Agenda Gerakan Muhammadiyah
Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
Alhamdulillah Muhammadiyah dengan seluruh komponennya tetap istiqamah menjalankan misi dakwah dan tajdid melalui segala usaha keagamaan dan kemasyarakatan hingga memasuki era abad kedua. Banyak kemajuan yang telah dicapai. Keunggulan amal usaha di berbagai bidang banyak memperoleh pengakuan, penghargaan, dan kepercayaan tinggi dari masyarakat Indonesia dan dunia. Program internasionalisasi Muhammadiyah memasuki babak baru dengan berdirinya Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Malaysia serta Muhammadiyah Australia Colloge (MAC) di Melbourne Australia, yang keduanya telah mulai beroperasi. Geliat PCIM-PCIA di berbagai negara semakin bertumbuh-kembang dengan dinamis.
Kemajuan berbagai aksi gerakan dan amal usaha Muhamamdiyah maupun Aisyiyah di seluruh penjuru negeri dan luar negeri selain diakui luas keberadaannya, merupakan syiar dan bukti nyata kehadiran Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan. Meskipun sebagian kalangan menilai Muhammadiyah kurang “progresif” dalam mempublikakan gerakannya di ruang publik, namun karyanyata Muhammadiyah yang bermanfaat luas bagi masyarakat di ranah lokal, nasional, dan global sejatinya merupakan syiar dan cerminan dari wajah Muhammadiyah itu sendiri. Pepatah menyatakan, “Lisan al-hal afsahu min lisan al-maqal”. Perbuatan nyata lebih baik ketimbangan kata-kata. Sikap tengahan Muhammadiyah ialah menyebarluaskan kebaikan kata-kata yang berbanding lurus dengan perbuatan baik di dunia nyata.
Hubungan Muhamamdiyah dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun komponen kebangsaan di dalam dan luar negeri alhamdulillah berjalan baik dan positif. Semuanya dijalin secara elegan, bermartabat, independen, serta menjujung tinggi marwah dan muru’ah Muhammadiyah. Peran dan hubungan proaktif-konstruktif itu dijiwai oleh Sepuluh Sifat Kepribadian Muhammadiyah. Bila ada yang memandangnya negatif tentu perlu dikoreksi dan dibuktikan secara faktual agar tidak bersifat opini tendensius yang stigmatik dan menimbulkan deligitimasi terhadap Muhammadiyah, yamg bertentangan dengan kenyataan.
Agenda Gerakan
Di balik capaian kemajuan dan perkembangan positif Muhammadiyah, pada saat ini terdapat agenda gerakan yang tidak kalah penting untuk menjadi perhatian khusus pimpinan Persyarikatan dari Pusat hingga Ranting, yakni keberadaan dan peran Muhammadiyah di basis umat dan masyarakat. Bagaimana agar Muhammadiyah semakin kuat kehadirannyan secara makin luas di tengah dinamika sosial kemasyarakatan di kawasan-kawasan kota, desa, dan di seluruh penjuru Indonesia. Bagaimana Muhammadiyah berperan lebih proaktif di tengah keragaman praktik hidup beragama, hubungan antar warga, perubahan sosial yang semakin masif, kehadiran media sosial dan era dunia digital, serta dalam menghadapi persoalan-persoalan konkret masyarakat di akar rumput.
Apakah jamaah di Ranting dan kawasan, masjid dan mushalla, pengajian-pengajian, serta berbagai aktivitas keagamaan dan kemasyarakatan di basis umat dan masyarakat masih tergarap secara nyata, intensif, dan proaktif oleh gerak Persyarikatan, Aisyiyah, dan seluruh komponen Muhammadiyah? Apakah gerak dakwah dan amal usaha di daerah-daerah telah berkembang secara merata atau masih banyak terjadi kesenjangan. Bagi Muhamamdiyah-Aisyiyah di luar negeri pertanyaan serupa penting untuk diajukan, meskipun kondisi dan tantangannya tentu berbeda dengan Muhammadiyah di tanah air.
Pesan utamanya agar Muhammadiyah di seluruh tingkatan penting melakukan reaktualisasi gerakan di basis umat dan masyarakat luas untuk memastikan kehadirannya sebagai gerakan Islam Berkemajuan yang menampilkan watak “Ummatan wasatha li-takunu syuhadaa ‘ala al-Nas” (QS Al-Baqarah: 143) dan terkoneksi dengan usaha perwujudan Khayra Ummah.
