Esensi Dakwah itu Menggerakkan Tiga Hal
Oleh: Bahtiar Effendi, M.E
Dakwah secara bahasa berasal dari kata da’a-yad’u-da’watan yang bermakna ajakan atau seruan. Ajakan atau seruan ini dimaksudkan agar orang-orang yang belum mengenal atau sudah mengenal tapi ‘tersesat’ mau kembali kepada jalan Allah dan RasulNya. Esensi ini selanjutnya bisa kita lihat dari aktifitas dakwah dimana sendi-sendi mampu tergerakkan baik itu yang bersifat lahiriah maupun batiniah.
Tiga kata terakhir tersebut menjadi aspek penting dimana kita bisa melihat bahwa refleksi dari lahiriah maupun batiniah bisa terwujud apabila mampu menggerakkan tiga hal.
Pertama, dakwah itu menggerakkan hati manusia untuk senantiasa ingat kepada Allah SWT. Sendi yang bersifat batiniah ini menjadi aspek penting bagi pembangunan mental dan karakter manusia secara keseluruhan. Banyaknya kasus korupsi, perzinahan, kenakalan remaja menjadi bukti shahih bahwa pembangunan ruhani menjadi aspek mendasar yg begitu urgent untuk dilakukan sebagai fondasi dalam diri manusia agar ketika beraktifitas dimanapun dan menjadi apapun senantiasa taat pada perintah dan menjauhi larangan Allah SWT serta meneladani sunnah-sunnah Rasulullah SAW.
Untuk mencapai keberhasilan di sendi yang pertama ini proses ajakan ataupun seruan tentunya perlu dilakukan tanpa harus mencaci maki, menjatuhkan ataupun menyudutkan akan tetapi dilakukan dengan penuh hikmah dan juga dengan nasihat-nasihat kebaikan (Q.S. An Nahl: 125).
Sendi yang kedua dalam proses dakwah adalah menggerakkan jamaah secara fisik. Menggerakkan jamaah secara fisik bisa dimaknai dengan menggerakkan jamaah untuk mau hadir di masjid, mushola dalam pelaksanaan ibadah sholat ataupun dalam pengajian-pengajian.
Proses kedua ini juga tidak bisa terlepas dari proses yang pertama, melalui dakwah yang menyentuh, seorang da’i bisa senantiasa mengingatkan ke jamaah bahwa memakmurkan masjid, mushola melalui ibadah sholat, dzikir, pengajian merupakan bagian dari bukti keimanan seseorang (Q.s at Taubah: 18), serta bagian dari menegakkan agama Islam. Agama ini harus dibangun secara berjamaah tidak tercerai berai dan berjalan sendiri-sendiri (Q.s. Ali ‘Imran: 103), oleh karenanya gerakan jamaah secara fisik akan menguatkan ukhuwah serta mengurangi friksi antar sesama muslim.
Sendi yang ketiga, bahwasanya dakwah itu menggerakkan manusia untuk mau aktif berperan dalam ibadah maaliyah
Kejayaan Islam tidak hanya dibangun atas ibadah yang bersifat vertikal (hablum minallah), namun aspek horizontal (hablum minannas) menjadi aspek yang tidak kalah penting untuk ditegakkan.
Ketika kita beraktivitas dari bangun tidur sampai tidur lagi maka aktivitas yang bersifat horizontal ini begitu mendominasi dibandingkan aktivitas ibadah yang bersifat vertikal. Dalam proses pelaksanaannya, aspek horizontal ini tentu tidak bisa dielakkan dari unsur maaliyah (kehartabendaan).
Bahkan diantara pelaksanaan rukun Islam yang lima, empat diantaranya bila kita cermati senantiasa berkaitan dengan kehartabendaan. Dalam sholat, menyiapkan pakaian untuk sholat, membangun masjid mushola, serta sarana pra sarana untuk tempat sholat membutuhkan unsur harta. Dalam puasa, melaksanakan sunnah-sunnah puasa seperti bersedekah, memberi makan orang yg berpuasa juga berkaitan dengan harta. Apalagi bila berbicara mengenai zakat dan haji keduanya juga melibatkan unsur harta yang begitu dominan.
Karenanya, untuk menegakkan sendi yang ketiga ini kita harus membangun kembali paradigma dakwah mengenai harta dan dunia. Dunia jangan selalu dipandang dari sisi yang negatif akan tetapi dunia adalah ladang untuk beramal saleh. Sedangkan harta bukanlah tujuan akan tetapi salah satu alat untuk mewujudkan kemaslahatan hidup baik di dunia maupun akhirat. Tidakkah kita ingat pula bahwa nabi pernah berpesan sebaik baik harta adalah harta yang berada di tangan orang yg sholih.
Oleh karenanya apabila ibadah melalui harta ini mampu digali serta digerakkan, kemudian terkoneksi dengan baik bersama dengan gerakan jamaah, serta difondasi dengan penguatan ruhaniyah maka kita bisa berharap dakwah tidak lagi sekedar seruan yang berhenti di telinga, namun mampu menggerakkan manusia untuk bersama mewujudkan kemaslahatan hidup baik dunia maupun akhirat.
Bahtiar Effendi, M.E, Ketua Majelis Tabligh PDM Pemalang