Manusia dan Fungsi Kemanusiaan

manusia

Foto Dok Ilustrasi

Manusia dan Fungsi Kemanusiaan

Oleh: Dr Masud HMN

Merosotkah fungsi kemusiaan karenanya kita persoalkan. Apa indikasinya, bagaimana kaitan hal itu?

Menghubungkan manusia mencapai fungsi kualitas tinggi perlu kriteria. Terpenuhinya kriteria, maka hebatlah manusia. Begitulah Buya Hamka menulis dalam bukunya berjudul Manusia Hebat.

Buya meneruskan ungkapan yaitu antara lain: kalau hanya sekadar hidup, binatang juga hidup, kata buya Hamka. Apa bedanya antara keduanya. Pertanyaannya tersebut hendak coba dijawab melalui artikel ini, yaitu mengkaitkan Manusia dan Fungsi Kemanusiaan.

Temuan jawabannya bertujuan untuk harus ada kriteria menetapkan manusia tidak sama dengan mahluk lain, yaitu berkemanusiaan. Tak sama yang sawah mana yang pematang, kata pepatah. Karena ada lainnya sawah dan lain pematang.

Lantaran hal itu; timbullah manusia yang hilang kemanusiaannya, yang menyebabkan kacau masyarakat. Rancu karena hilangnya kriteria yang membedakan.

Mengambil rujukan manusia dan kemanusiaan menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib, manusia itu mempunyai empat fungsi yaitu fisik, ego, akal, dan jiwa. Semuanya harus berfungsi sebagai mana mestinya (Majalah Suara Muhamamadiyah, 14 April 2023).

Tiap unsur itu harus bersih dari najis yang bisa mengotorinya. Tidak salah kalau dikatakan hal itu sama dengan manusia tanpa kemanusiaan. Manusia yang hilang kebersihan dan fungsi manusianya.

Pertama memfungsikan fisik, badan harus dibersihkan dengan air lewat mandi. Fisik yang kotor. Harus bersih dan lewat mandi kotoran dapat dibersihkan.

Kedua ego (perasaan) harus dibersihkan dengan air mata. Dengan perasaan sedih menyesali tabiat dan perilaku. Untuk menjadi berfungsi bagi membersihkan ego (perasaan).

Ketiga, akal harus dibersihkan dengan ilmu. Berpikir dalam memfungsikan akal yang sehat. Menjadikan akal makrifakh. Baik dan berguna sebagaimana mestinnya.

Keempat, jiwa dibersihkan dengan rasa cinta. Harus difungsikan dengan perilaku sungguh-sungguh. Maka fungsi keempat terwujud sebagai mana akal sehat.

Demikian petuah Sayidina Ali Bin Abithalib. Seorang sahabat nabi yang terkenal ilmunya. Karena itu Ia diberi predikat babul ilm atau pintu ilmu.

Hal itu kita ambil tujuannya agar maksud fungsi kemanusiaan itu terjelma sebagaimana adanya untuk mencapai kualitas yang diharapkan.

Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah berpandangan manusia hilang kualitasnya karena hilang kemanusiaannya. Padahal bencana covid-19 yang menimpa, memerlukan kerjasama antar sesama. Humanisme yaitu gotong royong sebagai bentuk Kemanusiaan telah mati.

Mu’ti terus terang menyatakan bahwa dengan kerjasamalah kita akan bisa. Berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing agar kita mengatasi problema bersama.

Dengan paparan di atas kita coba ambil kesimpulan yaitu berkurang atau hilangnya kerjasama kemausiaan berbahaya bagi masa depan. Oleh karena itu haruslah manusia berfungsi melaksankan kemanusian seperti memfungsikan unsur pokok manusia menjalani fungsionalisasi fisik, ego, akal dan jiwa.

Akhirnya marilah kita berusaha membersihkan fungsi kita dari faktor yang mengurang dan menghilangkan fungsi esensia manusia yang ada pada kita. Dengan fisik yang rapi, ego yang terkendali, akal yang dipandu oleh ilmu serta jiwa yang dengan pancaran cinta menjadi insan berkualitas ilmu makrifatullah. Semoga!

Dr Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Exit mobile version