruan pemikiran dan pembaruan fiqih telah seringkali digarap oleh organiasi yang lahir sejak tahun 1912 ini. Di era yang serba penuh kebaruan ini, inovasi dan pembaruan adalah suatu keniascayaan. Sekretaris umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengemukakan tentang memahami Islam Berkemajuan perlu adanya Tajdidul Harokah, bahkan ini sangat penting, cara bergerak di Muhammadiyah harus ada pembaharuan, perubahan yang dirancang dan disengaja, dan dikapitalisasi/dijelaskan agar menjadi meaningful (memberi kemanfaatan nyata). Kalau tidak Muhammadiyah akan terdisrupsi, ungkapnya saat pengajian Ramadhan PWM Jateng (16/04) di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Secara jelas, dikutip dari uraian ‘Risalah Islam Berkemajuan’ hasil Muktamar 48 di Surakarta, Muhammadiyah harus hadir untuk menampilkan wajah Islam yang benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan li al-alamin). Prinsip kerahmatan itu menyebar secara luas tanpa memandang perbedaan kebangsaan. Upaya tersebut bias berupa Pendirian lembaga-lembaga pendidikan dan dakwah di luar negeri (Risalah Islam Berkemajuan: 67)

Secara khusus di poin Pengkidmatan Global, Muhammadiyah mempunyai arah gerak Internasionalisasi. Bahkan sejatinya upaya tersebut telah diisyaratkan sejak awal perkembangan Muhammadiyah. Kiai Dahlan memiliki perhatian terhadap pentingnya kesatuan umat manusia secara global. Dalam pidatonya pada tahun1922, Kiai Dahlan menyampaikan bahwa umat manusia harus bersatu dalam membangun dunia yang maju. (Risalah Islam Berkemajuan: 67)

Informasi terbaru, dilansir dari laman Republika, Muhammadiyah mempunya itikad untuk membeli Gereja di Spanyol. Keinginan Muhammadiyah untuk membeli gereja di Spanyol tersebut muncul pertama kali dalam Sidang Pleno I Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang digelar di Surakarta pada November 2022 lalu. Hal itu dikemukakan oleh Dr Saad Ibrahim yang saat itu menjadi Ketua PWM Jatim. (Republika.co.id)

Berita yang cukup memantik khlayak tersebut memang tidak serta merta mencuat, namun upaya yang dilakukan Muhammadiyah tahun demi tahun dalam rangkaian internasionalisasi Muhammadiyah terus diglakkan. Tercatat 21 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyan tersebar ke berbagai Negara. Tidak Hanya itu, tekahir Muhammadiyah juga meresmikan Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) dan Muhammadiyah Australia College. Hal ini akan terus bersambut gayung menjadikan Muhammadiyah benar-benar seperti tema Muktamar 48 di Surakarta, yaitu Mencerahkan semesta.

Pesantren Sebagai Pilar Dakwah

Upaya internasionalisasi Muhammadiyah, khususnya dalam hal dakwah Global, tentu membutuhkan sumber daya insasni yang mumpuni dan dalam jumlah yang cukup. Maka penyiapan duta dakwah Muhammadiyah ke berbagai penjuru Bangsa tersebut perlu menjadi prioritas. Salah satunya dengan penguatan kaderisasi generasi muda lewat pesantren Muhammadiyah.

Melalui pesantren Muhammadiyah, tentu ini adalah wilayah strategis, karena peningkatan nya cukup signifikan, baik jumlah Lembaga hingga jumlah santrinya. Mantan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas menuturkan pondok pesantren (PPM) di kalangan Muhammadiyah mengalami perkembangan yang baik. Setiap tahunnya ada 35 Pondok Pesantren baru yang Muhammadiyah dirikan. (Kumparan.com)

Jumlah pondok pesantren (ponpes) di bawah naungan Muhammadiyah tercatat terus bertambah. Terbaru, ada 440 ponpes yang tersebar di seluruh Indonesia dengan lebih dari 67 ribu santri. Bahkan angka tersebut terus bertambah dari hari ke hari. Data itu dijelaskan dalam Rapat Koordinasi Nasional Ke-V Pesantren Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (31/8/2022) lalu. (Website, UMM)

Pondok pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen (DIMSA) adalah salah satu pesantren yang cukup berkembang di wilayang Jawa Tengah. Melalui inisitif Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sragen kala itu di tahun 1989, Ikhtiar mendirikan ponpes Muhammadiyah adalah untuk kaderisasi kepemimpinan di Muhammadiyah, khususnya di Sragen.