Model Dakwah Kultural maupun Dakwah Komunitas sebagai bentuk reaktualisasi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah apakah telah tersosialisasi dan terlaksana secara meluas dan tersistem. Apakah kegiatan kaderisasi serta pembinaan paham agama dan ideologi Muhammadiyah terlaksana secara intensif dan sistematik di seluruh tingkatan dan lingkungan organisasi maupun amal usaha.
Seberapa jauh sosialisasi dan aktualisasi pemikiran-pemikiran keisalaman dan ideologi Muhammadiyah telah menjadi rujukan dan panduan utama bermuhammadiyah. Bila terdapat masjid dan mushalla Muhammadiyah yang “digarap” pihak lain dan ada yang “pindah tangan”, kenapa hal itu terjadi. Ketika berbagai paham keagamaan, ideologi, dan pemikiran hadir secara ekspansif di basis umat dan masyarakat Indonesia saat ini apakah pemikiran dan praktik keislaman Muhammadiyah menjadi alternatif yang diterima dan menjadi rujukan hidup masyarakat luas?
Reaktualisasi Gerakan
Mengingat berbagai masalah keumatan dan kemasyarakatan di akar-rumput yang kompleks tersebut maka sungguh penting bagi para pimpinan di seluruh tingkatan dan lini organisasi berpikir lebih serius dengan menaruh perhatian dan langkah yang terfokus untuk memperkuat posisi dan peran Muhamamdiyah di basis umat dan masyarakat. Jika Muhammadiyah mengakar di basis umat dan masyatakat maka eksistensinya sebagai gerakan dakwah-kemasyarakatan sangatlah kuat. Sebaliknya bilamana gerakan Islam modernis ini renggang atau jauh dari lingkaran umat dan masyarakat maka akan mengalami “floating mass” seperti pohon yang tercerabut dari akarnya.
Di sinilah pentingnya spirit “wiqayah” (ketaqwaan, kewaspadaan, keseksamaan) dan “tanadhar” (proyeksi nalar profetik) dari segenap pimpinan Muhammadiyah dalam menghadapi dinamika kehidupan sebagaimana pesan Allah dalam Al-Quran yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hsyr: 18).
Muhammadiyah saat ini memerlukan mobilisasi energi dan potensi pimpinan di semua struktur organisasi dalam memproyeksikan peran dan orientasi kepemimpinan yang dinamis-transformatif di tengah tuntutan objektif umat dan masyarakat. Peran kepemimpinan gerakan yang fokus memajukan Muhammadiyah secara konkret dan dinamis. Khusus para pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan penting menempatkan Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan dan kemasyarakatan, sehingga sejalan dengan Kepribadian dan Khittah Gerakan, sehingga tidak terbawa arus pada politisasi Muhammadiyah untuk kepentingan yang tidak menjad urusan Muhammadiyah seperi dukung mendukung dan mencalonkan calon dalam kontestasi politik.
Semangat kerumunan atau komunalitas di internal Muhammadiyah penting difungsikan dan ditransformasikan secara aktual dan fungsional untuk dinamisasi dan menghadirkan kembali kekuatan Muhammadiyah di basis umat dan masyarakat agar tidak berhenti di ranah seremonial. Bagaimana semua komponen Persyarikatan berkolaborasi dan mengembangkan usaha untuk memperluas basis dukungan dan partisipasi masyarakat umum agar menjadi bagian dari keanggotaan, simpatisan, dan afiliasi terhadap Muhamamdiyah yang menurut beberapa survei kecenderungannya dalam kurun terakhir cenderung menurun atau melemah.
Khusus di lingkup nasional Muhammadiyah penting semakin mengokohkan posisi dan perannya sebagai gerakan Islam berkemajuan. Bagaimana pemikiran keislaman Muhamamdiyah menjadi arus penting dan meluas yang menentukan atau memberi pengaruh besar bagi perkembangan Islam Indonesia ke depan. Bagaimana Islam Indonesia di samping menguatkan identitas keislamannya yang berpijak di bumi sendiri tanpa terjebak pada “lokalisme Islam” atau “pribumisasi Islam” yang “chauvinistik”. Bersamaan dengan itu mengembangkan “kosmopolitanisme Islam” yang berwawasan universal dan global. Kedua ranah itu dikembangkan dalam satu matarantai Islam Rahmatan Lil-‘Alamin yang autentik dan konkret di seluruh bumi kehidupan ciptaan ciptaan Tuhan.
Sumber: Majalah SM Edisi 14 Tahun 2022