Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah dan Institut Leimena Adakan Pelatihan LKLB Angkatan ke-10
JAKARTA, Suara Muhammadiyah– Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Non-Formal Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah) dan Institut Leimena mengadakan pelatihan internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) untuk Angkatan ke-10 yang diikuti oleh 116 peserta secara daring. Para peserta merupakan guru sekolah, madrasah, dan pesantren Muhammadiyah yang tersebar di sejumlah provinsi di Indonesia.
Kerja sama program LKLB juga didukung oleh Maarif Institute, Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah, dan Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A Malik Fadjar. Pelatihan sudah berlangsung sejak Oktober 2021 dengan total peserta yang telah lulus dari 9 kelas sebelumnya sebanyak 1.304 guru.
“Alhamdulillah kita bisa melanjutkan program ini dengan harapan mampu menjadi jembatan untuk kebersamaan dalam keberagaman,” kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan non-Formal (Dikdasmen PNF) PP Muhammadiyah, Didik Suhardi, PHd, saat membuka pelatihan yang diadakan sejak Senin (12/6/2023) sampai Jumat (16/6/2023).
Didik mengatakan Indonesia akan tetap kokoh dan utuh jika prinsip-prinsip hidup bersama dalam keberagaman mampu dipahami secara baik. Para guru peserta LKLB bisa memberikan penjelasan dan pencerahan kepada peserta didik maupun masyarakat lebih luas.
“Bukan berarti saling mencampuri, tapi bagaimana membawa keberagaman dalam konteks lebih luas sebagai warga negara yang menjaga persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia,” kata Didik.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan LKLB pada intinya adalah pendekatan baru untuk menggali dan menerapkan nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa Indonesia yang majemuk. Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku bangsa dan 650 bahasa. Situasi itu disadari sangat rentan karena banyak konflik di dunia bersumber dari rasa saling curiga dan permusuhan.
Namun, para pendiri bangsa dari agama dan kepercayaan berbeda, mampu membangun konsensus hidup bersama yang diwujudkan lewat berbagai kesepakatan seperti Sumpah Pemuda 1928, dasar negara Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945. Kesepakatan itu tidak mungkin terlahir tanpa adanya rasa saling percaya yang dimulai dari relasi yang baik.
“Inilah tujuan LKLB, bagaimana kita dapat memiliki kompetensi dan keterampilan untuk dapat menjalin relasi dan membangun kerja sama antar penganut agama berbeda dengan tetap menghormati perbedaan yang kita miliki,” kata Matius.
Matius menambahkan kerja sama program LKLB antara Institut Leimena bersama berbagai mitra menjadi contoh konkret penerapan LKLB dimana pihak-pihak yang berbeda saling bekerja sama dengan baik untuk kebaikan bersama. “Ini membuktikan LKLB bukan sekadar teori, tapi sangat praktis,” ucapnya.
*Memperluas Kompetensi Guru*
Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof. Dr. Syamsul Arifin, mengatakan pelatihan LKLB bermanfaat untuk meningkatkan dan memperluas kompetensi guru madrasah di luar kompetensi normatif yaitu profesional, pedagogis, personal, dan sosial.
“Dengan peningkatan kapasitas melalui program internasional LKLB, guru diharapkan memiliki kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak untuk bisa bekerja sama dengan mereka yang berbeda secara agama dan kepercayaan,” kata Prof. Syamsul saat menyampaikan sambutan kunci.
Prof. Syamsul, yang juga menjabat Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, mengatakan program LKLB diharapkan bisa menolong para guru untuk membawa narasi positif dan konstruktif terhadap keberagaman.
“Saya harapkan forum ini bisa memberikan suatu sistem pengetahuan kepada para guru madrasah bahwa perbedaan agama dan keyakinan merupakan keniscayaan, sunnatullah, yang tidak mungkin bisa dihindari siapa pun,” kata Guru Besar Pendidikan Agama Islam UMM itu.
Pelatihan LKLB berfokus kepada tiga kompetensi dalam berelasi dengan orang yang berbeda agama yaitu pribadi, komparatif, dan kolaboratif. Program ini melibatkan para narasumber dari tiga agama Abrahamik yaitu Islam, Kristen, dan Yudaisme, yang memang dinilai memiliki banyak persamaan sekaligus perbedaan mendasar.
Narasumber pelatihan LKLB antara lain Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Dr. Amin Abdullah, Mantan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam, Prof. Dr. Alwi Shihab, Wakil Ketua LP2 PP Muhammadiyah Dr. Muhbib Abdul Wahab, Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Henriette T Lebang, Senior Fellow University of Washington Dr. Chris Seiple, Direktur Hubungan Muslim-Yahudi American Jewish Committee Dr. Ari Gordon, dan Lektor Kepala Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dra. Yayah Khisbiyah. (IL/Chr/H.A)