Setelah berkiprah lebih dari 30 tahun, kini alumninya telah mengisi struktural Mulai dari Cabang, Daerah, Wilayah hingga Pimpinan Pusat. Persebarannya pun dari Ortom, lembaga dan Majelis turut diwarnai alumni pesantren ini. DIMSA telah menjadi harapan bersama, kini telah meluluskan lebih dari 2000 santri. Dengan ribuan torehan prestasi baik tingakt lokal, Nasional hingga Internasional.

Internasionalisasi gerakan pun terus digarap, selain alumninya yang berkuliah di berbagai kampus luar negeri, kerjasama yang mengarah untuk internasionalisasi seperti kerjasama dengan PCIM mesir dan juga sinergi dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Muhammadiyah Semarang untuk menguatkan komunikasi dengan pihak luar negeri.

Setelah mencermati arah langkah Muhammadiyah ke depan, optimisme untuk melahirkan kader unggulan yang menyebarkan Islam Berkemajuan semakin naik. Oleh karenanya pimpinan Pesantren DIMSA berupaya agar terbentuk sistem pengiriman alumni untuk mendakwahkan Islam di benua Eropa. Tentu bukan hal yang mudah, semisal untuk mempersiapkan kecakapan bahasa santri agar bisa berkomunikasi dengan warga setempat bahkan pengenalan kultur di benua Eropa pun perlu dipersiapkan dengan baik.

Melalui jejang terbarunya, Madrasah Aliyah, Orientasi penguatan pada sisi materi dakwah dikuatkan. Para santri dilatih untuk terbiasa menyampaikan pesan Islam melalui berbagai metode. Para santri nya dilatih cakap bermasyarakat seperti program yang telah terlaksana yaitu Syiar dan Dakwah Ramadhan yang mewajibkan santri mengisi kajian-kajian di Masjid dan Musholla hingga pengajaran Al Quran di Taman Pendidikan AL Quran dan Sekolah Dasar.

Tak hanya itu, desain kurikulum MA DIMSA mengambil penguatan ilmu alat (bahasa Arab) juga menjadi prioritas utama, yakni dengan memberikan porsi Pendidikan Nahwu Shorof ekstra 8 jam tiap pekannya. Dan juga tidak lupa untuk penguatan bacaan Quran melalui Tahsin dan peningkatan jumlah dan kualitas Hafalan Quran. Dan untuk melengkapi itu semua, DIMSA juga menjadikan Leadership sebagai pilar utama untuk pembentukan karakter santri. Mereka menjalankan organiasi Santri dan 6 organiasi minat bakat.

Dan untuk pemantapan menuju program Dakwah ke Eropa tersebut, rencananya di kelas XII akan ada kursus mahir bahasa Spanyol agar siap diberangkatkan ke Masjid Islamic Center yang akan dibeli Muhammadiyah. Paling tidak magnet Eropa sangat baik. Berbagai hal yang akan menjadi keuntungan bisa ke Eropa, para alumni bisa Berdakwah sekaligus berkuliah di Universitas tingkat Dunia hingga bagi peminat sepak bola akan mendapatkan akses mudah untuk menyaksikan permainan sepak bola oleh pemain kelas Dunia juga.

Itulah ikhtiar dari Pesantren Muhammadiyah yang dulunya dari pekarangan kecil yang disebut dengan kebon di desa Pringan (karena banya pohon bambu/pring). Memiliki azam dalam mewujudkan harapan baru untuk melalukan Tajdidul Harokah melaksanakan amanah Muktamar Muhammadiyah dalam rangka pengkhidmatan Global untuk mencerahkan semesta.

*Fuad Ibrahim, Kepala MA Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen

Exit mobile version