MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Mahmudah menegaskan, ‘Aisyiyah harus menguatkan posisi sebagai gerakan perempuan dengan nilai Islam berkemajuan.
“Kita tidak boleh lengah. Karena kita telah bersepakat untuk mewujudkan tema muktamar, Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa yang juga kita turunkan di Musywil lalu,” kata Mahmudah, Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Sulawesi Selatan itu.
Ia melanjutkan, ‘Aisyiyah yang telah memasuki abad kedua telah menapak jejak sejarah penting.
Kata dia, segala capaian ‘Aisyiyah selama seabad lebih itu harus disyukuri, dikuatkan, lalu dikembangkan, dan dikelola dengan baik untuk mencapai visi dan misi organisasi.
Ia juga mengingatkan, ‘Aisyiyah mewarasi estafet perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Karena itu, ‘Aisyiyah harus berperan sebagai pengemban tugas keumatan.
Ketua PWA Sulsel Mahmudah menyampaikan itu dalam acara Peneguhan Ideologi dan Serah Terima Jabatan Pimpinan, Majelis, dan Lembaga PWA Sulsel Periode 2022–2027, pada Ahad, 11 Juni 2023.
Acara itu dihelat di Gedung Serba Guna ‘Aisyiyah di Jalan Gunung Bulusaraung, Makassar.
Mahmudah melanjutkan, ‘Aisyiyah juga mengemban tugas kebangsaan dan kemanusiaan universal.
“Sehingga kita sudah bisa membayangkan bahwa tantangan kita sangat kompleks. Tantangan ini tidak bisa kita lihat begitu saja, tapi kita harus realisasikan dalam wujud program kerja selama lima tahun ke depan,” ujar dia.
Terlebih, berdasarkan dokumen isu strategis ‘Aisyiyah, kata Mahmudah, gerakan perempuan itu harus menjawab banyak persoalan.
Isu strategis itu, di antaranya, terkait ketahanan keluarga, isu HAM, lingkungan hidup dan penanggulangan bencana, serta permasalahan perempuan dan perdamaian.
Namun, kata Mahmudah, sebelum jauh menjawab isu-isu itu, penguatan ideologi harus didahulukan. “Itu tidak bisa dilakukan tanpa gerak langkah yang seirama,” kata Mahmudah.
Karena itu, tegas dia, perlu adanya konsolidasi yang salah satunya berwujud penguatan ideologi. Menurut dia, ideologi sangat diperlukan oleh setiap kelompok masyarakat, organisasi, bahkan bangsa dan negara, yang ingin berdiri kukuh.
Sementara itu, terkait ideologi, kata Mahmudah, warga Persyarikatan, termasuk ‘Aisyiyah masih rentan menghadapi persoalan-persoalan ideologis.
Mantan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) Sulsel itu memaparkan, persoalan ideologis itu seperti, ideologi Persyarikatan yang telah dirumuskan dalam sejumlah dokum belum tersosialisasikan.
“Inilah yang menjadi latar belakang sehingga kita menghelat acara ini. Ideologi kita yang telah diputuskan dalam berbagai dokumen ideologi belum tersosialisasikan secara sistematis dan masif di seluruh tingkatan organisasi dan amal usaha,” ungkap dia.
Dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) itu juga menyampaikan, nilai dasar ideologi itu juga belum terinternalisasi dan terinstitusionalisasi secara luas.
“Sehingga, berakibat, mudahnya sejumlah anggota tertarik pada hal-hal dari gerakan lain. Belum lagi, ada gejala melemahnya spirit militansi atau identitas dari isi gerakan pada sebagian anggota,” ujar dia.
Masalah ideologis lainnya adalah menurunnya ketaatan dan komitmen pada misi, pemikiran, kebijakan, dan kepentingan Muhammadiyah.
“Demikian juga pada ikatan dan solidaritas kolektif yang ditandai dengan kurang kuat dan berkembangnya ukhuwah dan silaturahim antaranggota ‘Aisyiyah,” tandas Mahmudah.(Fikar)