PALEMBANG, Suara Muhammadiyah – Rangkaian acara Seminar Speleologi [ilmu tentang gua dan lingkungannya, pen] dan Workshop Pemetaan Gua sudah dimulai sejak Senin (19/6) lalu sampai Jumat (23/7). Diawali dengan seminar bertajuk “Masa Depan Cagar Budaya Karst Sumsel: Manajemen Wilayah dan Pariwisata”.
Hadir tiga pembicara dari berbagai bidang ilmu untuk saling melengkapi cakrawala pengelolaan konservasi karst Sumatra Selatan.
Erlangga Esa Laksmana sebagai perwakilan kartografer (pembuat peta) gua dari Yogyakarta berbicara terlebih dahulu. Ia berbicara mengenai proses pemetaan gua arkeologis di kawasan karst Batu Raja yang sudah dilakukannya sejak 2012, bersamaan dengan program penggalian arkeologi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Indonesia.
Dilanjutkan oleh Dr. Sondang M. Siregar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mempertautkan pentingnya konservasi cagar budaya guna kelangsungan pelestarian lingkungan.
Ditekankan pada poin kelengkapan konservasi bahwa pentingnya daerah Sumatra Selatan untuk memiliki data. “Pengelolaan ekosistem karst yang baik memerlukan data dan informasi memadai,” pungkas Sondang.
Terakhir, ditutup oleh Dr. Asvic Helida, S.Hut., M.Sc. yang memaparkan penjelasan tentang “Kebijakan Konservasi Karst di Sumatra Selatan”. Selaku ahli dan pengajar Ilmu Kehutanan di UMPalembang, Asvic menjelaskan secara dalam kerangka pengelolaan konservasi lingkungan hidup di daerah kars Sumatra Selatan.
Salah satu aspek yang disasar dalam kerangka konservasi ini adalah menjaga fungsi ekosistem daerah aliran sungai (DAS) di Sumsel. Hal ini mengingat Sungai Ogan, sebagai salah satu DAS, merupakan aliran yang sebagian ketersediaan airnya berasal dari formasi karst di Baturaja.
Selesainya seminar, kegiatan dilanjut dengan rangkaian pelatihan pemetaan gua yang dilaksanakan di Desa Padang Bindu, Kecamatan Baturaja, Ogan Komering Ulu. Lokasi pelatihan pemetaan dan inventarisasi fitur kars dikerjakan di sekitaran situs arkeologi Gua Harimau, di antaranya ialah Gua Putri, Gua Selabe, dan Gua Ulu Balai.
Pelatihan ini mengundang pemateri dari para ahli dan praktisi pemetaan gua dari kelompok Stasiun Nol Festival (SNF). Lembaga ini merupakan kelompok independen di bawah organisasi speleologi nasional di Yogyakarta, Acintyacunyata Speleological Association (ASC).
Tiga pemateri dalam pelatihan ini ialah Erlangga yang juga menjadi pembicara Seminar, Adi Guna Prasetya, dan Yayum Kumai. Sejumlah materi yang disampaikan ialah geomorfologi kars, teknik pemetaan gua, speleologi permukaan, pengolahan data peta gua, dan pemakaian perangkat lunak informasi geospasial.
Para peserta yang hadir datang dari berbagai kalangan dari wilayah-wilayah di Sumatra, seperti Riau, Bengkulu, Pekanbaru, dan Sumatra Selatan sendiri.
Pelatihan selama tiga hari ini diharapkan dapat membekali para pemerhati gua dan konservator kars untuk mengambil data dan pengelola data gua dan kars di daerahnya masing-masing. Dengan demikian, langkah pelestarian lingkungan kars bisa lebih terarah. (ykk)